Eileen Gloria di hidupkan kembali setelah mengalami sebuah tusukan dari suaminya, Kenan Alexi De Evrot. Pria yang ia cintai menusuknya bahkan di saat universary pernikahannya.
"Seharusnya kau tidak hadir dalam kehidupan ini."
Satu kalimat itu membuat Eileen tercekat, ia menatap lembut pria tersebut.
Selama satu tahun dia mencintai pria yang berstatus suaminya meskipun dia harus menjadi istri kedua demi sahabatnya, namun yang di terimanyalah hanyalah pengkhianatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Eileen melihat ke atas langit, dia memikirkan kehidupan kedepannya. Untuk saat ini Ketty belum mengetahuinya, ia lelah dan ingin pergi. Kehidupan masa lalunya begitu melelahkan baginya.
"Eileen." Sapa Ketty. Dia menaruh makan malam Eileen di atas meja. "Kau memikirkan sesuatu? Aku sudah menyiapkan makan malam untuk mu." Ketty tersenyum. "Aku dan Kenan akan makan malam di bawah. Aku kira kamu tidak ingin di ganggu. Jadi aku membawakan makan malam mu ke sini."
"Terima kasih Ketty," ucap Eileen.
Ketty memainkan jari-jarinya. "Eileen, apa kau mencintai Kenan?"
Eileen menoleh, kenapa harus seputar Kenan yang di bahas. "Tidak, aku sudah menegaskan pada mu aku tidak mencintai Kenan. Dia sudah mengatakannya pada ku, tapi aku menolaknya."
Dia sejenak menatap Ketty, dia memikirkan hal lainnya. Sepertinya dia harus mengakhiri semua drama rumah tangga ini. "Aku hamil Ketty."
Ketty tersenyum, wajahnya berbinar. "Apa? Apa itu benar kau hamil Eileen?"
Eileen mengangguk. "Iya aku hamil."
Ketty menggenggam tangan Eileen. "Terima kasih Eileen, terima kasih Eillen." Dia meraba perut Eileen. Sungguh ia tidak sabar melihat anaknya. "Eileen, aku akan merawat anak ini dengan baik."
"Apa Kenan sudah tau?"
"Iya ... Belum. Sepertinya kau harus mengatakannya." Hampir saja ia mengatakan bahwa Kenan sudah mengetahuinya.
"Baiklah, aku akan mengatakannya pada Kenan."
Eileen kembali menatap ke arah langit. "Nak, suatu saat nanti kau akan mengerti. Mama berharap kau tidak membenci Mama."
"Eileen." Setelah mendengarkan ucapan Ketty, dia langsung menemui Eileen, entah rencana apa lagi yang membuat Eileen mengatakannya pada Ketty. Pada awalnya Eileen menolak. "Apa maksud mu mengatakannya pada Ketty?"
"Ke, karena anak ini kembar, aku akan memberikannya pada mu dan satunya aku yang merawat."
Bagaikan di sambar petir, Kenan terkejut. Jantungnya seakan berhenti berdetak. "Kau gila Ei, kau ingin memisahkan anak dari ayah dan ibunya. Ei, sebenarnya bagaimana cara mu berpikir?" Dia meraih dan menggenggam tangan Eileen.
"Aku yakin suatu saat nanti mereka akan mengerti."
"Kenapa kamu sangat tidak ingin bersama ku Ei?" tanya Kenan. Dia mencium tangan Eileen. "Aku tidak ingin berpisah dengan mu dan anak kita. Aku akan menceraikan Ketty kalau itu mau mu." Ia rela kehilangan apa pun asalkan jangan Eileen dan anaknya.
Eileen menatap Kenan, kedua netra cokelatnya begitu terlihat sedih. Ia mencari setitik kebohongan tapi ternyata ia hanya menemukan berjuta-juta kejujuran di matanya. Dia memeluk Kenan. Ada kalanya mencintai namun tidak harus memiliki. Cinta saat ini salah. Dia tidak mau merebut Kenan dari Ketty.
"Kenan, sekalipun Ketty menyetujui keberadaan ku. Aku tetap tidak ingin membuatnya sakit hati. Dengarkan aku, aku berterima kasih karena kau mencintai ku, tapi bukan berarti kau harus memiliki."
Eileen mengusap punggung Kenan, pria itu yang terlihat dingin di hadapan semua orang tapi kali ini sosoknya terlihat menyedihkan. Dia mengurai pelukannya dan mencium kening Kenan. "Tempat ku dari awal salah. Sekalipun aku mencintai mu, aku tidak ingin mengorbankan perasaan orang lain. Dan sampai saat ini, untunglah aku belum mencintai mu."
"Kau jahat Ei." Dia memeluk erat Eileen.
Eileen pun hanya bisa pasrah mendengarkan tangisan Kenan. Saat ini ia belum memahami perasaannya lebih tepatnya ia tidak ingin memahami perasaannya.
Ketty dari pintu mengintip Kenan yang memeluk Eileen dengan erat. Bahkan ia melihat betapa bahagianya Kenan sampai menangis terharu. Seandainya saja ia bisa hamil, mungkin saja Kenan akan bahagia karena pria itu ternyata juga menginginkan seseorang anak.
...
Eileen menatap wajah Kenan yang tertidur pulas sambil memeluknya. Siapa sangka Kenan akan menangis dengan waktu yang lama. Bahkan dia harus memapah tubuh Kenan agar tidur di kasurnya.
"Aku yakin kau akan menjadi sosok ayah yang baik. Kau bisa menjaga anak kita dengan baik. Aku sangat yakin." Ia bisa melihat bagaimana Kenan mencintainya. Dia mencium keningnya, mengusap kepala Kenan.
Kesokan harinya.
Kenan membuka kedua matanya. Dia merasakan pelukan yang hangat. Dia teringat tadi malam yang menangis dalam pelukan Eileen. Dia pun mendongak dan melihat Eileen yang masih tertidur. "Sayang, selamat pagi." Dia beranjak dan mencium bibir Eileen kemudian mengusap perut Eileen. "Selamat pagi jagoan ku."
Ia berharap tidak akan yang memisahkannya dengan Eileen. Ia akan membuat Eileen mengubah pemikirannya.
Dia pun membenarkan selimutnya, kemudian keluar dari kamar Eileen.
"Kau sudah bangun." Sapa Ketty. Dia menghampiri Kenan dan memeluknya. "Aku senang Kenan, akhirnya kita memiliki seorang anak. Bagaimana kalau nanti kita membeli perlengkapan bayi dan susu untuk Eileen. Tadi malam aku sudah mencari beberapa hal yang harus di perhatikan untuk ibu hamil. Kita harus menjaga Eileen dengan baik."
"Iya." Kenan mengurai pelukannya. Dia memilih duduk dan menuangkan air putih di teko itu ke gelasnya.
Ketty merasa aneh, wajah Kenan sepertinya tidak terlihat baik. Biasanya seorang ayah akan senang dengan kehadiran anaknya. "Kenan apa kau tidak senang Eileen hamil?"
"Aku senang," ucap Kenan. Dia meneguk air di gelasnya yang sisa setengah itu hingga tandas.
"Tapi wajah mu, apa ada sesuatu dengan Eileen? Apa anak-anaknya baik saja?" tanya Ketty.
Kenan menatap Ketty, wania itu takut terjadi sesuatu pada Eileen apa pada anaknya. "Kau mengkhawatirkan Eillen apa mengkhawatirkan anaknya?"
Ketty tersenyum, "Aku juga mengkhawatirkan Eileen. Sudahlah, sebaiknya kau cepat sarapan. Kita harus berbelanja untuk Eillen dana anak kita." Ia mengalihkan pembicaraannya.
Kenan meninggalkan Ketty, sedangkan Ketty merasa sedih dengan sikap Kenan. Dia mencoba terus berusaha bersabar sampai waktunya tiba. Ia yakin semuanya akan baik-baik saja seperti keinginannya.
...
Kenan memukul kepalanya. Ia harus menyingkirkan pikiran negatifnya agar merendam amarahnya. "Aku harus meyakinkan Ei, aku harus meyakinkannya bahwa semuanya harus baik-baik saja."
"Kenan."
Kenan mengusap air matanya. Dia tersenyum dan menghampiri Eileen.
"Kau kenapa?" Eileen menarik lengan Kenan untuk masuk ke dalam. "Ke sudahlah jangan memikirkannya."
"Kenapa kau ..." Bibir Kenan berhenti saat wanita itu menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya.
"Aku tidak ingin membahasnya." Dia sudah iklas menerima keadaan hidupnya. Dia sudah mencoba yang terbaik.
Kenan tersenyum dan mengangguk. Dia menyatukan keningnya dengan kening Eileen. "Oh iya, setiap bulannya kita harus memeriksa keadaan anak kita dan keadaan mu."
"Baiklah."
"Bagaimana dengan mual mu? Seandainya saja bisa di pindahkan, lebih baik aku yang mual." Tutur Kenan.
Eileen ragu untuk mengatakannya. Dia lebih nyaman berada di dekat Kenan. Entah mengapa ia merasa nyaman berada di sampingnya. "Aku lebih nyaman bersama dengan mu Ke. Saat bersama mu aku tidak merasa mual, aneh kan?" Wajah Eileen begitu jelas memikirkan keanehan yang terjadi pada dirinya.
Kenan tertawa, "Berarti anak kita tak ingin jauh dengan ku."
ei mndngan kmu kabur kmn gtu m ankmu SMA sama kamu