Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
"mana?! mana uang nya?! hah?! berikan"
"maaf kak, tapi saya nggak punya uang, uang saya habis untuk bayar makan tadi" lirih gadis tersebut
"oh ya masa? lu mau gue todongin pisau hah?! berani bohong lu sama gue" sinis salah satu di antara mereka bertiga
"ma-aaf sa-saya"
PLAK
"Hiks maaf saya..."
"HEI!!"
semuanya menoleh ke arah aluna yang berjalan dengan santainya ke arah mereka, itulah gaya aluna, santai
"siapa lu?" ledek si ketua geng pembully
"siapa? gue aluna, kenapa? nggak tuli kan?" ledek aluna balik
"lu berani banget mengganggu sih! pergi sana kalau nggak mau lu mati"
"mati? serius nih?" ledek aluna
"SERANG"
kedua gadis yang bertubuh gemuk mendekati aluna bahkan berniat menyerang aluna dengan bogem mereka, sedangkan rain dan sio yang khawatir akan keselamatan aluna berniat mendekat namun di tahan oleh trio kembar tersebut
klak klak
"hufff kasihan heels ku" lirih aluna menatap kedua tangannya yang memegang heels nya
"LU! LU SIAPA SIH?! BERANI BERANINYA!!" teriak si ketua melihat dua temannya sudah ambruk
"di bilang nama gue aluna! tuli lu?! bodoh"
"ihhhh awas kamu yah aku ak-"
brugh
alun menarik paksa kalung yang ada di leher gadis tersebut bahkan ia secara paksa mencabut semua aksesoris yang di gunakan gadis itu tak lupa juga ia mengambil sebuah pistol yang di sembunyikan gadis itu
"lu mau main main sama gue?" dingin aluna menodongkan pistol tersebut ke kepala anak tersebut
"kembalikan ini semua ba-"
"kembalikan barang anak anak yang kalian bully"
"nggak! semua itu milik kami i-"
"Bawa mereka ke kantor polisi terdekat!!" perintah aluna pada ketiga sepupunya yang ia tau sejak tadi menguping dirinya bersama rain dan sio
"ba-baik"
Rio menyeret ketiga gadis tersebut, aluna ingat persis bagaimana kejadian di kehidupan sebelum nya, CCTV yang di alihkan ke arah lain bahkan sengaja di matikan makanya aluna sudah siapkan secara matang
sreek
"awas!!!"
semuanya terdiam saat rain memeluk aluna yang nyaris di tikam oleh gadis super gemuk yang menjadi ketua geng tersebut
PLAK
"lu!!!" kecam sio
brugh
"rain!! hei rain!!!" panik aluna melihat darah mengalir dari perut sio
dengan cekatan aluna melepas jaketnya untuk mencegah darah rain yang terus terkuras
"alun...." lirih rain
"sakit" lirih rain
"ini pertolongan pertama, masa kamu dokter nggak tau ini" sinis aluna meskipun panik
"kak... di sini ambulance nggak bisa masuk, jalannya kecil" lirih gadis yang telah aluna tolong
"jadi ba-bagaimana ini sio?" panik alun melihat rain yang mulai kehilangan kesadarannya
"aku bisa bantu kak alun memapah kak rain ke depan, jalan raya lumayan dekat dari sini, cuma sebentar doang"
"kamu dengar kan? cuma sebentar"
"ehm" angguk rain
BRAK
Aluna terkejut saat gadis tersebut memukul kepala rain, sekarang bukan hanya perut namun kepala rain juga memicu pendarahan
"APA YANG KAMU LAKUKAN HAH?!!!" bentak aluna mencekik gadis itu
"ak-u di su-suruh oleh ka-kakak ku" lirihnya
"kakak?!"
aluna melepas gadis itu, ia berlutut kemudian menatap teman teman sio yang membawa tandu untuk menolong rain
"rain.... hei! ak-u di sini aku...."
"KAK RAIN"
aluna menatap raisa yang ingin menyentuh rain, namun dirinya dengan tegas menghalangi gadis itu mendekati rain
"mau apa kamu?"
"lepas! karena kamu kak rain dalam bahaya ka-"
"bagaimana bisa kamu tau rain salam bahaya? apa kamu...."
"KAK ALUN! AMBULANCE NYA SUDAH SAMPAI! AYO KE DEPAN!!" ajak sio
"iya"
"aku ikut!!"
"tidak" dingin aluna menghalangi raisa
raisa menatap kepergian mereka, namun gadis yang di selamatkan aluna bener-bener ketakutan, sebenarnya ini adalah rencana yang di susun oleh raisa dan atasan aluna, mereka bekerja sama memisahkan rain dan aluna
"kamu nggak akan bisa bersama kak rain lagi"
"kak raisa maaf ak...."
sreeek
"maafin kakak ya? kamu sekarang harus pergi dari sini, biar bukti tak bisa menjerat ku" bisik raisa menusukkan pisau ke perut gadis tersebut
brugh
"aaahhh melelahkan"
. ....
"aluna!!"
brugh
"maafin alun tante.... hiks alun nggak tau kalau-"
grep
"nggak papa sayang, rain kan dokter, jangan khawatir dia pasti baik baik aja, ya? jangan nangis oke?"
"hiks tante"
mama reina mengusap punggung aluna yang benar-benar syok akan kejadian yang terjadi sekarang, ingatannya kembali berputar di mana rain berjuang untuk terakhir kalinya
sejam kemudian trio kembar datang bersama orang tua aluna
"alun...."
aluna hanya terdiam sambil bersandar pada dinding, matanya menatap lurus ke pintu ICU, sangat kosong, tak ada tatapan kebahagiaan seperti biasanya, seperti kata rain, matahari di mata aluna redup
"alun....anak itu sudah di tangani di kepolisian dan ad-"
"jangan" lirih lio memohon pada Rio agar tak memberikan aluna banyak kejutan menyedihkan seharian ini
"sayang.... pulang dulu ya? kamu ganti pakaian kemudian kembali ke sini, ya?"
"nggak ma, sebelum alun ketemu rain, alun nggak akan pulang"
mama aiya mengusap surai putrinya, pakaian hingga wajah aluna kini di lumuri darah, namun aluna bener-bener tak memiliki semangat apapun di dalam raganya
tiga jam berlalu setelah proses penanganan rain, dokter akhirnya keluar untuk memberitahu kan kondisi terkini dari rain
"selamat siang"
"ba- bagaimana kondisi anak saya?"
"operasi kami berhasil, namun setelah kami tunggu beberapa menit, ada yang kami temukan yaitu pasien mengalami amnesia permanen, bisa juga di sebut Kerusakan pada sistem limbik, yaitu bagian otak yang mengatur ingatan dan emosi. Kerusakan ini bisa terjadi akibat cedera kepala yang sangat kencang. pukulan yang mengenai kepala pasien benar-benar keras"
brugh
"kenapa?!! semua memori yang seharusnya menjadi bagian terindah dari perjuangan kami... sekarang harus rain lupakan secara paksa" lirih aluna
"dan maaf, pasien mengalami koma, kami akan terus pantau perkembangan nya hingga pasien siuman"
"do-dokter ba-bagaimana jika pasien siuman si-siapa yang akan dia ingat?"
"tak ada, seorang pun"
aluna terkekeh dengan air mata yang mengalir deras di pipi putih nya, ia menunduk membiarkan semua kehancuran nya berlabuh bersama waktu yang akan berlalu, tak hanya aluna, reina dan flot pun seakan kehilangan dunianya mendengar hal itu
"ALUNA!!!"
"semua karena kamu!!! tante begitu menyukai kamu!!! makanya tante pasangkan dengan anak tante?! tapi semenjak bersama kamu hidup nya menjadi dalam bahaya!!" bentak mama reina
"ma... hentikan aluna nggak salah ma di-"
"aluna!!! masuk dan temui rain! kemudian lupakan semuanya!!"
"apa maksud tante?" lirih aluna menatap mama reina
"tante tidak mau hal seperti ini terulang lagi, saya mau kamu bersikap seolah tak mengenal rain! dan kalian bertiga jangan pernah katakan pada rain siapa gadis ini"
"apa apaan kamu reina?! aluna nggak salah aluna berhak membela korban bully tersebut" tegas mama aiya tak terima putrinya di salahkan
"kenapa?! karena aluna membela bahkan menengahi pembullyan itu hingga rain seperti ini!!!!"
"kamu! kamu cuma bisa bertemu rain sekarang!! setelahnya jangan pernah bertemu dengan rain! kamu harus menjadi orang asing! dan tak pernah hadir dihidupnya!!!"
"tante alun..."
"CEPAT!!!"
aluna berdiri, dengan langkah gontai ia berjalan menuju ke ICU
"hanya sepuluh menit kemudian tinggalkan negara ini! cepat!!" usir mama reina
"dan jangan pernah temui rain! saya menyesal sudah menjodohkan kalian"
"reina kamu-"
"sudah sayang, kita harus mengalah" lirih papa Morgan
"maaf" batin papa flot melihat penderitaan aluna
ceklek
aluna mendekati pria yang terbaring dengan alat bantu yang banyak, aluna juga melihat perban yang menutupi luka di kepala rain
cup
"maafin aku" lirih aluna meneteskan air matanya
"rain... di kehidupan sebelum nya kamu meminta ku menghibur mama reina bukan ketika mama rindu kamu? sekarang.... aku harus pergi, kali ini aku harus pergi lagi rain"
"maafkan aku karena melanggar janjiku ke kamu"
"rain... aku... aku akan tetap mencintai kamu meskipun kamu nggak tau aku hidup atau tidak, meskipun kamu tak tau bahwa ada aku di dunia ini.... rain.... aku mencintaimu"
cup
"rain... maafkan aku, aku harap kita tak bertemu lagi, ini semua terjadi karena diriku... kelalaian ku, hingga kebodohan ku.... hiduplah dengan bahagia, jangan menderita lagi"
aluna mengusap air mata rain yang terlihat mengalir dari sudut mata pria itu, mungkin ingatan rain melupakan dirinya, bukan hanya dirinya tapi semua orang, namun raganya masih tau siapa dirinya
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
. ...
bersambung