Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekad Karina
Pak Hisyam membenarkan peci hitamnya setelah menguasai keadaannya yang sempat terkejut.
"Nak Arga, sebelumnya bapak berterima kasih nak Arga sudah peduli dan membantu anak bapak dengan tulus. Tapi untuk menikahi Arabella yang sedang koma, bapak tidak mengijinkan." Ucap beliau dengan nada tenang namun ada ketegasan di akhir ucapanya.
Pak Hisyam memiliki banyak pertimbangan untuk mengambil keputusan, apalagi keputusan untuk masa depan Arabella. Pak Hisyam tidak ingin mengambil keputusan yang salah dan malah membuat dirinya semakin di hantui rasa bersalah.
"Masalah hidup Arabella bapak tidak bisa ikut campur, biarkan dia yang menentukan sendiri, meksipun sekarang keadaanya masih koma." Ujarnya lagi.
Arga hanya bisa diam dan menerima apa yang pak Hisyam ucapkan, beliau benar yang berhak mengambil keputusan adalah Arabella, dirinya yang terlalu gegabah seperti megambil kesempatan dalam kesempitan.
"Maafkan saya pak, jika saya terlalu lancang. Itu karena saya menyukai Arabella sejak dia datang menjadi karyawan saya." Ucap Arga dengan penuh rasa sesal.
Pak Hisyam menepuk pundak Arga dan tersenyum. "Tidak apa, anak muda memang seperti itu kalau sudah menyukai perempuan." Pak Hisyam terkekeh sedangkan Arga hanya bisa tersenyum kecut.
Di ruangan yang dingin jemari Arabella tampak menunjukan pergerakan lembut, wanita itu seperti merespon sesuatu yang membuatnya menggunakan gerakan lembut.
"Jangan! jangan bawa anakku!"
Arabella berteriak saat seseorang megambil bayinya yang sedang dia gendong dengan paksa.
"Berikan, dia tidak akan hidup bahagia dengan kamu!!"
Bentak seseorang yang memakai masker dan jaket hitam mencoba merebut bayinya paksa.
"Tidak! aku tidak akan memberikan bayiku pada diapun!!" Pekik Arabella, dengan sekuat tenaga dirinya merebut bayi yang menagis kencang itu, bahkan tangan Arabella meraih wajah seseorang itu untuk menarik masker yang di pakai, melihat siapa orang di balik maker itu.
"Kau!!" Arabella membelalakan matanya melihat wajah seorang yang hendak mengambil bayinya.
Pria itu tersenyum, senyum smrik yang membuat tubuh Arabella bergetar.
"M-maher." Gumam Arabella dengan air mata yang langsung jatuh.
"Dia anakku, dia tidak pantas bersama mu yang tidak bisa merawatnya!!"
Setelah mengatakan itu pria yang diketahui Arabella adalah Maher, beranjak pergi. Pergi membawa bayi yang menangis dan meninggalkan Arabella yang berteriak histeris tidak bisa mengejarnya.
"Maher!!"
Napas Arabella memburu dengan wajah berkeringat, bersamaan dengan pintu ruangan terbuka membuat yang melihatnya terkejut.
.
.
.
Brak
Maher membuka pintu apartemen yang sudah beberapa hari ini ia tempati, apartemen yang mempunyai banyak kenangan dirinya dan juga Arabella. Bukan hanya sekedar apartment tapi rumah baginya untuk pulang, dan semua itu barulah Maher rasakan sekarang jika pengaruh Arabella begitu besar dalam dirinya.
Menjatuhkan diri di sofa, Maher memejamkan matanya. Saat itulah dirinya bisa melihat bayangan Arabella yang selalu tersenyum dan tertawa dengan ceria, di mana wanita itu selalu menurut padanya dan tidak pernah marah.
Maher merindukan disaat-saat dirinya lelah bekerja dan pulang disambut dengan senyum manis berserta masakan Arabella yang selalu dia rindukan, sungguh Maher mengutuk dirinya yang bodoh.
Drt...Drt..Drt..
Ponsel Maher berdering, pria itu terpaksa membuka matanya dan harus kehilangan bayangan Arabella.
"Ck, menganggu saja." Gumam Maher yang melempar ponselnya asal.
Diseberang sana Karina tampak kesal karena teleponnya di abaikan, wanita itu masih terus mendekati Maher untuk mengambil hatinya lagi.
"Jika kamu seperti ini, maka jangan salahkan aku menggunakan cara lain untuk mendapatkan mu Maher." Gumam Karina dengan tekad yang menggebu-gebu.
"Tunggu aku Maher, setelah ini kamu akan menjadi milikku." Ucap Karina dengan senyum penuh arti.
LIKE KOMEN JANGAN LUPA 🤗🤗
tinggalkan jejak kalian sayang 😘😘😘