NovelToon NovelToon
Kaisar Yang Terbakar

Kaisar Yang Terbakar

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Khairatin Khair

Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Ares berlari di depan, memimpin kelompok kecil pemberontak terbaik yang dipilih oleh Liora. Pasukan elit Ragnar semakin dekat, tetapi mereka tidak bisa berhenti sekarang. Istana kekaisaran menjulang di kejauhan, sebuah benteng megah yang tampak sunyi di bawah sinar fajar. Namun, Ares tahu di balik dinding-dinding kokoh itu, Ragnar sudah menyiapkan segalanya untuk menghentikannya.

"Gerak cepat, kita tidak punya banyak waktu!" Ares memerintah saat mereka berbelok di tikungan terakhir, meninggalkan distrik pemberontak yang kumuh. Jalanan mulai terbuka, lebih lebar dan lebih terjaga saat mereka mendekati pusat kekuasaan Valyria. Mereka harus bergerak dalam bayang-bayang, menghindari patroli pasukan yang semakin meningkat. Mata-mata Ragnar mungkin sudah menyebar di seluruh kota, dan kesalahan sekecil apapun bisa membocorkan keberadaan mereka.

Di belakangnya, pemberontak yang mengikuti Ares tampak tegang namun siap tempur. Mereka adalah prajurit yang keras, orang-orang yang sudah lama berjuang melawan kekaisaran dari bawah tanah. Tidak ada yang berbicara, semua fokus pada misi di depan mereka. Di bawah perintah Liora, mereka tahu bahwa ini adalah langkah terakhir untuk menghentikan kebengisan Ragnar.

---

Setengah jam kemudian, mereka tiba di dekat gerbang istana, yang sekarang tampak lebih seperti benteng tak tertembus. Di balik dinding batu tebal dan gerbang besi yang kuat, mereka tahu ada pasukan yang siap menghadapi setiap ancaman. Ares berhenti, mengamati situasi di sekitar. Ada lebih banyak penjaga di luar daripada yang ia perkirakan. Gerbang utama ditutup, dan dua pasukan elit bersenjata lengkap berjaga di depan.

"Kita tidak bisa melalui gerbang utama," gumam salah satu pemberontak.

Ares mengangguk setuju. "Tidak. Kita harus masuk dari pintu lain."

Dia mengingat kembali informasi dari Mira dan Liora tentang jalan masuk tersembunyi di bawah istana. Sebuah lorong bawah tanah yang dulunya digunakan oleh bangsawan untuk melarikan diri di masa perang, kini menjadi akses bagi mereka untuk menyusup ke dalam istana tanpa terdeteksi. Ares memimpin mereka menyelinap ke arah lorong itu, bergerak dengan hati-hati agar tidak menarik perhatian para penjaga.

Setelah beberapa menit bergerak dalam diam, mereka menemukan pintu masuk ke lorong rahasia itu, tersembunyi di balik reruntuhan taman kekaisaran yang terlupakan. Ares mendekati pintu besi yang berkarat dan menariknya dengan hati-hati, bunyi derit kecil terdengar namun tidak cukup untuk menarik perhatian penjaga. Mereka masuk satu per satu ke dalam lorong sempit dan gelap itu.

Lorong bawah tanah terasa lembap dan pengap, dengan dinding batu kasar yang dipenuhi lumut. Aroma busuk dan sisa-sisa zaman kuno mengisi udara, menambah suasana mencekam. Ares memimpin mereka maju dengan cepat, langkah kaki mereka menggema dalam lorong yang panjang. Satu-satunya cahaya yang mereka miliki datang dari obor kecil yang dibawa oleh salah satu prajurit di belakang. Di depan, ujung lorong mulai terlihat, dan pintu yang akan membawa mereka langsung ke bagian dalam istana semakin dekat.

"Berhenti," bisik Ares tiba-tiba. Dia mendengar sesuatu—langkah kaki yang ringan namun tajam, seperti ada yang menunggu mereka di sisi lain pintu. Ares mengangkat tangannya, memberi isyarat agar pasukan di belakangnya berhenti. Suara itu semakin jelas. Bukan hanya langkah kaki manusia biasa. Ada sesuatu yang lain, sesuatu yang terasa asing dan berbahaya.

"Siapkan senjata kalian," bisik Ares dengan tegas.

Dia mendekati pintu besi kecil yang memisahkan mereka dari bagian dalam istana. Perlahan, dia membuka pintu itu, hanya beberapa inci, cukup untuk mengintip ke dalam ruangan. Di balik pintu, dia melihat tiga sosok berdiri dengan tegap. Mata mereka menyala merah, kulit mereka hitam seperti bayangan, dan tangan mereka menggenggam pedang dengan ujung berkilauan.

Pasukan bayangan. Ares pernah mendengar tentang mereka, makhluk-makhluk sihir yang dibangkitkan oleh kekuatan gelap untuk melindungi Ragnar dan istana kekaisaran. Mereka tidak sepenuhnya manusia, tetapi juga bukan roh. Mereka adalah penjaga tanpa belas kasihan yang diciptakan dari kegelapan, hanya melayani satu tujuan: melindungi kekuasaan Ragnar.

"Makhluk bayangan," desis Ares kepada pemberontak di belakangnya. "Kita harus melewati mereka, tapi hati-hati. Mereka bukan seperti pasukan biasa."

Salah satu pemberontak menatap makhluk-makhluk itu dengan ngeri. "Bagaimana kita bisa mengalahkan mereka?"

Ares tidak sepenuhnya tahu jawaban atas pertanyaan itu. Makhluk-makhluk ini tidak seperti yang pernah ia lawan sebelumnya. Tapi dia tahu satu hal: mereka bukan tak terkalahkan. "Kita harus menyerang cepat dan keras, jangan beri mereka kesempatan."

Dengan isyarat cepat, Ares mendorong pintu terbuka lebar dan menyerbu masuk bersama kelompok kecilnya. Pertarungan pecah seketika, suara pedang beradu dengan kilauan cahaya yang menyala di udara. Makhluk-makhluk bayangan itu bergerak cepat, lebih cepat dari manusia biasa. Mereka menyerang dengan kecepatan mematikan, namun Ares telah siap. Dia menghindar dengan lincah, mengayunkan pedangnya dan menebas salah satu makhluk bayangan di leher. Makhluk itu hancur menjadi debu dalam hitungan detik.

Pemberontak di sekelilingnya juga bertarung dengan gigih, namun pasukan bayangan lebih tangguh dari yang mereka perkirakan. Setiap kali mereka menyerang, makhluk-makhluk itu seolah-olah bergerak dengan kecepatan supernatural, menghindari setiap serangan yang datang. Salah satu prajurit pemberontak terlempar ke dinding dengan keras, darahnya mengalir di lantai sebelum dia bisa bangkit lagi.

Ares terus menyerang, menggunakan segala kemampuannya untuk melawan makhluk-makhluk ini. Namun, ada sesuatu yang aneh. Meskipun mereka melawan dengan ganas, sepertinya pasukan bayangan ini tidak benar-benar berusaha membunuh mereka semua. Mereka hanya mencoba memperlambat.

Ares merasakan firasat buruk merayapi dirinya. Ini jebakan. Ragnar sudah tahu mereka akan datang. Pasukan bayangan ini hanya penghalang sementara untuk memberikan waktu bagi Ragnar mempersiapkan sesuatu yang lebih besar.

“Kita harus keluar dari sini sekarang!” seru Ares.

Dengan sisa kekuatannya, Ares menebas makhluk terakhir yang berdiri di hadapannya, dan tubuh itu langsung menguap menjadi debu hitam. Dia memutar tubuh, melihat beberapa prajuritnya terluka namun masih berdiri. Waktu sudah habis. Jika mereka tidak segera bergerak, mereka akan terkunci di sini oleh kekuatan yang lebih besar daripada yang mereka perkirakan.

"Ke atas, cepat!" Ares memerintahkan, memimpin mereka keluar dari lorong bawah tanah dan menuju bagian dalam istana. Mereka harus mencapai aula utama sebelum Ragnar menutup jalan keluar mereka.

---

Di dalam istana, suasana sunyi dan menakutkan. Tidak ada suara, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain bayang-bayang yang bergerak di dinding. Istana yang megah ini kini terasa seperti sarang kegelapan, tempat di mana kekuasaan Ragnar mengalir melalui dinding-dindingnya. Ares bisa merasakan kehadirannya—Ragnar ada di sini, menunggu mereka.

Mereka bergerak cepat, menyusuri koridor panjang yang sepi. Di kejauhan, Ares bisa melihat pintu besar yang mengarah ke aula utama, tempat Ragnar mungkin sudah bersiap menyambut mereka. Namun, sebelum mereka bisa mencapai pintu itu, suara gemuruh terdengar dari atas. Langit-langit istana bergetar, dan tiba-tiba, debu serta pecahan batu jatuh dari atas.

"Ragnar tahu kita di sini," gumam salah satu pemberontak.

Ares mengetatkan cengkeramannya pada pedang. "Kita harus segera sampai di aula utama. Ragnar tidak akan membiarkan kita pergi tanpa perlawanan."

Namun, di dalam hatinya, Ares tahu bahwa pertempuran ini lebih dari sekadar misi untuk mencuri kekuasaan kembali. Ragnar telah menyiapkan sesuatu yang lebih gelap dan lebih mematikan dari yang mereka bayangkan. Dan saat mereka semakin dekat ke aula utama, Ares menyadari satu hal: Kebenaran di balik kekuasaan Ragnar mungkin adalah hal yang jauh lebih mengerikan daripada yang pernah ia bayangkan.

---

1
Delita bae
mampir 😁 bagus cerita nya😊😇🙏
Apin Zen
Penjelasannya enak dibaca😍
Khairatin: terima kasih🤩
total 1 replies
Yurika23
Jendral Ragnar jadi inget Ragnar Lothbrok di Viking...keren...
cerita othor keren nih...
Yurika23
keren Thor...bahasanya enak dibaca
Delita bae: semangat untuk karya baru nya😁💪
Khairatin: makasiih..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!