Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Si-al? Tidak. Kau salah besar. Jika aku tidak beruntung, pasti aku sudah lama pindah alam. Tapi bukti nya sekarang, aku baik-baik saja, bukan?"
"Ah, terserah kau saja lah Aisyah. Jadi, habis ini kau akan kemana?"
"Pulang. Alin nggak boleh kemana-mana karena sedang ujian."
"Oh, ujian?"
"Sudah lah B, pulang lah sana."
"B? Al, kau?"
"Apa?"
"Apa kau sudah mengingat sesuatu?"
"Mengingat apa? Memang nya aku lupa ingatan? Ada-ada saja kau ini."
"Hmm,, tidak sih. Hanya saja, mengapa kau memanggil ku dengan panggilan seperti itu?"
"Ya suka-suka aku dong. B itu kan masih nama mu. Kecuali kalau aku panggil nya dengan yang lain."
"Ah Alva. Kau memang penuh teka-teki."
Aisyah kembali duduk dengan memakai kaca mata hitam nya. Ia duduk dengan santai sambil memantau keadaan.
Ia tahu, ada seseorang yang akan membidik nya saat ini. Namun, ia tidak boleh bergerak secara tiba-tiba, supaya si penembak jitu tidak melakukan kesalahan.
Sampai segitu takut nya mereka, hingga di tempat umum pun akan mengeksekusi Aisyah.
Bonita entah pergi kemana. Wanita itu menghilang tiba-tiba saat Aisyah sedang sibuk memindai sekitar sekolah. Ia sedang mencari tempat aman untuk sementara.
Saat si penembak jitu sedang sibuk mengusir lalat dan nyamuk buatan Aisyah, Aisyah langsung menghilang dari pandangan mata nya.
Ia sibuk mencari keberadaan Aisyah. Tapi, Aisyah tidak di temukan dimanapun. Ia tidak boleh lengah dan terus mencari.
Aisyah tidak mungkin jauh dari tempat itu. Pasti Aisyah pergi ke suatu tempat.
Namun, saat ia lagi sibuk menerka-nerka, sesuatu mengalir deras dari leher nya. Saat ia berpaling,
"Boooo!"
Aisyah sudah meng-gorok leher si penembak jitu dengan pisau milik nya. Si penembak jitu bahkan tidak sempat mengucapkan sepatah dua patah kata sebelum ia meninggalkan dunia.
"Hey Aisyah, kemana saja kamu?"
"Bonita? Kamu belum pulang? Ada apa dengan wajah mu?"
"Aku cari kamu kemana-mana."
"Hey selow! Aku baru dari kamar mandi. Perut ku mules. Aslan menaruh banyak cabai seperti nya di sarapan tadi."
"Kamu makan cabai? Bukan nya kamu nggak bisa makan pedas?"
"Ya tapi kan, kasihan suami ku. Udah masak, tapi nggak aku makan."
"Ooh iya. Iya."
"Bon, aku mulas lagi. Permisi ya."
Aisyah pergi dari hadapan Bonita sambil memegang bokong dan perut nya. Ia langsung ke kamar mandi dan membuang hajat.
"Ternyata, kebohongan ku jadi kenyataan. Kok malah mulas beneran ini. Uuu. Besok-besok mau ngomong yang lain, mana tahu jadi kenyataan kayak gini." Ucap Aisyah pada diri nya sendiri.
"Siapa di dalam?" Tanya seseorang yang mendengar Aisyah sedang berbicara sendiri.
"Maaf, ini saya."
"Ooh, saya pikir siapa yang bicara di kamar mandi."
"Saya manusia. Bukan makhluk penunggu kamar mandi. Uhh,,,"
Lagi-lagi Aisyah harus menghidupkan keran air yang ada di kamar mandi. Agar suara keluar nya benda dari area terlarang milik nya tidak terdengar.
Untung saja, si penembak jitu sudah di singkirkan. Kalau tidak, kan tidak lucu jika Aisyah meninggalkan jejak muntahan kucing milik nya di tempat itu.
"Ah,, lega."
Aisyah pun mematikan keran air setelah berhasil mengeluarkan seluruh benda yang membuat nya mulas.
"Oh, Bunda nya Alin. Saya pikir siapa tadi."
"Eh, anda menunggu saya? Bukan nya di sebelah juga ada kamar mandi yang bisa di pakai?"
"Eh tidak. Saya cuma penasaran aja tadi, siapa yang ada di kamar mandi di jam segini. Saya pikir, mungkin anak-anak yang melihat contekan dan berpura-pura ke kamar mandi."
"ooh begitu. Saya tidak tahu, Bu. Saya permisi keluar."
Aisyah langsung keluar dan menuju kelas Alin untuk melihat keadaan. Ia pakai kembali kaca mata milik nya. Kaca mata yang bisa mendeteksi bahaya, bahkan dari jauh sekalipun.
Sementara itu di kelas nya Alin, para murid malah gagal fokus ke Aisyah yang memakai kacamata hitam.
Mereka ada yang tertawa dan mengejek Bunda nya Alin yang aneh menurut mereka.
"Alin, Bunda kamu mau ngapain? Pakai kacamata lagi pas datang ke sini."
"Bunda ku lagi sakit mata. Kalian mau ketularan?"
"Eh, enggak. Tapi, kalau sakit mata kan harus nya di rumah aja. Ngapain juga sampai datang ke sekolah."
"Itu lah Bunda ku. Walaupun sakit, beliau tetap datang memberi semangat untuk anak nya. Apa orang tua kalian pernah gitu?"
Teman-teman Alin pun diam semua saat Alin mengatakan hal itu.
"Anak-anak, jangan bicara terus. Cepat selesaikan!"
"Iya, Bu Guru."
Tidak lama kemudian, Alin telah mengumpulkan hasil ujian nya. Tidak perlu waktu lama ia untuk menyelesaikan nya.
Bahkan para guru pun sudah tahu dengan kemampuan Alin. Tidak perlu lagi di periksa. Pasti benar semua.
Maka dari itu, setiap tahun sekolah mereka pasti memenangkan juara umum. Rata-rata nilai murid di setiap sekolah hanya sampai sembilan puluhan.
Apalagi kali ini, ia sedang ujian untuk kelulusan. Hanya tinggal beberapa pelajaran lagi. Maka ia akan aman dan ikut Aisyah pergi.
"Loh, anak Bunda usah siap? Kok cepat banget?"
"Karena Alin belajar. Maka nya cepat siap Bunda."
"Habis ini, ada apa lagi?"
"Udah habis Bunda. Tinggal lanjut besok."
"Kok cuma satu pelajaran?"
"Ya kan ujian kelulusan. Bukan ujian hidup."
"Oh iya. Bunda lupa. Soal nya dulu Bunda ngak sekolah di tempat seperti ini."
"Memang nya Bunda sekolah dimana?"
"Nanti deh ya. Kamu akan tahu dimana sekolah Bunda yang dulu. Sekarang, kita mau kemana lagi?"
"Alin pengen yang segar-segar."
"Apa? Es krim, es campur, es teler, es apapun itu."
"Es apapun itu, asal kan bareng Bunda."
"Ayo, lets go!"
Alin dan Aisyah mengendarai sepeda motor seperti biasa nya. Tidak lupa ia memakaikan helm anti badai, dan mantel anti apapun.
"Bunda, panas gini kok pake mantel?"
"Sayang, ini mantel anti debu. Polusi jaman now, bikin sakit paru-paru. Bunda nggak mau nanti debu jahat nempel di baju dan kamu hirup. No.. No. Anak Bunda harus sehat selalu agar bisa ujian."
"Iya deh. Apapun yang terbaik."
Dari kejauhan, beberapa penembak jitu merasa kesal. Salah satu teman mereka di temukan bersimbah darah.
Entah siapa yang melakukan hal itu. Mereka pun tidak tahu. Mereka sama sekali tidak melihat Aisyah membunuh salah satu teman mereka.
Aisyah masih terus berada di depan kelas Alin saat itu terjadi. Dan sekarang, mereka berdua sudah memakai pengaman. Jadi, mereka akan mengamati Alin dan Aisyah terlebih dahulu.
"Misi gagal. Seperti nya, ada yang membantu dia."
wis enak tak tinghal sek..ngadem dipulau..me time lah
keluarga menjadi taruhan bila tdk sesuai dg agensi misterius fbi or cia buatan para yahudi luaran sana
jd ingetlah.. sama ga pahamny, merasa msh ada simpenan bahan kimia di dlm tubuh, pas puasaan ga minum blas pil kb. jadi lah anak.. stlh 8th anak barep q..😍❤😘😄🤣😂😆😅🤨😃
konecting masa lampau yg dialihkan
krn agen akan memiliki 2 kepribadian bahkan terhapuskan, agar tidak terditeksi
ga bahaya ta
🤣😂🤔😃😀😁🤨😆😅😄
krn kl cungkring malah buat kita kelihatan cpt tua wajahnya
😭😭😭/Smug//Slight//Smug/