"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Kain kafan hitam
Tampak nya hiruk pikuk masalah penemuan mayat tak akan hilang dalam satu atau dua hari karena mereka memang sangat heboh, sebagian ada yang iba dan sebagian lagi ada yang ketakutan bila nanti malam mereka akan di datangi dengan arwah gadis yang sudah mati ini, terutama pada orang yang sedang mengkafani mayat yang sudah mulai bau. mungkin saja karena terlalu lama terendam dalam air sehingga efek pembusukan nya sangat cepat sehingga tubuh nya juga sangat rapuh gampang lepas dari sendi nya, semua harus hati hati agar tidak menyakiti si mayat yang tubuh nya sudah banyak sekali luka dan juga siksaan dari pelaku yang memperkosa dan membunuh nya ini.
Para Ibu Ibu menyumpahi agar pelaku bisa mendapatkan balasan yang sangat pedih karena sudah menghilangkan nyawa orang, mereka sebagai wanita juga merasa tidak terima melihat gadis ini di rusak seperti ini. ada yang menduga bahwa mungkin saja ini ulah dari sang kekasih, atau bisa jadi orang itu sudah lama naksir namun di tolak, sebab banyak kejadian yang berdasarkan sakit hati sehingga sampai menghilang kan nyawa. hidup di desa bila berwajah cantik malah bisa membuat ketar ketir karena banyak yang naksir, tak peduli walau si gadis sudah punya pasangan atau pun kekasih, orang itu akan tetap maju dan bila di tolak maka sifat iblis nya akan keluar untuk menyakiti dengan berbagai macam cara tentu nya.
"Mbak!" Asri memanggil Yuni yang sedang mengikat bagian kaki.
"Apa?"
"Ini kok darah nya mendadak saja keluar ya, kan tadi sudah tidak berdarah." heran Asri.
"Astagfirullah, tempel pakai kapas yang banyak." suruh Yuni kaget juga.
"Pertanda apa ini, semoga kamu jangan menghantui kami ya, Nak!" ujar Mbah Ratih yang ikut mengurus.
"Datangi saja orang yang sudah menyakiti mu, kami hanya menolong kau saja." lirih Asri.
"Kalian kok pada ngomong gitu, buruan di tempel pakai kapas." suruh Yuni sudah tak sabar.
Asri sigap menempel dengan kapas di bagian dada nya yang mendadak saja mengucurkan darah segar, sebenar nya sangat aneh karena mayat ini tadi di temukan sudah dalam keadaan mau busuk, tapi setelah di kafani malah timbul darah yang sangat banyak sehingga mereka semua yang ada di sana kaget sekali.
"Ini bagian bawah juga berdarah, sebaik nya kita ganti kain kafan nya." Yuni sampai kaget dengan tangan nya yang berlumuran darah.
"Ya allah!" Asri sampai loncat karena kaget melihat tangan Yuni.
"Sabar yo, Nduk!" Mbah Ratih mengusap kepala mayat.
"Apa kain kafan nya masih ada, Mbah?" tanya Yuni setelah cuci tangan.
"Seperti nya ada, coba lihat dulu dalam kotak itu." suruh Mbah Ratih.
Asri membuka kotak untuk cari kain kafan dan di luar juga malah turun hujan, hari yang seharua nya masih siang dan tetang sekarang mendadak saja menjadi gelap dengan hujan yang begitu deras mengguyur bumi desa yang sangat indah ini.
"Kalau sudah selesai di taruh sini saja dulu, hujan nya sangat deras." ujar Pak RT yang mengira sudah selesai.
"Belum Pak RT, kita harus mengganti kafan nya." jawab Mbah Ratih.
"Loh kok lama sekali, Mbah?" heran Pak RT.
"Tiba tiba saja ada darah yang keluar, kami harus mengganti nya dengan kain kafan lain." jelas Mbah Ratih.
Mata Pak RT menatap kain kafan yang sudah penuh dengan darah itu dan berulang kali dia istigfar karena merasa aneh dengan darah yang keluar, karena saat di temukan saja kondisi nya sudah begitu jadi mana mungkin bila masih ada darah yang keluar lagi dari tubuh nya.
"Kafan nya sudah tidak ada lagi, Mbah." seru Asri.
"Hah? gimana ini!" kaget Mbah Ratih karena kalau beli kafan maka harus kekota.
"Sama sekali sudah tidak ada ya?" Pak RT ikut panik jadi nya dan membuka kotak.
Ternyata kain kafan memang sudah tidak ada lagi, sekarang mereka tidak tahu harus bagai mana karena tidak mungkin pergi kelota untuk membeli kain kafan, Pak Lurah yang mendengar kabar itu pun menghubungi lurah lain untuk meminta kafan. namun mereka bilang juga tidak ada yang punya, lemas mereka semua karena sudah tak ada kain kafan lagi yang bisa di pakai.
"Mau pakai kain panjang juga tak akan cukup dan harus di jahit." keluh Mbah Ratih sementara kain kafan tidak boleh di jahit.
"Terus bagai mana ini, sedangkan kekota juga butuh waktu sekitar dua jam." keluh Pak Lurah yang kebingungan.
"Aku punya kain warna hitam dan sangat lebar, apa sebaik nya pakai itu saja." tawa Yuni yang kebingungan.
"Warna hitam?" Mbah Ratih tampak ragu karena masalah warna.
Namun karena tak punya pilihan lain dan mereka juga tak mungkin pergi kekota, bisa bisa bila mereka pergi kekota maka mayat ini akan bermalam di rumah warga karena dua jam itu hanya untuk berangkat nya saja dan pulang nya juga dua jam. total pulang pergi adalah empat jam, tak akan sanggup dan tidak ada yang mau bila rumah mereka di pakai bermalam oleh mayat ini, selain mereka tidak kenal, mereka juga ngeri dengan bentuk nya yang sangat rusak parah begini sehingga pasti tak akan ada yang mau.
"Bagai mana, Mbah?" Pak Lurah juga ikut bertanya.
"Bismilah saja, semoga tak terjadi apa apa." harap Mbah Ratih karena keadaan sudah terdesak.
Kain hitam milik Yuni di ambil dari rumah nya di tengah hujan dan juga guntur yang sangat kuat, mereka pun mengkafani mayat tak di kenal ini dengan kain kafan berwarna hitam pekat. batu kali ini seumur hidup Mbah Ratih mengurus mayat dan memberi nya kain kafan warna hitam, jantung wanita tua ini berdetak tidak karuan karena sudah punya firasat yang tidak bagus. namun mau bagai mana lagi karena keadaan nya sungguh terdesak dan tak ada cara lain, dengan terpaksa mereka pun melakukan nya.
"Kita sholat kan saja di rumah saya, karena bila di masjid akan jauh dan bisa basah." ujar Pak Lurah.
"Jangan lah, Pak." cegah Bu Lurah.
"Di luar hujan, Bu." Pak Lurah menatap istri nya.
"Tapi Ibu takut kalau di sholatkan di sini, mana kita juga mengurus mayat nya di sini." bisik Bu Lurah takut.
"Insya allah tidak apa apa, niat kita baik loh." Pak Lurah tersenyum.
Akhir nya mayat yang sudah di beri kain kafan hitam itu pun di sholatkan di rumah Pak Lurah saja, Ustad Zulkifli yang menjadi imam dan mereka akan segera menguburkan nya walau hujan sangat deras.
kereeen thor
sukses selalu ya