Cyra Alesha wanita berusia 25 tahun wanita yang berhati baik dan tulus selalu di bully dan di hina karena fisiknya yang berbeda dari yang lain.Semua orang selalu memandang remeh Cyra akan karena fisik yang tak terawat.
Bagaimana kisah Cyra Alesha selanjutnya?
simak ya gess..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
"Kenapa semua orang selalu mengatai diri ku? aku tahu aku tidak sama seperti mereka tapi plis jangan siksa aku dengan berbagai hinaan, aku juga punya hati aku juga merasakan yang namanya sakit hati!"
Cyra menangis tersedu sedu menumpahkan segala tekanan batin yang sejak kemarin ia tampung di dalam hatinya.
Semua hinaan cacian dan makian orang-orang yang membencinya sungguh membuatnya begitu terpuruk.
Jika kemarin kemarin masih kuat untuk tak menangis kali ini Cyra tidak dapat lagi menahan untuk tak meraung sekeras mungkin biar lah semua orang tahu jika saat ini dirinya rapuh.
Cyra tak memiliki kekuatan untuk melawan mereka semua, Cyra tak memiliki rasa untuk balas menghinanya tapi Cyra menginginkan mereka semua memahami dirinya memahami bahwa semua manusia di dunia ini memiliki kekurangannya masing-masing.
Cyra hanya ingin di anggap seperti halnya manusia yang lain Cyra ingin mereka semua menerima dirinya apa adanya dengan segala kekuarangannya.
Cyra akui dirinya memang tak memiliki kelebihan tapi setidaknya hargai lah perasaannya.
Brakkk !
Brakkk !
"Mama kenapa mengunci pintunya?" Hasa membuka pintu namun terkunci dari dalam.
"Mama buka Ma" Teriak Hasa di depan pintu.
"Hasa lebih baik kau makan biar Papa ambilkan"
Rendi mengalihkan Hasa supaya tidak mengganggu Cyra yang sudah pasti tengah menangis, dari luar sini Rendi mendengar isakannya.
"Tapi Mama Pa" Hasa tak langsung menurut.
"Tidak apa-apa nanti Mama juga keluar" Jawab Rendi.
Di dalam sini Cyra meremas kain bagian lutut sekencang-kencangnya melampiaskan rasa sakit hati yang begitu mendalam.
Siapa pun mereka sudah pasti akan merasakan hal yang sama seperti dirinya jika di hina secara terang-terangan lebihnya lagi di depan banyak orang.
Cyra merasa malu dan tak punya harga diri lagi.
"Kenapa semua orang jahat pada ku? Ini semua tidak adil !"
"Apa salah ku kenapa kalian tak ada puasnya menyakiti perasaan aku?"
Batin Cyra mencengkram kuat kain bagian dadanya.
"Hiks... Hiks... Hiks... " Tangis yang biasa bisa membuat Cyra sedikit tenang kini tak mengefek sedikit pun.
Yang ada Cyra semakin kesakitan di hati, Cyra merosot ke lantai tak peduli seperti apa kotornya lantai.
"Aku ingin egois aku ingin balas semua hinaan mereka dengan kesuksesan, aku yakin Tuhan tidak mungkin menguji ku tanpa ada hikmah di baliknya"
Cyra bak orang gila bicara sendirian Cyra mengusap kasar air matanya menyiram seluruh tubuhnya dengan air, berharap kesakitan di hatinya akan hilang dan menjadi tenang.
Hingga satu jam lamanya Cyra menyiram badan dengan air entah mengapa rasa sakit hatinya rasa panas di hatinya tak bisa hilang.
Padahal badannya sudah mengigil bibirnya sudah pucat bibirnya sudah bergetar.
"Pak, aku ingin pulang aku ingin bersama bapak saja, seumur hidup ku bapak yang tidak pernah menyakiti aku begitu juga dengan ibu kalian berdua sangat menyayangi aku sampai ibu menghembus nafas terakhirnya, aku merindukan kalian"
Tubuh Cyra lemas pandangan mulai buram badannya tak bisa berdiri dengan tegak lagi sempoyongan dan semuanya jadi gelap.
Bruuuggg
Rendi yang mendengar suara jatuh dari toilet terkejut, ia menggedor pintu.
"Cyra kau kenapa? Buka pintunya! " Teriak Rendi membuka pintu kamar mandi tapi susah Cyra menguncinya dari dalam.
"Sayank buka pintunya jangan buat aku khawatir!" Rendi mengetuk pintu berulang kali tapi tetap tak di buka.
Karena tak ingin terjadi sesuatu dengan istrinya Rendi menendang pintu kamar mandi berulang kali, hingga pintu yang terbuat dari seng itu rusak dan jebol.
Rendi melotot, di dalam kamar mandi Cyra tergeletak di lantai yang basah wajahnya pucat pasi.
"Cyra, bangun sayank" Rendi mendekati Cyra menepuk pelan pipinya berung kali tapi Cyra tak bergerak sedikit pun.
"Kenapa kau melukai diri mu sendiri sih?"
Rendi membopong istrinya membawanya keluar dari kamar mandi membaringkan di kursi panjang yang terbuat dari kayu.
Di warung ini memang tak di sediakan kamar jadi Rendi sedikit kebingungan.
"Sayank bangun"
Rendi mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambut Cyra yang teramat basah, mengelap lengan tangan dan mengelap kakinya, semoga saja dengan cara ini dapat mengurangi rasa dingin pada Cyra.
"Cyra bangun jangan bikin aku panik" Rendi mengecup kening Cyra dengan perasaan tak karuan.
Ingin menghubungi pak Husnan tapi Rendi tak memiliki ponsel, terpaksa Rendi meninggalkan Cyra sendirian di warung pergi dengan motornya menemui pak Husnan.
Sesampainya di rumah pak rt ternyata pak Husnan tidak ada di rumah hanya ada ibu rt saja. Beruntung karena bu rt bisa mengemudi mobil Cyra berhasil di bawa ke rumah sakit.
🔹🔹🔹
"Makasih bu maaf karena selalu merepotkan ibu dan keluarga" Ucap Rendi saat bu rt akan pulang dengan mobilnya.
Sedangkan Cyra sudah di tangani oleh dokter tinggal menunggu ia bangun kata dokter Cyra hanya kedinginan dan masuk angin saja.
"Sudah jadi kewajiban sesama untuk saling tolong menolong Mas Rendi tidak usah sungkan" jawab bu rt tersenyum ramah. "Kalau begitu saya pulang dulu assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Jawab Rendi.
Bu rt pun pergi dengan mobilnya.
Rendi menatap kepergian mobil bu rt bersyukur karena semua orang baik pada dirinya.
Allahu Akbar Allahu Akbar !
Suara adzan berkumandang Rendi segera menuju masjid rumah sakit untuk melakukan sholat maghrib.
Beberapa menit kemudian sholat maghrib sudah selesai tak lupa Rendi mendo'akan Cyra supaya cepat sembuh.
Rendi kembali ke ruangan Cyra di atas brankarrr sana Cyra belum membuka matanya.
Rendi menatap sedih dan kesal karena Cyra melukai dirinya sendiri.
"Apa yang ada di dalam pikiran mu Cyra? Tidak seharusnya kau melakukan ini kau sangat membuat ku khawatir, sedih dan cemas"
Rendi menggenggam telapak tangan Cyra memasukan jarinya ke sela-sela jari Cyra.
"Aku sempat kecewa karena Hasa tadi tidak kau jemput tapi melihat mu seperti ini rasa kecewa dan kesal ku hilang"
Rendi mencium punggung tangan Cyra yang terasa dingin tapi tak sedingin sebelumnya.
"Cepat pulih sayank jangan sakit lagi"
Cek klek
Rendi mengalihkan pandangan saat mendengar suara pintu terbuka.
Seorang dokter masuk dengan dua perawat. "Assalamualaikum" Sapa dokter.
"Waalaikumsalam" Balas Rendi.
"Ini resep obatnya Pak jangan lupa diambil" Dokter memberikan secarik kertas pada Rendi.
"Terima kasih dok" Rendi menerima kertas itu.
"Kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum" Ucap Dokter.
"Waalaikumsalam" Jawab Rendi.
Dokter dan dua perawat itu pun kembali keluar dari ruangan rawat Cyra.
Rendi menatap kertas resep obat membaca nama obat yang akan ditebusnya.
"Sayank aku ke farmasi dulu kau baik-baik disini" Pamit Rendi lalu pergi menuju farmasi.
salam dari "aku dan teman kamarku"
"aku dan teman kamarku"
terima kasih
huhuhu....
tp seneng sih end mereka mau niikah lagi bahagia selalu cy ren
hiks..hiks...
semangat author ku sehat selalu murah rezekinya
thor sedih bngt bab yang ini.
double up ya thor. plisss ... pnsarn sma bab slnjutnya.
trnyta agam juga suka nonton drama./Facepalm//Facepalm/
apa beneran cyra sama rendi bakalan pisah?
nggak kuat melihat mereka berdua berakhir dngan perpisahan.
/Sob/
semoga aja mereka bisa damai lagi bahagia bersama lagi.
ktanya nggk rela. kok mlh ngomong gitu./Sob//Sob//Sob/