Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 : Dikorbankan.
Terdengar suara desis di depan sana, Sang tanker party berjalan lebih dulu. Meski sudah diperingati oleh ketus party serta semua anggotanya, dia malah tetap maju dengan rasa kepercayaan diri seenak jidatnya. Sungguh bodoh menurut Dika, karena bukannya menuruti perkataan ketua partynya, si tanker malah terus berjalan maju.
Lalu sang support segera menggunakan sihir cahayanya agar penerangnya semakin jelas. Seketika membuat semua orang dan termasuk Dika membeku, bahkan si tanker pun langsung berhenti. Karena sebuah penerangan dari tongkat sihir milik support, kini sosok monster yang berhasil membuat semua orang yang melihatnya membeku.
Sosok monster itu adalah ular dengan ukurannya yang cukup besar. Bisa dibilang, ular ini seperti ular piton tapi memiliki dua tanduk di ujung kanan kiri kepalanya, dan seluruh badannya berwarna hitam.
Kalau soal panjang monster ular ini, belum bisa diketahui, karena lantai 5 ini masih belum diterangi sepenuhnya, yang jelas ada kemungkinan panjang ular ini sekitar 25 sampai 30 meter. Ular itu mendesis, dan perlahan maju, dia menatap lurus ke arah tanker yang kini berbalik dan berlari darinya.
Seketika, semua orang ikut berlari termasuk Dika. Mereka berlari sekuat tenaga, sudah jelas sekali karena tak ingin menjadi mangsa ular itu. Setelah naik kembali ke lantai 4, awalnya mereka merasa lega, tapi itu hanyalah sesaat, karena monster ular tadi mengikuti mereka, tentu saja mereka kembali berlari dalam keadaan panik.
"Sial...!! Semua ini gara-gara kau...!!" ucap assassin sambil berlari, dia menyalahkan tanker, dia yang awalnya berlari di belakang, kini perlahan melewati Dika yang juga ikut berlari.
"Kau menyalahkanku ? Salahkan dia karena sudah memakai sihirnya buat ular itu menjadikan kita sebagai targetnya...!!" balas tanker yang menyalahkan support partynya, dia tak ingin disalahkan.
Sosok penyihir yang ikut berlari bergumam. "Seumur hidup baru kali ini aku melihat ular sebesar ini." meski bergumam, tapi masih terdengar.
"Hentikan...!! Jangan berdebat...!! Kita fokus melarikan diri saja dulu untuk keluar !!" kata ksatria pedang dengan nada membentak, dia tak bisa mengendalikan emosinya karena keadaannya yang panik dan harus berlari.
Dika yang ikut berlari memilih fokus lari saja, tak ingin ikut berdebat. Meski begitu, dalam hatinya ingin sekali berkomentar tentang mereka yang sok-sokan kuat, tapi ketika melihat monster ular, malahan lari. Bukankah mereka petualang tingkat B dan C ? Kenapa malah kabur ? Itulah isi kata hatinya.
Meski sudah sampai lantai 3, monster ular itu masih mengikuti mereka. Dika yang perlahan mulai ngos-ngosan karena tenaganya sudah terkuras habis, ditambah energi mananya juga terkuras karena dirinya sama-sama menggunakannya untuk meningkatkan fisiknya.
Karena terus berlari tanpa henti di dungeon yang dalamnya cukup jauh tentu saja menguras semuanya. Ditambah ada batu penerang di dalam dinding dan itu berhasil membuat monster itu semakin bersemangat maju untuk memangsa salah satu targetnya.
"Lebih baik kau saja yang berkorban untuk kita..!!"
Bughh...!!
Tiba-tiba ada sebuah hantaman keras di dadanya Dika, dan membuatnya terpental ke belakang jauh dan melewati monster ular itu yang sedang mengejar. Tentu saja, monster itu berhenti seketika, ia membalikkan tubuh depannya, dengan pelan dia merapal sambil berdesis dan menatap lurus ke arah Dika yang kesakitan.
Meski tak sakit sepenuhnya karena menggunakan armor, tapi itu berhasil membuat remaja itu hampir kesusahan bernafas sejenak. Kini dia bangkit dari jatuhnya, dia segera berlari ke arah kembali ke dalam dungeon, karena sang monster ular sudah menargetkannya.
Melihat apa yang dilakukan oleh si tanker, berhasil membuat semua anggota partynya perlahan berhenti.
"Apa yang kau lakukan..?!?!" ucap ketua party membentak ke arah rekannya sambil mencengkram kerahnya.
Si Tanker hanya tersenyum miring. "Tentu saja membuat ular itu berhenti mengejar kita." jawabnya dengan bangga.
"Tapi kenapa harus mengorbankan dia..?!?!" balasnya membentak lagi.
Si tanker mendorong ketuanya sehingga cengkraman di kerahnya terlepas. "Ayolah, dia hanya seorang pemula, lagian kita tidak akan rugi kalau mengorbankan dia."
Lalu salah satu anggota yang merupakan assassin berkata. "Kau mungkin telah mengambil keputusan yang menurutmu benar, tapi tidak dengan kami."
"Apa kau lupa ? Tak hanya kau, kita semua disini juga dulu adalah pemula." ucap wanita yang merupakan support.
Lalu wanita penyihir ikut bersuara. "Jangan bawa-bawa aku kalau kau terkena masalah atas kejadian ini nantinya."
Si tanker malah terheran dengan semua rekan partynya. "Hey, kenapa kalian seperti ini ? Bukankah selama awal sebelum berangkat kalian tak suka dengannya ?"
Si penyihir menjawab. "Ya, kau benar, tapi bukan berarti harus menjadikannya umpan."
Memang tak sepenuhnya benar kalau anggota party Harimau Hitam tidak menyukai petualang pemula itu, mereka memilih tak berbicara dengannya karena ada maksud tertentu, yaitu ingin menguji seberapa kuat mentalnya dia. Kalau tak ada masalah, tak hanya berguna tapi melihat ada potensi, ada kemungkinan untuk merekrutnya.
Jujur saja, sebagai ketua party, dia tak suka apa yang telah dilakukan rekannya itu, dia sebenarnya memuji sikap pemula itu yang begitu tenang selama perjalanan. Dari mereka semua, memang berawal dari pemula, sedangkan si tanker juga dari pemula tapi dia memiliki latar belakang yang terlahir dari keluarga bangsawan.
Memang, semua bangsawan tidak semuanya sama, ada yang masih rendah hati, bahkan ada yang sombong. Untuk si tanker ini, dia sedari awal saja sudah sombong, ditambah dia dari keluarga bangsawan yang sudah bergelar Marquess, jadi dia tingkat kesombongannya semakin menjadi.
Tak terima merasa disudutkan oleh rekan-rekannya, si tanker memilih berjalan lebih dulu, dan meninggalkan semua anggota partynya di tempat. Sedangkan lainnya hanya diam berdiri memandangi salah satu rekannya yang sombong itu pergi semakin jauh.
"Jadi bagaimana ? Apa kita pergi saja ? Atau kembali menolongnya ?" ucap si support bertanya ke keempat rekannya.
Si assassin membalas. "Kalau kita kembali, itu sama saja bunuh diri, tapi kalau kita pergi meninggalkannya, bukankah itu sama saja kita membiarkannya mati ?"
"Jadi apa keputusanmu, ketua ?" tanya si penyihir kepada ketus partynya.
Sejenak sang ketua party atau ksatria pedang berfikir, lalu ia menghela nafasnya. "Lebih baik kalian pergi dan berjaga saja diluar, biar aku sendiri yang akan kembali."
"Kau yakin ?" tanya si support.
"Begini saja, aku dan ketua yang kembali masuk, kalian berdua yang pergi keluar untuk berjaga." kata si penyihir memberi usulan.
Semua saling memandang, lalu menganggukkan kepalanya. Mereka pun berpisah, anggota assassin dan support pergi keluar, sedangkan ketua party dan penyihir kembali menjelajahi untuk memastikan keadaan, bila ada kemungkinan bisa menyelamatkan petualang pemula itu, maka mereka akan membawanya keluar bersama.
Jika sebaliknya, dengan terpaksa mereka pergi meninggalkannya, karena tak ingin menambahkan korban meski ada rasa penyesalan karena telah membuat petualang pemula itu dalam berbahaya. Meskipun mereka petualang yang berpengalaman, pasti terselip ada rasa ketakutan di hati mereka.
lanjutkan