Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Mencintaimu
Selama dirumah sakit mamih Aleesya tak henti-hentinya memarahi Athala. Kepala papih Al sampai pening mendengar omelan istrinya. Tak lupa mamih Aleesya memarahi papih Al karena sudah meng ha jar nya tadi.
"Papih juga ngapain tadi? Pakai pukul Athala segala? Papih tahu kan, mamih yang mengandung Athala sampai 9 bulan lamanya, sekarang papih malah pukulin anaknya!" Mamih Aleesya memijat kepalanya yang pusing akibat memarahi 2 orang yang di cintainya.
"Pelajaran untuk Athala sayang!" jawab papih Al.
Bahkan omah dan opah tak kuasa ikut campur. Memang disini Athala salah, tapi papih Al juga salah. "Sudah sudah, enggak baik seperti ini, lebih baik kita doakan keselamatan Zena!" Ucap opah Arya dengan bijak.
"Mamah juga kalau jadi Aleesya, pasti marahlah!" omah Winda ikut menimpali. Ketiga adik Athala hanya geleng geleng kepala mendengar cekcok orangtua dan juga omah opahnya.
"Maafin Athala mih, pih! Athala memang brengsek! Pantas di hukum!" Lirih Athala dengan penuh penyesalan.
"Makanya jangan ke club kalau ada masalah, shalat kak shalat!" Sahut Atharya penuh emosi.
Ray dan Juna baru datang setelah mendengar kabar dari opah Arya. "Gimana dengan Doni?" Tanya papih Al. "Sudah membaik boss. Hari ini sudah bisa pulang!" Jawab Ray.
Semua terdiam tak ada lagi yang bicara, mereka harap harap cemas menunggu pemeriksaan Zena.
CEKLEK
Dokter Aline keluar dari ruangan itu "Gimana istri saya dok?" Tanya Athala dengan cemas.
"Alhamdulillah keadaannya sudah agak stabil, meskipun belum pulih sepenuhnya. Pen da ra han ketika malam pertama itu normal, namun tidak baik jika berlebihan juga akibatnya bisa fatal. Untuk sementara waktu sekitar 1 atau 2 minggu jangan dulu berhubungan, karena area sensitifnya sedikit bengkak. Nanti saya akan memeriksanya lagi." ucap dokter Aline panjang lebar.
"Saya boleh masuk kan dok?"
"Boleh, tapi gantian yah! Karena pasien masih harus istirahat!" Dokter Aline pun pamit.
Athala dan orang tuanya masuk ke dalam. Sementara yang lain menunggu di luar. Athala menangis di samping Zena yang masih tertidur, kening dan ujung bibir Zena bahkan luka memar akibat dorongan Athala.
Zena membuka matanya perlahan dia mencoba mengingat kejadian semalam. Kepalanya masih terasa pusing. Namun ada tangan yang mengelus kepalanya. "Siapa?" Zena refleks langsung duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Ini aku Athala. Kamu ada dirumah sakit sayang."
"Zena, ini mamih ada papih juga. Apa yang kamu rasain sekarang sayang?" Mamih Aleesya mencoba mendekati menantunya itu.
Zena meneteskan air matanya ia tak kuasa mengingat betapa kasarnya Athala malam itu. Mamih Aleesya memeluknya dengan erat. "Mamih dan papih minta maaf nak, kami gagal mendidik Athala. Maafkan kami nak!" Lirih mamih Aleesya.
Zena terus menangis tanpa menjawab omongan mamih Aleesya. "Mih, Zena mau cerai. Maafin Zena mih, tapi Zena udah enggak kuat!" Zena semakin histeris dipelukan mamih Aleesya.
"Kalian bicara baik-baik yah. Mamih sama papih ada diluar. Kalau suami kamu macam-macam teriak aja!"
Orang tua Athala keluar dari sana mereka memberikan kesempatan pada Athala untuk memperbaiki semuanya.
Athala mencoba mendekati istrinya dia menggenggam tangan Zena "Maafkan aku Zena, aku udah kasar sama kamu! Kamu pantas menghukum aku! Tapi jangan pernah bilang cerai. Tolong Zena kasih aku kesempatan kedua! Maafkan aku sayang! Aku sudah mulai mencintaimu Zena. Jangan tinggalin aku!" Athala menangis dan memohon pada istrinya itu.
"Kamu jahat Athala, aku benci sama kamu hiks hiks hiks !" Zena menutup mukanya dan menangis tersedu-sedu. Athala mendekapnya dengan sangat erat. Keduanya sama-sama hancur. Namun Athala juga tak mau kehilangan Zena.
"Maafin aku sayang! Maafin aku Zenata!" Athala tak henti-hentinya memohon maaf. Hingga setelah setengah jam tangisan Zena mereda. Dia meraba wajah suaminya.
"Mas lebih baik lepaskan aku! Karena aku enggak pantas jadi istri mas Atha. Aku enggak seperti Luna!"
"Sssttt...kamu yang pantas jadi istri aku, mendampingi aku seumur hidupku! Jangan bahas dia!"
Athala memeluk lagi istrinya "Mas akan berubah, tolong kasih mas kesempatan kedua." Athala mencium kening istrinya lama sekali.
Rasa cinta Zena lebih besar dibanding kemarahannya. Zena merasakan ketulusan suaminya kali ini. Dia mengangguk pelan "Aku juga enggak mau kehilangan mas Atha!"
-
-
Dibalik pintu kamar Zena, semua keluarga mengintip. "Alhamdulillah, Zena memang berhati malaikat. Apa yang Athala perbuat padahal sangat ke jam. Tapi lihat Zena? Dia dengan tulus bisa memaafkannya!" ucap omah Winda.
"Iya mah, Zena memang anak baik!" lanjut mamih Aleesya.
Opah Arya menjewer telinga papih Al "Arghhh pah sakit!" papih Al berteriak karena jeweran opah Arya. "Sakit! Itu hukuman karena kamu sudah bikin cucu papah babak belur tahu!"
-
-
-
"Harusnya malam pertama kita menyenangkan, tapi aku merusak semuanya!" Lirih Athala "Aku udah maafin mas, kita buka lembaran baru ya mas. Maafkan aku yang masih banyak kekurangan mas!" ucap Zena dengan tersenyum getir.
"Kamu sempurna sayang. Aku yang banyak salah, aku yang banyak dosa sama kamu! Nanti kalau udah sembuh, kita bulan madu mau?" Tanya Athala. "Mau mas, kemana pun mas pergi aku ikut."
Athala mencium bibir istrinya dengan lembut tak ada lagi perlakuan kasar seperti semalam. Keduanya larut dalam indahnya cinta. Zena melepaskan ciumannya dan tersenyum manis "Aku mencintaimu mas Atha!"
"I love you more Zenata!"
Athala menyuapi istrinya makan, sedetik pun Athala tak pernah meninggalkan istrinya. Dia benar benar membuktikan omongannya. Athala sangat telaten merawat istrinya.
Ketiga adik Athala masuk ke dalam membawa makanan. Mereka makan bersama. "Kak, jadwal operasi udah ada. Insya Allah minggu depan kak Zena udah bisa operasi." Ucap Alana.
"Alhamdulillah, makasih ya Alana. Kamu udah banyak bantu kakak!"
Alana mendekati kakak iparnya, sungguh dia sangat menyayangi Zena. "Alhamdulillah kak, akhirnya kakak nanti bisa lihat kita lagi. Kakak semangat ya, ada aku sama semuanya yang sayang sama kak Zena!" Alana memeluk kakak iparnya itu.
"Udah sana, ganggu aja!" Athala menarik baju adiknya dan menghempaskannya "Ihh nyebelin, awas aja!" Gerutu Alana.
Alana kembali duduk bersama kedua adiknya. Mereka makan bersama. Sementara orang tua Athala juga opah dan omah sedang bicara dengan dokter Dika mengenai rencana operasi mata Zena.
-
-
Dibalik kemesraan Zena dan suaminya, ada sesosok wanita cantik paruh baya mengintip dari balik pintu. Dia menitikan air matanya ketika memandang Zena yang sedang tersenyum bersama suaminya.
"Zenata...kamu sudah besar nak!"
Tanpa disangka, ada tangan yang menepuk pundaknya. "Ehm...maaf anda siapa yah?" Tanya omah Winda yang baru datang. Wanita paruh baya itu buru-buru menghapus air matanya dan sedikit gugup.
"Ma-maaf sepertinya saya salah kamar, permisi."
Wanita itu pergi dari hadapan omah Winda dengan terburu buru. Omah Winda sepertinya bodo amat dan masuk ke dalam kamar cucunya.