NovelToon NovelToon
Dinikahi Berondong

Dinikahi Berondong

Status: tamat
Genre:Tamat / berondong / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / suami ideal
Popularitas:4.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Pasha Ayu

Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.

Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.

"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"

"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."

"Astaghfirullah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DB ENAM BELAS

Tyas masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi di dalam. Tapi, karena semua orang akhirnya sibuk mengurus Gus Rayyan yang Tyas sendiri belum melihatnya, Tyas pamit undur diri.

Lagi pula, Rayyan suaminya mulai berisik mengiriminya pesan. Tyas celingukan sampai sebuah kecupan di pipi membuatnya kaget, bahkan reflek menampar pipi pemuda itu.

"Awh!"

Tyas lagi- lagi dibuat menyesal telah menyakiti Rayyan tanpa rencana. Bukan sengaja, semua itu karena dia reflek membela diri saja sebenarnya.

"Kebiasaan banget!" Rayyan protes sambil mengelus pipinya sendiri. Tamparan Tyas cukup terasa panas juga rupanya.

"Makanya kamu tuh jangan suka cium tiba- tiba gitu!" Tyas menegur ketus. Dan Rayyan mengecup kening sekali lagi untuk gantinya.

Tyas menghela dalam, jujur dia mulai terbiasa dengan tingkah Rayyan. Tinggal bersama selama seminggu membuat Tyas tak lagi segan.

Tyas ingin memeriksa pipi Rayyan, tapi pemuda itu buru- buru menarik pergelangan tangannya, membawanya keluar gerbang pesantren hingga berlanjut sampai ke jalan raya.

Hanya sedikit barang bawaan Tyas, karena Tyas hanya membawa beberapa gamis dan mukena saja, itu pun dengan model dan warna yang sama.

Bus yang lewat, Rayyan berhentikan, Rayyan lantas membiarkan Tyas lebih dulu masuk setelah kondektur membuka pintu sebelum kemudian dirinya juga ikut menyusul naik.

Bus ini lumayan ramai, tapi masih ada yang kosong di bangku belakang barisan ke dua, Tyas duduk di dekat kaca disusul Rayyan yang kemudian duduk di sisinya.

Seperti biasa mereka diberikan karcis lalu membayar sesuai tarif. Dan lelah karena dikejar- kejar membuat Rayyan menjatuhkan kepalanya di pundak sang istri.

Tyas memutar bola matanya, beginilah tidak sukanya menjadi pasangan pemuda yang bisa dikatakan masih berondong, Tyas yang harus siap memberikan treatment prince.

"Mbak!" Rayyan meraih tangan Tyas, lalu menciumnya. "Mbak," panggilnya.

"Tidur!"

Rayyan terkikik pelan, lalu beranjak dari pundak Tyas hanya untuk menatap wajah wanita galak itu. "Emang ada orang tidur bisa ngomong?" tanyanya cengengesan.

Selama Rayyan di sisinya, Tyas yakin dia takkan bisa tidur di bus. Membaca novel adalah solusi yang Tyas pilih untuk mengalihkan kejenuhan selama perjalanan.

Tyas membuka ponsel, dan mulai membaca novel online dari sana. Sungguh, Rayyan tak suka diacuhkan, maka selama itu pula Rayyan mencari perhatian dengan berpura- pura ikut membaca, yang padahal itu hanya cara dia mendekati dada Tyas.

"Rayyan!" Tyas menegur. Pemuda itu terkikik mendapat tarikan rambut dari tangan istrinya.

"Dimas gimana tadi?"

Setelah cukup lama membiarkan Tyas membaca novel, Rayyan menanyakan bagaimana urusannya di pesantren tadi.

"Sudah aman, Alhamdulillah." Tyas lekas menutup ponselnya untuk menghela napas dan membuangnya seketika.

"Kamu lega sekarang?" Rayyan pria paling peka pada kondisi apa pun. Dia tahu Tyas tenang setelah Dimas mondok.

Tyas mengangguk. "Keluarga Kiyai Zainy baik, tentu saja aku lega," ujarnya. "Pasti keluarga mereka nggak ada yang modelan kamu!"

Rayyan terkekeh, sayangnya tebakan Tyas salah karena sudah menjadi apesnya, jika Kiyai Zainy memiliki cicit sepertinya.

"Tapi tadi aku denger, ada cucu, atau cicit Kiyai Zainy yang namanya Rayyan."

"Oya?" Rayyan pura- pura terkejut.

"Hmm." Tyas mengangguk, walau dia belum yakin siapa yang dipanggil Gus Rayyan oleh Kiyai Zainy.

Entah cucu atau cicit, Tyas belum bisa memastikannya. "Tapi kalo soal kelakuan, pasti beda jauh sama kamu!" tambahnya.

Rayyan kembali terkekeh, sayangnya, Tyas juga salah lagi. Karena cicit Kiyai Zainy yang dibicarakan ini adalah dirinya sendiri.

Rayyan kembali menjatuhkan kepalanya di atas pundak Tyas. Dan ketika dia merasakan anggukan kepala Tyas, Rayyan segera bangkit untuk memeriksa apakah Tyas tidur atau tidak.

Rupanya benar dugaannya, Tyas sudah butuh pundaknya untuk dijadikan sandaran. Rayyan tersenyum ketika bibir Tyas berada di depan bibirnya karena dia mulai meletakkan kepala Tyas di atas pundak dan ceruk lehernya.

Rayyan juga merangkul gadis itu di sepanjang Tyas tertidur, dan untuk sesekali Rayyan mengecup bagian kepala Tyas yang masih bisa dijangkau oleh bibirnya.

Mereka baru mengenal kurang lebih sepuluh harian, tapi Rayyan merasa senyaman itu bersama wanita ini. Bibirnya tersenyum, lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan.

...°^\=~•∆•∆•~\=^°...

Siang dari Semarang, dan sore menjelang Maghrib mereka sampai Jogja. Masih ada semburat jingganya senja yang agaknya belum siap mengalah pada pekatnya malam.

Setelah turun dari terminal. Tyas sudah berada di dalam taksi, kini. Dan detik ini pula dia mulai celingukan menyisir kondisi sekitar.

"Rayyan!" Tyas masih mencoba memastikan jika alamat yang Rayyan tuju tidak salah.

"Ini...," Tyas benar- benar familiar sekali dengan jalan ini. Dulu, hampir setiap hari dia melihat jalan ini saat melakukan panggilan video bersama Ervan.

"Kenapa?" tanya Rayyan.

"Kok alamatnya..."

Tyas sekali lagi memastikan secara seksama jalan yang sedang dia lalui ini. Tyas hapal sekali di mana kompleks ini berdiri.

Ini kompleks perumahan yang menjadi pentaris perusahaan Millers corpora. Tempat di mana mantan kekasihnya bekerja.

"Pernah ke sini?" Rayyan bertanya kembali.

Tyas menggeleng. Terakhir, ketika taksi berhenti di depan sebuah rumah bernomor 204, Tyas lekas menatap Rayyan secara tajam.

"Ngapain kita ke sini, Rayyan?"

"Turun," titah Rayyan kemudian.

Tyas menggeleng. "Kamu mau cari ribut sama Ervan ah?" tuduhnya.

Rayyan tahu Tyas sedang berprasangka buruk padanya saat ini. Tapi mereka sudah sampai dan harus turun sekarang juga. "Mau turun sendiri, apa mau aku gendong?"

Tyas dengan kekeuh menolak. "Aku nggak mau turun, ngapain kita ke sini?" pekiknya.

Rayyan keterlaluan kalau tujuannya ke sini hanya untuk mengejar Ervan. "Aku tahu kamu preman, tapi nggak musti juga kamu datangi rumah Er..."

Tak habis perkataan Tyas, Rayyan memutar kepala Tyas untuk mengarahkan pandangan gadis itu ke sebuah rumah. "Itu rumah tinggal kita!"

"A-apa?"

Tyas melongo. Rayyan lalu turun dari taksi dan segera memutari mobil untuk membuka pintu Tyas yang masih terbengong di atas joknya.

Bagaimana bisa Rayyan bicara jika rumah yang berada di sebelah rumah nomor 204 itu rumah tinggal mereka. Bukankah itu berarti dia dan Ervan akhirnya menjadi tetangga?

Karena Tyas yakin benar jika rumah bernomor 204 itu memang rumah tinggal Ervan. Di depan tadi Tyas sempat membaca nama kompleks dan jalannya, dan itu pas sekali dengan alamat rumah Ervan di Jogja.

Dan asumsi itu diperkuat dengan adanya mobil Ervan yang terparkir di depan rumah bernomor 204 tersebut.

"Ning Tyas!" Tyas terkaget, lalu turun dari taksi untuk segera masuk ke dalam rumah yang Rayyan bilang inilah rumah tinggalnya.

Tyas tak hanya shock karena rumah dia dan Ervan satu komplek, tapi juga terkejut karena rumah ini bukan rumah biasa. Rumah ini sangat cocok dikatakan real estate.

Pintu tingginya, bagian dalamnya, isi perabotannya, semua yang ada di rumah ini, sama sekali tidak mencerminkan jika Rayyan ini berasal dari kalangan menengah ke bawah.

"Kenapa kita tinggal di sini?" Tyas menarik jaket suaminya. Bukan bahagia, Tyas justru takut suaminya ini bukan pemuda baik- baik.

Bisa saja Rayyan anak mafia, atau mungkin sejenisnya? Sungguh, Tyas gemetar. "Yan, ngapain kita di sini?" ulangnya berapi- api.

"Memang ini rumah kita," enteng Rayyan.

Tyas menggeleng heran. "Sebenarnya kamu ini siapa sih, Yan?"

"Suamimu, Pangesti Ning Tyas, makanya panggil aku, Mas!" jawab Rayyan.

"Berapa sewa rumah ini, Mas? Jangan pake uang orang tua untuk menafkahi ku!" ketus Tyas.

"Kan sudah dibilang, suami kamu punya kerjaan, Sayang." Rayyan berusaha sabar meyakinkan istrinya yang kritis.

"Kerja apa? Halal kah?"

"Halal, Tyas!" Rayyan lalu menyuruh Tyas duduk di sofa ruang tamunya. "Tenang, lagi pula kalau pun aku melakukan pesugihan, aku nggak mungkin melepas kamu buat tumbal!"

"Aku serius, Mas!" sergah Tyas.

Rayyan terkekeh. "Aku lebih serius, makanya sekarang buka bajunya," titahnya.

"M-mau ngapain?!" Mendadak, Tyas menutup tubuhnya dengan dua tangannya.

Melihat itu, Rayyan segera mendekati telinga Tyas untuk berbisik. "Nyobain sofa baru. Kita perlu test kualitas, sofa ini kuat atau tidak."

1
Hadijah Nadia
Luar biasa
Hadijah Nadia
👍👍👍👍👍🌹🌹🌹🌹🌹
Siti Kusmiyati
Kecewa
74 Jameela
saran yg nylekit😅
yuliwiji
Luar biasa
74 Jameela
Haram...kata sakral bg Rayyan bwt nyingkirkn poro pebinor..siiiiip
74 Jameela
/Facepalm/
74 Jameela
bagus kok crtanya..qt jd dpt tambahan ilmu agama..tntg bgmn peran istri..suami..smngt kaaak😍
74 Jameela
hhhhmmmm...Aisha...Aisha...
74 Jameela
Senep perut ini🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂
74 Jameela
Astaghfirullah...
huuuhuuuu...ngakak puuoooll
74 Jameela
Slogan yg gk lekang oleh jaman...

Seng Waras Ngalah😍
74 Jameela
😂😂😂...saknone mb.Tyas reeeek reeek..Rayyan jail buuaangeeettz
74 Jameela
Bagus👍👍👍
74 Jameela
Luar biasa
74 Jameela
terkenyut doooong si Klaras sak maknyake..siap"menggelepar sprti ikan jauh dr air.heeeheee
74 Jameela
siap" ae Van...koen ndrodog jantungmu kl tau suamie Tyas itu siapaaa..😂🤣😂🤣
74 Jameela
Alhamdulillah..ikut seneng🥰
dina
Luar biasa
Siti Hafsah
Nemu novel ini tadi malam..ternyata asiik ceritanya.Ngebut baca...♥️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!