Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Belajarlah mencintaiku, Mas
"Aku cuma bercanda, Mas, wajahnya biasa aja!" ucap Ervina.
"GAK LUCU!" kesal Naren kemudian pergi meninggalkan ruangan Ervina begitu saja.
"Mas!" panggil Ervina menahan suaminya, namun diabaikan begitu saja oleh Naren yang masih kesal.
Brak!
Pintu ruangan itu tertutup sedikit kencang, namun tetap tidak membangunkan Calisha.
"Pemarah! Baru saja baik malam sampe pagi, siang sudah marah lagi!" keluh Ervina bergumam sambil merebahkan tubuhnya lagi, "Biarkan saja, toh dia nanti juga baik sediri, ya kan dek?" lanjutnya sambil mengusap perutnya.
"Jika Daddymu tetap seperti itu, kita tinggal aja, oke!" gumam Ervina lagi sambil tersenyum.
Entahlah, semenjak hamil Ervina tidak lagi takut dengan Naren, tidak lagi segan seperti sebelumnya, mungkin karena Ervina sudah kesal dengan Naren setelah semua yang Naren lakukan padanya.
Ervina merasa tidak layak menerima perlakuan buruk!
Terlepas dirinya dijual atau tidak, dirinya tetap istri sah dan tetap mempersembahkan mahkota berharganya untuk Naren.
Mengandung di usia yang masih sangat muda!
Lalu, Naren seenaknya memperlakukannya? Mimpi!
Tidak akan!
Ervina tidak akan membiarkan bayi di perutnya merasakan stress atau sakit bahkan sebelum dia lahir di dunia.
Ervina kemudian merebahkan tubuhnya dengan santai, menatap langit-langit kamarnya, "Uangku sudah lebih dari cukup untuk membawa bayi ini dan Calisha!" gumamnya.
"Bawa kemana?" ketus Naren yang tiba-tiba mendekat membuat Ervina melebarkan matanya dan detik berikutnya hanya bisa mengedipkan matanya beberapa kali.
"Kau ingin mencuri Calisha dan benih unggul ku?" tanyanya mendekat.
"Ya!" jawab Ervina tak kalah ketus, "Untuk apa mereka bersama Daddy yang kejam dan tak punya kasih sayang!" lanjutnya menyindir.
Naren kemudian duduk di kursi sebelah Ervina, "Pesananmu tadi pagi!" jawabnya sambil menyodorkan nasi matoa dengan bumbu sate pesanan Ervina pagi tadi.
Deg!
Ervina tersenyum mengambil piring itu, "Terima kasih, Mas!" ucapnya tak percaya jika disaat marah sekalipun Naren masih mengingat dan memperhatikan dirinya, "Kirain mau tinggalin istrinya!" sindirnya.
"Jangan ulangi! Aku sangat terkejut dan khawatir!" gumamnya darat.
"Kenapa?" tanya Ervina sambil mulai memakan sate matanya dengan lahap, "Enak sekali, Mas!"
"Aku panik, aku kira kamu kenapa-napalah! Kamu tanggung jawabku, Na!" jawab Naren masih kesal.
Yah, Naren masih sangat kesal, dia yang memilih meninggalkan ruangan terlebih dahulu agar lebih tenang, justru semakin kepikiran Ervina.
Alhasil Naren kembali dengan pesanan Ervina!
Entahlah, sekarang Naren merasa tak bisa mengabaikan Ervina begitu saja.
"Maafkan Na, Na gak akan bercanda yang membuat Mas panik!" jawab Ervina sambil terus memakan sate matoanya dengan lahap hingga belepotan.
Naren kemudian membersihkan bumbu sate yang belepotan itu, "Pelan-pelan, Na!" ucapnya.
"Ini enak banget, Mas, Mau cobain?" tanya Ervina.
Naren menggeleng, "Tidak, Na saja!" jawab Naren bergidik, "Hanya orang aneh yang bilang sate matoa enak!" batinnya.
"Ginjal untuk Calisha sudah siap?" tanya Ervina.
Naren mengangguk.
Naren memang sudah memastikan semuanya sebelum operasi kedua yang akan lebih membahayakan untuk Calisha, namun jika tidak segera dilakukan operasi, tubuh kecil Ervina harus melakuka cuci darah setiap hati, karena satu ginjal Calisha yang tersisa tidak bisa menyaring racun dengan sempurna.
"Perasaan Na tidak enak, Mas!" lirih Ervina..
"Jangan berfikir yang aneh-aneh!" ucapnya, "Semua akan baik-baik saja, Na!"
Ervina mengangguk mendengar ucapan suaminya kemudian menyerahkan piring kosong itu terhadap suaminya, dan Naren dengan senang menerimanya kemudian diletakkan dan berakhir dengan memeluk Ervina, "Bayarannya!" singkatnya.
Tubuh Ervina sudah seperti candu untuk Naren.
Seolah ingin selalu merengkuh gadis kecil itu, eh bukan gadis deng kan sudah ada yang unboxing kegadisannya.
Naren hanya senang memeluk Ervina, dan Naren meyakini dirinya jika itu keinginannya memeluk sang jabang bayi di perut Ervina.
"Gitu aja minta bayaran! Kenapa peluk, Mas?" tanya Ervina serius.
"Adek utun mau, Na, Mas yang sekarang kayaknya nyidam!" ucapnya sekenanya.
"Mana ada!" seru Ervina, "Mas, ngarang!"
"Beneran, Na!"
Ervina hanya tersenyum mendengar itu dan menikmati pelukan hangat itu, pelukan yang tak pernah lagi Ervina berani bayangkan setelah selama ini menghabiskan waktu dengan Naren.
Rasanya mustahil menerima pelukan hangat dari Naren yang dulu sangat membencinya.
Namun nyatanya kini, Ervina sering mendapatkannya bahkan lebih tanpa diminta, "Mas!"
"Iya, Na?"
"Aku tidak mencintaimu!" ucapnya membuat Naren melepaskan pelukannya dan menatap Ervina, "Tidak apa, aku juga tidak mencintaimu, kita sama!"
"Tapi aku mau belajar mencintai suamiku, Mas!" lirihnya
Deg!
Naren merasakan jantungnya memompa lebih kencang dari biasanya, membuat dadanya terlihat naik turun, "Kenapa?"
Hanya pertanyaan itu yang muncul di kepala Naren!
Rasanya Naren tak menyangka juga Ervina akan berbicara demikian setelah semua kejahatan dan Kekasaran yang dia lakukan padanya.
Dan entah kenapa itu cukup menyentuh hati Naren yang telah lama mati!
Ervina tersenyum kemudian mengusap wajah Naren di depannya itu, "Karena aku ingin punya rumah tangga yang bahagia, aku tak ingin memiliki anak yang kejam karena Mommynya kehilangan cintanya—"
Ervina kemudian melirik ke bawah tubuh Naren, "Aku juga ingin membuka padaku dengan sepenuhnya menggunakan hati, menikmati semua pengalaman yang suamiku berikan!" lanjutnya dengan pelan.
Mendengar itu membuat Naren menelan savilanya dengan berat.
"Kau akan sakit sendirian! Hatiku telah mati dan tidak percaya dengan cinta, Na!"
Ervina menggeleng, "Bukan, Mas! Kamu hanya menyimpan dengan rapat hatimu, agar tidak terluka!"
"Aku akan tetap pada janjiku, padamu!" ucapnya.
Cup!
Namun dengan cepat Ervina mengecup bibir Naren yang ada di depannya dengan kecupan kecil, kemudian melumat sekilas dengan nafas yang naik turun..
Membuat Naren tak bisa jika tidak melanjutkannya, ciuman manis dengan penuh sayang itu tak terelakkan hingga Naren menahan tengkuk Ervina.
"Maukah Mas belajar mencintai, Na?"
Jedar!
Bersambung....
Adududuud,
jangan lupa Follow author ya, biar ada notif kalau ada karya baru, like, komen, vote, sesajen😍🤣 biar authornya semangat nulis.
pasti kelakuan nya si Candra itu