"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Tidak percaya
Bu RT menjelaskan bahwa rumah ini sudah satu tahun sejak Bu Nisa meninggal dalam keadaan kosong, jadi seperti nya tidak aman untuk Intan bila tinggal di sini dan yang lain juga mulai datang karena anak Bu Nisa yang sudah lama tak kelihatan baru datang lagi. ada yang menyambut Intan senang, namun ada juga ynag tidak sebab mereka mengatakan bahwa Intan adalah anak durhaka yang tidak mau datang saat Ibu nya meninggal, Bu Nisa memang cuma warga sini yang mengurus nya karena dia tak punya sanak saudara lagi. Intan putri semata wayang nya juga tak bisa datang, bahkan para warga juga yang menguburkan dan membaca kan tahlilan sampai tujuh hari.
"Rasa nya lebih baik kamu cari tempat lain saja, ini bukan tempat yang bagus." nasihat Bu RT.
"Tidak bagus kenapa, Bu? ini rumah Ibu saya sejak dulu, jadi saya sudah tahu kondisi rumah." Intan bingung.
"Semenjak Ibu mu meninggal, rumah ini berhantu dan tak ada satu pun orang yang berani lewat sini bila malam hari." tutur wanita muda yang bernama Neneng.
"Hantu?" Intan mengerut bingung dengan ucapan wanita ini.
"Benar! rumah Ibu kamu pernah membara seperti kebakaran dan saat kami datang, ternyata tidak ada apa apa." sahut Bu RT merinding juga.
Intan menarik nafas panjang karena rumah peninggalan ini malah di bilang berhantu, dengan kondisi nya yang sekarang ini dia lebih takut tidak bisa makan dan hidup dengan baik dari pada takut dengan yang nama nya hantu, toh mereka juga tidak pernah melihat langsung. entah karena lama hidup di kota atau memang Intan tidak percaya pada hal seperti itu, maka dia pun tetap kekeh ingin di sini dan tidak percaya bahwa ada setan di rumah ini. lagi pula menurut nya, Ibu Nisa pasti tak akan tega menghantui atau menyakiti putri nya sendiri, Intan merasa punya allah yang bisa di mintai tolong.
"Terima kasih atas nasehat dari Ibu Ibu semua, namun saya akan tetap tinggal di sini." Intan menjawab tegas.
"Kamu mungkin sekarang ini tidak percaya, namun kau tak akan bisa bertahan lama di rumah ini." sengit Neneng.
"Ya sudah kalau kamu memang tetap mau tinggal di sini, saya tidak bisa juga mau mencegah nya." Bu RT pun mengajak Neneng pergi dengan hati gundah.
Neneng masih melihat kebelakang untuk melihat Intan, namun mata nya malah melihat sesuatu yang begitu mengerikan sehingga dia pun menggigil tidak karuan di buat nya, rumah seperti itu yang mau Intan tinggali dengan waktu entah berapa lama dia akan ada di sana.
"Itu beneran anak nya Nisa mau tinggal di sana, Bu RT?" Wiwin cepat mendekat karena penasaran.
"Aku heran kenapa dia tidak merasa takut atau memang Intan tidak melihat sosok itu." gumam Neneng.
"Jangan bilang kau habis melihat nya!" pekik Bu RT.
"Pas mau pergi tadi, dia ada di sana." lirih Neneng yang masih pucat.
"Ya allah semoga saja Intan tidak kenapa napa, dia pasti punya masalah maka nya pindah kesini." Bu RT cemas juga dengan Intan.
"Aku kok agak kesal sama dia, di kasih tau malah membangkang." rutuk Neneng.
"Ya maklum, nama nya juga anak kota." Bu RT menepuk paha Neneng.
Dalam hati cuma bisa berdoa agar Intan memang tidak ada masalah saat menempati rumah peninggalan Ibu nya yang sudah satu tahun kosong, sebenar nya satu tahun itu bukan waktu yang sangat lama. namun entah kenapa rumah itu terasa sangat seram seolah sudah puluhan tahun saja tidak di huni dengan yang punya, apa lagi keadaan desa sini juga tak seberapa bagus. semua karena tragedi desa ujung yang semua warga nya mati dalam waktu satu malam saja, pembunuh para warga itu juga tak ada yang bisa menangkap nya sehingga sampai saat ini pun masih jadi misteri tersembunyi.
"Apa Intan cerai ya dari suami nya kok mendadak saja dia pulang?" heran Wiwin.
"Itu memang ahli mu bila urusan yang begitu, kalau nanti ada gosip rumah tangga nya maka pasti itu dari kau!" sergah Neneng.
"Ya bukan gitu maksud ku, dia Ibu nya meninggal saja tidak pulang loh! kan aneh sekarang tiba tiba saja pulang." jelas Wiwin.
"Mata nya dia memang bengkak tadi." gumam Bu RT pelan.
"Nah kan, dia pasti punya masalah." Wiwin yakin dengan tebakan nya tadi.
"Ya biar pun ada masalah tapi tidak usah kau gosip juga, tunggu dia tenang baru bisa di tanya." Bu RT membuka suara.
Wiwin pun mengangguk setuju dengan ucapan nya Bu RT, mungkin saja sekarang Intan sedang sangat sedih atas masalah yang sedang di alami nya. entah apa masalah nya mereka juga tidak tahu, namun yang pasti itu sangat berat karena dia sampai pulang kampung dengan keadaan yang bisa di bilang menyedihkan sekali.
"Eh suami ku kan kemarin kata nya ngarit di ujung sana, tanpa sadar dia malah sampai di desa mati." Fitri membuka cerita.
"Serius?!" semua nya kaget karena desa mati sangat lah mengerikan.
"Dia itu tidak sadar karena seperti di tarik oleh sesuatu sehingga terus maju mengambil rumput yang ada di sana." lirih Fitri yang sangat bersyukur suami nya bisa pulang.
"Alhamdulilah, pokok nya jangan sampai kesana!" tegas Bu RT mengusap lengan nya.
"Kalau di pikir ada untung nya juga ya dulu Pak Lurah kita tidak berbaik hati mengurus mayat yang entah dari mana itu." kenang Neneng yang masih ingat kejadian lima tahun lalu.
"Mayat siapa pun kita juga tidak tahu, aneh nya lagi kok dia tidak terima kasih ya jenazah nya sudah di urus! kan kalau di telantarkan baru lah dia bisa marah dan balas dendam." heran Wiwin.
"Konon kata nya karena di di beri kain kafan hitam." bisik Neneng.
"Bisa pas gitu juga masalah nya saat itu, kayak nya memang sudah jalan hidup mereka begitu ya." Fitri menarik nafas panjang.
"Ya sudah ayo kita pulang, sudah mau maghrib ini." ajak Bu RT.
"Lah udah malam saja, cepat sekali ganti nya waktu." Neneng juga ikut bangkit untuk pulang.
"Semoga saja Intan tidak kenapa napa." harap Bu RT yang masih cemas.
"Dia agak ngeyel juga di kasih tahu." timpal Neneng.
Mereka semua hanya bisa berharap bahwa Intan tak akan kenapa napa, ini malam pertama nya pula tinggal di rumah itu walau sekarang bukan malam jumat atau pun selasa kliwon namun tetap saja rasa nya seram juga.
mestinya justru sdh dibela sblm intan dijahati
ngeri dan biadab😡