Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkara Resume
Saat ini Doni mengurus semua biaya perawatan Abizar di rumah sakit yang lama. Alika berpamitan kepada beberapa perawat yang membantunya selama Abizar di rumah sakit. Tak lupa dengan Dokter Ihsan, dokter yang menangani Abizar terlihat senang sekali dengan kepindahan Abizar ke rumah sakit yang lebih bagus.
Abizar di bawa dengan menggunakan ambulans yang membawanya ke rumah sakit yang pemiliknya sendiri adalah Pak Herlambang.
Keterkejutan Alika terlihat sekali di wajahnya ketika dia tau dari perawat rumah sakit. "Anda beruntung sekali bisa berjumpa dengan pemilik rumah sakit ini. Pak Herlambang adalah orang yang sangat dermawan, sesekali beliau selalu membawakan makan siang untuk kami disini," kata seorang perawat wanita yang sedang merapikan pembaringan Abizar di kamar VVIP.
Apa? jadi rumah sakit ini adalah milik Direktur utama? Kenapa aku tidak tau tentang ini. batin Alika.
"Apakah anda kerabat dari Pak Herlambang?" tanya sang perawat ketika dia selesai merapikan pembaringan Abizar dan memasang selang infus.
"Bukan, saya hanya karyawan di perusahaan Wijaya Group," jawab Alika.
"Oh saya kira Anda adalah kerabat beliau, karena anda di tempatkan di kamar VVIP. Jarang sekali beliau turun tangan langsung untuk mengurus segala keperluan pasien. Semuanya sudah selesai, ini adalah barang-barang pasien. Kalau begitu saya permisi." Lalu sang perawat keluar setelah memberikan barang-barang Abizar.
Setelah menerima barang Abizar yang berada dalam tas ransel, Alika mengeluarkan benda-benda yang ada di dalam tas tersebut. Meletakkan ponsel milik Abizar dan menaruhnya di kolom meja nakas yang setiap hari di charge oleh Alika, berharap suatu saat nanti Abizar menghubunginya lewat ponsel itu.
Lalu dia mengambil jam tangan milik Abizar, lama dia memandanginya.
Maafkan kakak dek, kakak bahkan tidak bisa menjaga satu-satunya peninggalan orang tua kita. Batin Alika, lalu dia memasangkan jam tangan tersebut ke pergelangan kiri tangan Abizar.
Setelah beberapa saat, Pak Herlambang dan Doni beserta para dokter memasuki kamar rawat Abizar. Seketika Alika berdiri melihat kedatangan atasannya.
"Mereka adalah para dokter terbaik di rumah sakit ini, saya juga sudah berkonsultasi dengan mereka bahwa adik kamu membutuhkan dokter dari luar negeri. Jika sesuai jadwal dua hari lagi dokter tersebut akan datang. Jadi berdoalah semoga adik kamu bisa sadar kembali dan sembuh," jelas Herlambang panjang lebar.
Alika tidak bisa berkata apa-apa, matanya berkaca-kaca bertanya pada diri sendiri. Apakah ini nyata?
Dan kini cairan bening dari matanya sudah tidak bisa ia tahan. "Terimakasih Pak, terimakasih atas kebaikan hati anda," kata Alika sembari menangis.
"Alika semua yang ku lakukan tidak ada apa-apanya di bandingkan perjuanganmu yang berada di samping Farel, berjanjilah padaku bahwa kamu akan setia berada di samping Farel sampai dia menjadi Direktur utama. Aku hanya ingin Farel yang meneruskan perusahaan ku," kata Herlambang.
"Saya berjanji pak, saya akan mewujudkan keinginan anda," Alika berkata dengan penuh keyakinan.
***
Keesokan harinya seperti biasa para karyawan bekerja sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Alika baru keluar dari ruang penyimpanan berkas, membawa beberapa berkas yang akan ditunjukkannya pada Farel.
Berkas tentang rekapan keuangan selama setahun. Beberapa file perusahaan yang di minta Farel juga Alika bawa.
Setelah berada di depan ruangan Farel, Alika mengetuk pintu lalu sesaat dia langsung masuk ruangan Farel yang saat ini sudah menjadi atasannya.
Di meja Farel, Alika melihat Dimas, Andre dan Riko sedang tertawa seperti membicarakan sesuatu yang lucu. Namun seketika mereka terdiam saat Alika memasuki ruangan.
"Sedang apa kalian disini?" tanya Alika dengan tatapan tajamnya, bukannya tidak memperbolehkan atasannya berkumpul dengan teman-temannya namun saat ini masih terbilang jam kerja.
Farel dan ketiga temannya saling menatap satu sama lain. "Memangnya kenapa? mereka adalah teman-teman gue," kata Farel yang masih duduk di kursinya.
"Ya benar kami temannya," kali ini Riko yang menjawab, teman Farel yang terbilang cukup muda di antara para teman-temannya.
"Ya ya benar," kini Dimas dan Andre juga ikut bicara.
Alika melangkah maju ke depan dengan tatapan mengintimidasi ketiga teman Farel lalu dengan sengaja menaruh berkas keras yang di bawanya ke meja Farel. Dan gebrakan berkas tersebut berhasil membuat ketiga teman Farel terlonjak kaget. Begitu juga dengan Farel namun dia mencoba untuk bersikap tenang.
"Apa kalian tidak mempunyai pekerjaan sampai kalian menikmati obrolan kalian di jam kerja?" sepertinya kini Alika sudah tersulut emosi dengan tindakan atasan dan teman-temannya.
Dimas, Andre dan Riko saling menatap. Bukan tatapan menantang tapi lebih tepatnya mereka di buat takut oleh sikap Alika.
"Pak Farel cobalah bersikap untuk profesional di saat Anda bekerja," kini Alika menatap Farel.
"Lu pikir lu siapa hah?" kini Farel berdiri, sikap Alika membuat Farel juga tersulut emosi.
"Apa anda lupa kalau saya adalah sekretaris anda Pak Farel?" tanya Alika menjawab sesantai mungkin. "Sekarang lebih baik kalian keluar, siapkan resume kalian sebagai persyaratan masuk ke perusahaan ini," lanjut Alika.
"Lu udah keterlaluan!" kata Farel sambil menunjuk Alika.
"Itu hanya persyaratan dari perusahaan Pak, lebih baik ketiga teman anda segera membuatnya agar semuanya cepat selesai," tandas Alika. "Tunggu apa lagi? kenapa kalian masih disini?" Alika berkata seraya menatap ketiga teman Farel.
Di saat itu juga para teman Farel keluar dari ruangan tersebut.
"Gue juga butuh resume lu!" kata Farel.
"Apa?" jawab Alika lalu dia tersenyum. "Jika Pak Farel tidak tau, saya akan menjelaskan bahwa saya sudah bekerja di perusahaan ini selama kurang lebih enam tahun, jadi.." belum selesai Alika menjelaskan.
"Lalu kenapa? sekarang atasan lu adalah gue, jadi gue berhak tau siapa sekretaris gue," tandas Farel.
Alika hanya bisa bernafas pasrah atas tingkah Farel. Dengan langkah sedikit malas Alika berjalan ke bagian HRD untuk mengambil resume yang dulu dia berikan untuk pertama kali melamar bekerja.
Setelah mendapatkannya Alika kembali lagi ke ruangan Farel dan memberikannya ke Farel. Perlahan Farel membuka resume yang di berikan Alika, terlihat Farel sesekali mengangguk-anggukan kepalanya melihat lembaran demi lembaran resume Alika.
*
Alika saat ini sudah duduk di meja kerjanya, menyandarkan kepalanya di bantalan kursi kerjanya. Memejamkan matanya dan menarik nafas perlahan mencoba menetralkan perasaan gundah yang menerpa dirinya. Perkara resume yang dia minta pada
teman Farel kini berbalik pada dirinya sendiri.
Sampai deheman seseorang mengejutkannya dan memaksa matanya untuk terbuka. Di depannya berdiri ketiga teman Farel yang masing-masing ditangan mereka membawa sebuah map berwarna merah.
"Ini resume kami," kata Andre sambil menyerahkan map yang berada di tangannya disusul dengan kedua temannya.
Alika membuka satu persatu map tersebut lalu sesaat dia mengerutkan dahinya. "Alamat kalian sama, apa kalian tinggal di rumah yang sama?" tanya Alika.
"Benar, kami tinggal bersama," jawab Riko.
"Maksud kalian?" Alika yang masih belum mengerti.
"Farel memberikan kami sebuah rumah untuk kami tinggali bersama, setelah kepergian kami dari rumah asal kami," kata Dimas.
"Aku ingin kalian menuliskan alamat rumah kalian yang dulu," sambil menyerahkan map ke hadapan ketiga teman Farel dan tiga buah bolpoin ke mereka.
Dimas, Andre dan Riko saling menatap heran kenapa sampai Alika meminta alamat rumah mereka yang lama.
"Jangan banyak berpikir, ini untuk memenuhi persyaratan masuk ke perusahaan ini," jelas Alika.
Terlihat mereka bertiga mengambil masing-masing bolpoin dan akan menuliskan alamat rumah mereka.
"Satu lagi..." kata Alika dan seketika itu pula ketiga orang itu menghadap ke Alika. "Bisakah kalian menghormati Pak Farel dengan memanggilnya dengan sebutan Bapak di waktu jam kerja? Karena itu akan meningkatkan reputasi Pak Farel di depan anggota Dewan Direksi lainnya." Jelas Alika dan di jawab anggukan kepala oleh ketiga orang yang ada didepan Alika.
Selanjutnya mereka benar-benar mengisi alamat rumah mereka yang lama.
Aku hanya akan memastikan bahwa Pak Farel di kelilingi oleh orang yang benar-benar mendukungnya. Batin Alika saat melihat Dimas, Andre dan Riko menulis alamat mereka.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.