Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.
Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12: Di Antara Api dan Darah
Malam yang seharusnya membawa ketenangan justru terasa seperti jurang yang semakin dalam bagi Mira. Setiap detik yang berlalu, pikirannya semakin kusut, diselimuti kabut kebingungan. Hutan yang gelap dan sunyi menjadi saksi bisu dari perang batin yang sedang ia hadapi. Di antara api yang membara dan bayangan darah, Mira merasa terperangkap dalam realitas yang tidak pernah ia pahami sepenuhnya.
Dia duduk di atas sebuah batu besar, tubuhnya terasa lemas. Kelelahan bukan hanya fisik, melainkan mental. Pertemuan dengan Faksi Phoenix masih terasa seperti mimpi buruk yang tidak kunjung selesai. Kata-kata Aidan terulang-ulang di kepalanya. “Kau harus memilih. Api atau darah.” Tapi bagaimana dia bisa memilih ketika kedua sisi terasa salah? Keduanya menuntut bagian dari dirinya yang bahkan dia belum pahami.
“Api atau darah...” bisik Mira, suaranya hampir tenggelam di antara suara angin malam yang lembut. Matanya yang lelah menatap kosong ke depan, tetapi pikirannya berputar tak menentu, seperti tertarik oleh dua kekuatan yang saling bertentangan. Di satu sisi, api dari Phoenix yang mengalir dalam darahnya tampak menawarkan kekuatan yang luar biasa—kekuatan yang dapat menghancurkan atau menyelamatkan. Di sisi lain, ada dunia vampir yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya melalui Evano. Tapi kini, dengan peringatan Aidan, dia tak bisa lagi memandang Evano dengan cara yang sama.
Pikirannya tidak bisa diam. Masing-masing pilihan yang terlintas di benaknya membawa beban yang terasa terlalu berat untuk diambil. Bergabung dengan Faksi Phoenix berarti dia akan menjadi bagian dari mereka sepenuhnya, meninggalkan segala yang dia tahu tentang dunia vampir. Tapi Evano… dia adalah sosok yang selama ini berada di sampingnya, memberi rasa aman di saat-saat paling kacau. Namun, jika dia memihak vampir, apakah dia hanya akan menjadi alat bagi mereka, seperti yang dikatakan Aidan?
Kebingungan ini bagaikan jerat yang semakin mengikat Mira setiap kali dia mencoba berpikir jernih. Satu-satunya hal yang jelas baginya adalah bahwa kedua dunia itu—Phoenix dan vampir—tidak bisa dia percayai sepenuhnya. Tapi apa yang tersisa untuknya? Apa jalan lain yang bisa dia pilih? Semakin dia memikirkan semua kemungkinan, semakin ia merasa terasing dari dirinya sendiri, seolah-olah tidak ada keputusan yang benar, tidak ada jalan keluar.
Napasnya semakin cepat. Hawa panas di sekitar tubuhnya seperti menekan dari semua sisi, membuat dadanya terasa sesak. Api kecil yang terkadang muncul di tangannya—sesuatu yang dulu jarang terjadi—kini tampak muncul lebih sering, seolah-olah beresonansi dengan ketidakstabilan emosinya. "Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" pikirnya, panik.
Saat itulah Mira mendengar suara langkah kaki dari balik pepohonan. Suara itu lembut, tetapi cukup jelas di telinganya yang waspada. Dia menoleh, dan di sana, dari balik bayang-bayang, muncul Evano. Sosoknya yang tinggi dan anggun tampak seperti bagian dari kegelapan malam, berpakaian serba hitam, dengan mata merah yang bersinar di tengah kegelapan. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, tetapi Mira tahu, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan.
“Mira,” sapa Evano dengan lembut, meskipun ada sesuatu dalam suaranya yang membuat Mira merasakan jarak. “Apa yang kau lakukan di sini sendirian? Aku mencarimu.”
Mira tidak segera menjawab. Dia berdiri dari tempat duduknya, berusaha menstabilkan dirinya di hadapan Evano. Namun, di dalam hatinya, kebingungan semakin menguasainya. Evano adalah sosok yang selama ini ia percaya, tetapi kini, setelah pertemuan dengan Faksi Phoenix, dia tidak bisa menyingkirkan kecurigaan yang perlahan tumbuh di dalam dirinya. Apakah Evano benar-benar ada untuknya, atau apakah dia hanya bagian dari permainan kekuatan yang lebih besar?
“Kenapa kau mencariku?” tanya Mira akhirnya, suaranya terdengar lebih tajam dari yang dia maksudkan. Evano mengerutkan kening sedikit, meskipun dia tidak menjawab dengan segera. Sebaliknya, dia melangkah mendekat, tetapi tidak terlalu dekat, seolah-olah dia menyadari ketegangan yang menguap dari Mira.
“Aku khawatir tentangmu,” jawab Evano, suaranya tetap tenang. “Setelah pertemuanmu dengan Faksi Phoenix, aku tahu kau pasti merasa bingung. Mereka… mereka tidak bisa dipercaya, Mira.”
Kata-kata itu, meski tampak peduli, justru menambah kebingungan di dalam diri Mira. Evano memperingatkannya tentang Phoenix, tetapi Faksi Phoenix juga memperingatkannya tentang vampir, termasuk Evano. Siapa yang benar? Siapa yang memanfaatkannya? Pertanyaan-pertanyaan ini semakin berputar-putar, membuat kepalanya terasa sakit.
Mira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. “Dan kenapa aku harus mempercayaimu, Evano?” Pertanyaannya datang tanpa dia pikirkan terlalu dalam, tetapi setelah keluar, dia menyadari bahwa itulah pertanyaan yang selama ini dia hindari. Apakah dia benar-benar bisa mempercayai Evano, ataukah selama ini dia hanya menjadi alat untuk rencana vampir?
Evano tampak terkejut, meskipun hanya sekejap. Dia menatap Mira dengan pandangan yang sulit diartikan, tetapi Mira bisa melihat secercah luka dalam mata merahnya. “Mira… aku selalu bersamamu. Aku selalu di sisimu, bahkan ketika kau sendiri tidak tahu siapa dirimu.”
“Kau mengatakan itu, tapi—“ Mira terhenti. Sesuatu dalam dirinya menolak untuk menyelesaikan kalimat itu, seolah-olah ada bagian dari dirinya yang masih ingin mempercayai Evano. Namun, keraguan itu tetap ada, seperti bayangan yang terus mengikuti, tidak peduli seberapa keras dia mencoba mengusirnya.
Evano mendekat lagi, kali ini lebih dekat, tetapi Mira tidak mundur. Dia menatap mata Evano, mencoba mencari kebenaran di dalamnya. Tapi semua yang dia lihat hanyalah pantulan dari kebingungannya sendiri. Tidak ada jawaban yang jelas, tidak ada kepastian.
“Mira, aku tahu ini sulit,” suara Evano berubah lebih lembut, hampir berbisik. “Tapi aku ada di sini untukmu. Aku selalu ada di sini.”
Kata-kata itu, meskipun terdengar tulus, malah menambah beban di dada Mira. Apakah itu benar? Atau apakah Evano hanya mengatakan apa yang dia tahu Mira ingin dengar? Kebingungan itu tak kunjung hilang, seperti kabut tebal yang terus menyelimuti pikirannya.
“Kau mungkin percaya aku memanfaatkanmu, tapi aku tidak seperti mereka,” lanjut Evano. “Aku tidak peduli apakah kau memiliki darah Phoenix atau vampir. Bagiku, kau adalah Mira. Itu saja.”
Mira ingin percaya pada kata-kata itu, tetapi kebingungan di dalam dirinya terlalu dalam. Setiap langkah yang dia ambil menuju satu sisi, dia merasa semakin jauh dari kebenaran. Api atau darah. Phoenix atau vampir. Evano atau Aidan. Tidak ada yang tampak benar. Tidak ada yang bisa dipercaya sepenuhnya.
Malam semakin larut, dan dalam heningnya, Mira hanya bisa merasa semakin tersesat.