PESONA ISTRI DARI DESA (TERPAKSA MENIKAH)

“Hai, aku datang ingin menjenguk mu Karin, Edgar bilang kau sedang sakit jadi aku membawakan buah untukmu.”

Ucap Laura seraya memperlihatkan buah buahan yang ia bawa, Edgar menoleh kearah Karin yang hanya diam tapi terlihat sekali jika gadis itu tidak suka dengan keberadaan Laura, tapi apa boleh buat tidak mungkin juga Edgar mengusir Laura terlebih saat niat Laura baik untuk menjenguk Karin.

“Masuk sayang.”

Ucap Edgar pada kekasihnya itu, Laura menganggukkan kepalanya lalu segera masuk, namun Karin langsung masuk ke dalam kamarnya, rasanya tidak sudi melihat wanita itu disana, dan ya jangan pikir Karin bodoh dengan tidak mengetahui kebohongan Laura yang mengatakan ingin menjenguknya.

“Karin tidak suka dengan keberadaan ku ya?”

Gumam Laura dengan raut wajah cemberut nya dihadapan Edgar membuat pria itu menatap kesal Karin yang sudah masuk kedalam kamar, Edgar menatap kekasihnya itu seraya menggelengkan kepalanya.

“Dia mungkin hanya tidak enak badan saja.”

Ucap Edgar lalu mengambil barang bawaan Laura membawanya duduk di sofa, sedangkan Karin yang berada didalam kamarnya kini merebahkan tubuhnya diatas ranjang, kenapa juga ia kesal? Toh Laura memang lebih berhak karena Edgar mencintainya, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya lah yang menjadi istri Edgar.

“Astaga Karin, lupakan saja!”

Gumam Karin, Sedangkan di luar kamar kini Edgar dan Laura tengah duduk disofa seraya menonton televisi, Edgar merangkul kekasihnya itu seraya sesekali mengecup bibir wanita itu, Laura melirik Edgar lalu membalas kecupan pria itu hingga akhirnya keduanya kembali terhanyut nafsu, sedangkan Karin yang ingin mengambil cemilan di dalam kulkas terkejut melihat kegiatan panas keduanya di sofa.

“Bisa lakukan itu di dalam kamar saja? kalian menodai mataku!”

Ucap Karin kesal membuat kedua nya menoleh lalu menghentikan c*uman panas itu, Karin kemudian berjalan menuju dapur lalu membuka kulkas, namun gadis itu hanya bisa menghela nafas begitu stok cemilan sudah habis, Edgar yang melihat itu segera menghampiri Karin.

“Kau mau apa?”

Tanya Edgar.

“Aku ingin cemilan.”

Ucap Karin, mendengar itu Edgar pun berinisiatif untuk membeli cemilan, pria itu kemudian pamit dengan kekasihnya meminta Laura untuk menjaga Karin selama ia keluar, Laura menganggukkan kepalanya meskipun kesal lantaran Edgar yang bersikap peduli pada gadis itu, kini tinggal lah Laura dan Karin di sana, Karin memilih untuk masuk kedalam kamarnya namun di hentikan oleh Laura.

“Jangan coba coba mencari perhatian pada Edgar! Aku tahu kau hanya berpura-pura sakit agar Edgar tidak ke kantor kan?”

Ucap Laura menghampiri Karin yang hampir saja masuk kedalam kamar nya, Karin membalikkan tubuhnya lalu menatap wanita dihadapan nya itu dengan perasaan jijik, mengingat bagaimana wanita itu rela memberikan tubuh pada pria yang bahkan belum menjadi suaminya dan sudah menjadi suami orang lain.

“Aku tidak perlu mencari perhatian pada Edgar karena dia memang sangat perhatian padaku.”

Ucap Karin lantaran ia memang tidak sedang mencari perhatian Edgar, dan apa gunanya? Toh ia juga tidak punya perasaan pada pria itu begitu pun dengan sebaliknya, sedangkan Laura yang mendengar itu tentu saja merasa kesal, terlebih saat melihat Karin yang sangat percaya diri.

“Begitukah? Aku akui Edgar memang sangat baik, bahkan dia rela menerima pernikahan dengan gadis kampung seperti mu.”

Ucap Laura tersenyum sinis pada Karin, tentu ia sedang mengejek gadis itu saat ini lantaran Karin dan Edgar benar benar tidak matching, Edgar sangat modis dan sangat peduli dengan fashion, sedangkan Karin yang selalu memakai rok selutut dengan kaos lengan pendek benar benar terlihat tidak sesuai dengan Edgar.

“Aku memang kampungan, tapi setidaknya aku tidak murahan, jangankan pria lain, bahkan suamiku saja tidak bisa sembarangan menyentuh ku, tidak sepertimu yang bahkan sudah di celap celup, padahal tidak dinikahi!”

Plak!

“Beraninya kau mengatakan itu padaku! Kau pikir kau siapa? Kau hanya gadis kampung yang dibawa ke kota oleh Edgar! Sedangkan aku? Aku kekasihnya yang sudah menjalin hubungan dengan Edgar jauh sebelum kau mengenalnya!”

Ucap Laura setelah mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi Karin, Gadis itu menatap Laura dengan tajam, tak peduli dengan kata kata wanita itu yang jelas ia tak terima di tampar seperti itu lantaran apa yang ia katakan memang benar adanya.

“Aku memang tidak mengenalnya, tapi kami sudah di jodohkan sejak kecil, dan meskipun kau sudah lama menjalin hubungan dengannya, tetap saja kau murahan!”

Mendengar itu Laura kembali hampir melayangkan tamparan diwajah Karin namun dengan cepat gadis itu menahan tangan Karin, lalu membalas tamparan Laura, mendorong tubuh wanita itu hingga membuat Laura terjatuh di lantai, wanita itu hampir saja akan membalasnya namun suara Edgar menghentikan langkahnya.

“Karin hentikan!”

Pekik Edgar menatap tajam Karin lalu segera menghampiri Laura lalu menanyakan keadaan kekasihnya itu, Laura yang melihat keberadaan Edgar disana tentu saja mengambil keuntungan dengan berpura-pura di sakiti oleh Karin, Laura memeluk Edgar seraya menangis membuat Edgar benar benar tidak bisa menahan amarahnya pada Karin.

“Dia yang menamparku lebih dulu.”

Ucap Karin pada Edgar namun tentu saja Edgar tidak menghiraukan ucapan gadis itu.

“Dia menyakitiku lalu mengatakan aku wanita murahan karena memberikan tubuhku padamu, padahal kau tidak akan menikahi ku.”

Jelas Laura tentu saja membuat Edgar merasa bersalah sekaligus marah pada Karin yang dengan lancang ikut campur dalam hubungan nya dengan Laura, Edgar menghampiri Karin lalu menarik tangan gadis itu menuju kamarnya, Edgar mengunci kamar Karin lalu menarik rambut gadis itu dengan kasar membuat Karin meringis kesakitan.

“Lepaskan aku Edgar!”

Pekik Karin memegangi rambutnya, Edgar mendekatkan wajahnya pada Karin.

“Ini tidak seberapa dibandingkan kau menyakiti Laura, sudah kukatakan bukan untuk tidak mengganggu nya, padahal niatnya baik padamu tapi kenapa kau justru mengatainya?”

Ucap Edgar, Karin menatap Edgar seraya tersenyum tipis.

“Niat baik katamu? Dia hanya berpura pura! Dia hanya ingin membodohimu!”

Sentak Karin membuat Edgar kembali kesal lalu meninggalkan Karin lalu mengunci kamar nya membuat Karin berteriak seraya mengetuk pintu, meminta agar Edgar mengeluarkannya dari sana, Laura tentu saja tersenyum puas melihat hal itu.

“Ayo aku antar kau pulang.”

Ucap Edgar pada Laura.

“Tapi Karin bagaimana?”

Ucap Laura tentu berpura pura peduli pada gadis itu.

“Tidak perlu dihiraukan, itu hukuman untuknya.”

Ucap Edgar lalu segera membawa Laura pergi, namun saat keluar dari apartement nya, Edgar menatap saklar listrik di rumahnya lalu mematikan seluruh listrik di apartement nya begitu mengingat Karin sangat takut dengan kegelapan.

“Kenapa dimatikan?”

Tanya Laura pada kekasihnya itu.

“Dia takut kegelapan.”

Ucap Edgar lalu segera membawa Laura pergi, sedangkan Karin yang berada didalam kamar tentu saja terkejut begitu lampu mati secara tiba tiba.

“Kak Edgar! buka pintu nya! Karin takut kak!!”