Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26.
Debora melihat seorang wanita cantik memandang mereka, dan sepertinya Debora mengenal wanita itu.
Di mana ya? pikir Debora.
Setelah merenung sebentar, akhirnya Debora ingat, kalau wanita itu kekasih kakak iparnya.
"Ah, iya aku ingat, kamu gadis yang di taman itu ya!" sahut wanita cantik itu.
Setelah Debora tahu siapa wanita cantik itu, dia pun tidak terlalu menanggapi sapaan tidak bersahabat wanita itu.
"Aku pilih yang ini saja, Ayo kita bayar!" kata Debora pada Nita.
"Baik, Nyonya!" jawab Nita, lalu perlahan membawa kereta dorong Arthur.
"Hei, tunggu!" seru wanita itu, dia terlihat kesal, karena diabaikan Debora.
Debora tidak memperdulikan panggilan wanita itu, gadis itu terus saja berjalan menuju kasir.
"Hei! kamu dengar tidak!" sahut wanita itu dengan nada tinggi.
Tangannya meraih lengan Debora, dan membuat Debora menghentikan langkahnya.
"Kamu tidak sopan ya, ada orang yang menegurmu, seharusnya kamu itu merespon!" ujar wanita itu mendelik marah.
"Memangnya situ siapa?" tanya Debora dengan cueknya.
"Wah! ini perempuan benar-benar tidak sopan ya? apa kamu tidak lihat aku ini kekasihnya Victor!" sahut wanita dengan tajam.
"Terus, hubungannya dengan ku apa? situ mau kekasih, atau simpanan Victor, aku tidak perduli, tidak ada urusannya denganku!" sahut Debora cuek.
Debora menghentakkan tangannya, yang di pegang wanita itu.
"Heh! dengar ya! aku dan Victor saling mencintai, kamu jangan berharap bisa mendapatkan cinta Victor, dia bukan tipe pria yang menyukai anak kecil seperti mu!" ujar wanita itu dengan tegas, sembari menatap dengan tajam wajah Debora.
"Kamu dari tadi bicara sarkas terus padaku, kita tidak saling kenal, kamu jangan coba-coba memprovokasi ku ya! kamu kira aku bisa di gertak!" sahut Debora mendekati wanita itu, dan menatap dengan tajam juga wanita tersebut.
"Aku begini, karena kamu menggoda kekasihku!" kata wanita itu menantang tatapan mata Debora yang tajam.
"Apa katamu? memangnya kamu ada melihat aku menggoda kekasihmu itu, dasar sinting!" ujar Debora sarkas, dia begitu kesal dengan wanita tidak jelas tersebut.
Debora kemudian berbalik, dan memberi kode pada Nita untuk bergegas pergi dari sana.
"Hei! tunggu! aku belum selesai bicara!" sahut wanita itu, lalu mengejar Debora dengan langkah cepat.
Wanita itu menghadang Debora, berdiri tepat di hadapan Debora.
Debora pun menghentikan langkahnya, dan memandang wanita itu dengan tajam, dia benar-benar kesal sekali dengan kekasih kakak iparnya itu.
Mereka benar-benar cocok, sama-sama pemaksa, dan ingin menang sendiri, juga cenderung perkataannya yang harus di dengar.
Mata Debora dengan tajam menatap wanita itu dengan berani, dia menunggu apa lagi kira-kira, yang akan di katakan wanita itu.
"Aku ingatkan kamu ya! kamu tidak boleh ada di sekitar Victor, dia hanya milikku! kamu itu hanya pantas dengan lelaki seumuran mu, Victor tidak selevel dengan mu! kamu gadis ingusan yang masih labil, Victor pria dewasa yang hanya pantas untuk ku, ingat itu!" ujar wanita itu mengingatkan Debora, sembari jari telunjuknya, menunjuk ujung hidung Debora.
"Huh! dasar ja-lang! cih! kamu pikir aku takut dengan ocehan mu yang membosankan itu! ambil saja dia, bawa pulang ke rumahmu! kamu pikir aku gadis gampangan! yang mau saja mengejar lelaki yang tidak mencintai ku! cih! benar-benar tolol, aih...naik darah tinggiku kamu buat! sialan!" kata Debora dengan mata mendelik memandang wanita itu dengan tajam.
Debora lalu menatap wanita itu dari atas kepala sampai ujung kakinya, tatapan matanya terlihat meremehkan wanita itu, sembari sudut bibirnya berdecih sinis.
Setelah itu, Debora pun melangkah maju ke depan, dan menyikut wanita itu agar menyingkir dari depannya.
"Awas! menghalangi jalan saja!" kata Debora dengan cueknya, lalu berlalu dari sana, meninggalkan wanita itu dengan mulut ternganga.
Wanita itu, tidak menyangka mendapat respon yang di luar dugaannya dari Debora.
Bersambung.....