FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Tepat jam 8 malam waktu setempat.
Mobil yang dikendarai Lio telah ter-parkir di garasi rumahnya. Seorang penjaga membukakan pintu mobil dari luar untuknya.
"Selamat malam, Tuan." Sapa penjaga pria itu sambil menundukkan kepala, memberikan hormat kepada Tuan Besarnya.
Lio hanya berdehem tanpa ekspresi. Kedua kakinya mengayun memasuki rumah mewahnya.
Bulan ini musim semi, dan malam ini terasa hangat seperti pada malam sebelumnya, akan tetapi tidak dengan hati Lio yang terasa dingin sebab di tinggal pergi sang kekasih. Rasa galau dan gundah masih membelenggu hatinya, membuat moodnya tidak stabil.
Kepala pelayan pun turut menyambut kedatangan sang Tuan Besar. Mengetahui kalau mood tuannya sedang berantakan, kepala pelayan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan.
"Selamat malam, Tuan." Kepala pelayan menunduk hormat ketika tuannya melewatinya dengan langkah tegap, penuh keangkuhan.
Lio menghentikan langkahnya, balik badan, menatap kepala pelayan dengan datar. "Di mana wanita itu?"
"Wanita itu?" Kepala pelayan membeo, ekspresinya cengok, tapi tidak berlangsung lama dia tersadar yang di maksud tuannya. "Dia berada di kamar pavilliun. Mulai hari ini dia di tempatkan di bagian dapur," jelas Kepala pelayan dengan cepat, agar tidak mendapatkan amukan dari tuannya.
Pada kenyataannya, semua pekerja di rumah itu mengetahui jika Lara adalah istri pengganti Tuan Besar. Namun, karena rumor yang beredar mengenai Lara yang sudah membuat pengantin wanita pergi, maka tidak ada satu pun orang yang simpatik pada Lara, bahkan para pelayan pun memandang rendah wanita malang itu.
Alis Lio terangkat, pandangannya semakin dingin dan kelam. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, tidak ada yang mengetahui.
"Siapkan makan malam!" titah Lio, datar, dan dingin, kembali melanjutkan langkah, menuju kamarnya di lantai atas untuk membersihkan diri.
Kepala pelayan menghembuskan nafas lega. Perasaan jika berada satu ruangan dengan tuannya, waktu seolah lambat berputar, dan oksigen di sekitarnya seolah menipis membuat dadanya tertekan dan sesak nafas.
Kepala pelayan beranjak dari sana, buru-buru menuju pavilliun untuk memerintahkan Lara agar segera memasak untuk Tuan Besar.
*
Lara terkejut ketika kepala pelayan memasuki kamarnya dengan tergesa, seperti habis di kejar hantu.
"Lara, kau harus cepat ke dapur membuat makan malam untuk Tuan Lio!"
Lara yang sedang membongkar pakaian pemberian para pelayan lain pun menghentikan kegiatannya. Dia segera beranjak menuju dapur dengan langkah seribu.
Kepala pelayan menatap kamar Lara yang terlihat berantakan. Tatapanya terkunci pada tumpukan baju bekas milik para pelayan yang disumbangkan suka rela pada Lara. Dalam hati sangat kasihan pada nasib Lara yang sangat miris. Namun, semua yang di rasakan Lara sepertinya sepadan, karena wanita itu sudah membuat Sierra pergi.
Kepala pelayan segera menutup pintu kamar Lara yang sempit itu. Ya, kamar Lara lebih sempit dari kamar pelayan lain yang lengkap dengan segala fasilitas.
*
Suara langkah kaki terdengar nyaring, semakin mendekat ke ruang makan yang menyatu dengan dapur, tanpa sekat.
Tubuh Lara menegang. Dia dapat merasakan aura dingin dan mengintimidasi dari tatapan Lio yang seolah menghujam punggungnya. Lara berusaha tetap tenang, menghela nafas berulang kali, sekaligus menyemangati diri sendiri agar tetap kuat.
"Kau senang?!" Suara berat Lio bagaikan suara guntur yang menyambar di langit mendung, sangat menakutkan.
Lara menghentikan gerakan tangannya sejenak yang sibuk memasak.
"Tidak." Lara menjawab dalam tenang. "Jika boleh memilih aku tidak ingin berada di sini." Kata-Kata Lara menyulut emosi Lio.
"Kau sangat pandai berbohong, wanita picik!" maki Lio dengan suara pelan, tapi tajam.
Lara menggigit bibir, dadanya bergemuruh. Sangat sakit sekali hatinya saat ini.
logan Aston😏