Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganteng nggak??
"ANGAAA!!"
Suara cempreng itu terdengar memenuhi lorong kampus yang lumayan ramai.
"Caca"
Brukkk....
Tubuh Anga di tubruk begitu saja oleh Caca, sahabat satu-satunya di kampusnya itu.
"Maafin gue Nga. Maaf gue nggak bisa temenin lo kemarin hu..hu.." Caca tiba-tiba menangis tersedu-sedu di pelukan Anga.
Caca menyesal karena tidak ada di saat-saat Anga butuh dukungan. Kemarin Caca memang sedang berada di rumah Neneknya yang ada di luar kota dan baru pulang tadi pagi. Jadi dia tidak bisa hadir di pemakaman Kakaknya Anga.
"Nggak papa Ca. Jangan nangis dong, dilihat orang banyak"
Caca menjauhkan tubuhnya laku menoleh ke kiri dan kanannya. Memang benar kalau dia sedang menjadi pusat perhatian.
"Ya udah, kita cari tempat duduk dulu. Gue mau lo cerita semuanya, kenapa Kak Angga bisa kecelakaan kaya gitu"
Caca menarik Anga untuk duduk di baku taman yang letaknya ada di bawah pohon. Rindangnya dedaunan menghalau sinar matahari hingga tempat itu tak terlaku terik.
"Kalau menurut polisi dan rekaman cctv, Kak Angga dinyatakan hilang kendali saat berkendara karena ini termasuk kecelakaan tunggal. Kak Angga juga dinyatakan bebas dari obat terlarang dan minuman beralkohol" Cerita Anga menurut polisi kemarin di Rumah sakit.
"Astaghfirullah, yang sabar ya Nga" Caca kembali memeluk Anga.
Kata-kata sabar yang di ucapkan Caca justru membuatnya kembali terenyuh. Dia kembali mengingat semua yang terjadi kepadanya dua hari ini.
Caca pasti akan terkejut jika dia tau apa saja kejadian yang menimpa Anga selain musibah kepergian Angga.
"Lo tenang aja Nga. Lo nggak sendirian di dunia ini. Masih ada gue, lo bisa anggap gue saudara lo"
"Makasih Ca. Aku seneng banget punya sahabat kaya kamu"
Mereka berpelukan cukup lama. Keduanya sama-sama menangis tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya.
"Jadi sekarang lo tinggal sendiri?? Apa perlu gue pindah ke rumah lo untuk sementara, biar lo tinggal sendirian?? Atau lo bisa tinggal di rumah gua?? Gimana??"
Anga menggeleng sambil mengusap air matanya yang tak lagi terbendung. Dia menunduk sambil menangis tanpa suara.
"Kenapa??" Lirih Caca merasa iba.
"Sebenarnya....." Akhirnya Anga menceritakan semuanya pada Caca.
Anga membagi semuanya dengan Caca bukan untuk mengeluh sebenarnya, tapi dia hanya ingin mengurangi beban pikirannya dengan sahabatnya itu.
"Astaghfirullah Nga. Cobaan lo benar-benar nggak main-main" Caca kembali memeluk Anga. Tapi kali ini dia tidak menangis. Dia malah mencoba menenangkan Anga dengan menepuk pelan punggung Anga.
"Jadi sekarang lo udah nggak tinggal di rumah itu lagi??"
Anga melepaskan diri dari Caca sebelum menjawab pertanyaan Caca dengan sebuah gelengan.
"Lo tinggal sama s-suami lo itu??" Caca sedikit ragu menyebut Aditya dengan suami.
"Iya, sekarang dia yang menggantikan Kak Angga"
"Tapi dia baik kan Nga?? Dia Nggak kaya suami-suami di novel yang jahat dan nggak mau mengakui lo sebagai istri?? Dia nggak buat perjanjian yang aneh-aneh kan Nga?? Dia nggak punya pacar kan Nga??" Caca begitu khawatir kalau pernikahan Anga terjadi seperti di novel yang sering ia baca.
"Aku belum kenal M-mas Adit lebih jauh Ca" Anga mencoba membiasakan diri memanggil Aditya seperti yang orangnya minta.
"Aku cuma kenal dia sebagai sahabat Kak Angga aja. Tapi dari kemarin aku sama dia, dia baik kok Ca. Dia perhatian dan lembut sama aku. Tadinya aku sempat mikir kaya kamu tadi, Mas Adit bakalan buat perjanjian pernikahan. Tapi ternyata tadi pagi dia bilang kalau dia mau serius sama pernikahan ini. Dia pingin nikah cuma sekali seumur hidup dan dia pingin aku menjalani pernikahan ini dengan ikhlas. Dan kalau soal pacar...aku nggak tau"
"Gue paham Nga. Kayaknya dari cerita lo ini, Mas Adit lo itu orangnya baik deh, mungkin juga dia nggak punya pacar. Buktinya dia mau terima pernikahan kalian gitu aja"
"Mungkin aja Ca. Tapi aku masih canggung sama keadaan ini"
Anga yang jarang bergaul dengan laki-laki tentunya merasa begitu canggung berada di dekat Aditya. Apalagi mereka berada dalam satu rumah dan mungkin aja akan berada di dalam kamar yang sama dan berbagi ranjang yang sama pula.
"Namanya juga baru dua hari. Tapi lo harus mencoba membiasakan diri Nga. Benar kata Mas suami lo itu, kalau lo harus ikhlas biar bisa menjalani pernikahan kalian dengan baik. Pepet terus Nga, jangan sampai kendor. Udah sah juga"
"Iiihh apaan sih Ca!!" Anga memukul pelan lengan Caca yang suka bicara aneh dan ceplas-ceplos.
"Tapi ngomong-ngomong, dia ganteng nggak Nga?? Mau lihat dong!!"
"Ganteng??" Gumam Anga.
Pikirannya lalu tertuju pada Adit. Anga mengingat detail wajah Adit serta penampilan suaminya itu. Tiba-tiba Anga menunduk dan menyembunyikan senyumnya dari Caca.
"Yaah elah Nga!! Kalau lihat senyuman lo yang malu-malu putri malu itu gue yakin kalau Mas suami lo itu ganteng pakai banget. Masalahnya dari dulu banyak cowok bejibun yang deketin lo dan lo biasa aja. Nah ini, baru aja di tanya ganteng apa enggak malah mesam mesem sendiri"
Anga langsung memegang kedua pipinya yang ikut terasa panas hanya karena membayangkan Aditya saja.
"Mana dong lihat, ada fotonya nggak??"
"Nggak ada, nggak punya" Jawab Anga dengan jujur.
"Kalau nomor hp?? Kan biasanya ada tuh di foto profilnya. Penasaran banget gue sama suami ya udah bikin sahabat gue malu-malu kaya gini"
"Nggak ada Ca, aku nggak punya nomor teleponnya juga"
Gubrakk ...
Ingin rasanya Caca ingin pingsan karena kesal dengan kepolosan Anga.
"Ih gimana sih lo Nga!!"
Pembicaraan mereka berakhir karena sudah waktunya masuk ke dalam kelas.
Beberapa jam berlalu....
Anga dan Caca berjalan beriringan keluar dari kelas mereka. Tapi tiba-tiba Anga berhenti karena ponselnya yang bergetar.
"Nomor siapa ini??" Gumam Anga karena di aplikasi pesan yang ia punya, pemilik nomor itu tidak memiliki foto profil.
"Halo??"
"Udah pulang belum Dek??"
Suara laki-laki yang menyapanya langsung membuat Anga tau siapa yang meneleponnya.
"Belum M-mas. Ini baru keluar dari kelas" Jawab Anga gugup.
Sementara Caca hanya menjadi pendengar yang baik di sisi Anga.
"Kalau gitu cepat keluar, Mas udah ada di depan kampus kamu"
"Apa?? Mas ada di depan??"
"Iya, Mas tunggu ya"
Pip...
Anga masih menempelkan ponselnya di telinga walau panggilan dari suaminya sudah berakhir.
"Kenapa lo Nga??"
"Ca!!"
"Kenapa??"
"Dia ada di depan Ca!!"
"Siapa??" Caca bingung.
"Mas Adit. Dia jemput aku dan sekarang udah di depan"
"Apa??"