Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Maaf aku tidak bisa," lirih Arneta dengan menundukkan kepalanya.
Candra yang sebelumnya sudah menebak Arneta tidak akan mau ikut ke Paris bersamanya, hanya bisa menghela napas. Ia tahu betul jika Arneta tidak akan mau menginjakkan kakinya di Paris, karena menurut wanita itu di kota tersebut dipenuhi oleh masa lalunya yang kelam. Tapi meskipun begitu Candra tetap bertanya, karena sejujurnya ia tidak tega meninggalkan Arneta sendirian di Jakarta. Terlebih orang yang akan menggantikannya memiliki sifat yang dingin dan sedikit pemarah.
Ya, meskipun pemilik perusahaan tempatnya bekerja adalah teman baiknya sendiri. Tapi tetap saja Candra khawatir dengan keadaan Arneta, mengingat teman baiknya itu sangat tidak menyukai anak kecil. Sedangkan Ivy selalu menemani Arneta bekerja di tempat yang ia sediakan, untuk gadis kecil yang sudah Candra anggap sebagai putrinya sendiri.
"Tidak apa-apa, Neta. Aku tahu kau tidak bisa."
Arneta masih diam dengan jemari yang saling meremas satu dan lainnya. Kalau boleh jujur ia merasa sedikit takut bekerja dengan orang baru, setelah hampir tiga tahun ini menjadi sekertaris Candra. Arneta takut jika pemilik perusahaan tersebut seorang pria yang tidak baik, dan akan memperlakukannya seperti seorang wanita murahan, seperti yang dulu pernah terjadi pada Arneta sebelum ia bekerja bersama Candra.
"Em Pak, apa pemilik perusahaan ini seorang pria?" tanya Arneta dengan memberikan diri.
Candra yang mengetahui ketakutan yang tengah dialami Arneta, tersenyum sembari berjalan menghampiri wanita tersebut.
"Kau tenang saja, meskipun pemilik perusahaan ini seorang pria. Dia pria yang sudah beristri dan tak akan mengganggumu, aku jamin itu," ucapnya sembari mengusap lengan Arneta untuk menenangkan wanita tersebut. "Ya, meskipun dia pria yang dingin dan sedikit pemarah. tapi sebenarnya dia pria yang baik asalkan kau bekerja dengan baik padanya."
Arneta yang awalnya bisa bernapas dengan lega, kini kembali takut saat mendengar jika sosok pemilik perusahaan adalah pria yang dingin dan pemarah.
"Kalau kau takut lebih baik pindah dan ikut bersamaku, bukan begitu Ron?" ucap Candra pada assiten pribadinya yang sejak tadi diam saja.
"Ya, Anda sebaiknya ikuti dengan Pak Candra," sahut Ronald dengan tersenyum, namun dibalas oleh Arneta dengan gelengan kepala.
Ya, begitulah Arneta. Jika sekali berkata tidak maka tidak akan bisa diubah lagi. Apalagi jika berkaitan dengan masa lalunya.
"Sudah jangan dipikirkan, lebih baik sekarang kau kembali bekerja karena aku harus berangkat ke bali," ucap Candra sembari menatap jam di pergelangan tangannya.
Arneta pun kembali ke ruang kerjanya dengan penuh tanya akan sosok pemilik perusahaan yang akan menggantikan Candra menjadi atasannya. Seperti siapa nama pria itu, dan bagaimanakah sosok pria tersebut yang dikatakan dingin dan sedikit pemarah.
"Bagaimana? Ada apa Pak Candra memanggilmu?" tanya Nadine setelah melihat Arneta keluar bersama atasannya yang kini sudah masuk ke dalam lift, entah akan pergi kemana.
"Beliau hanya menyampaikan akan pindah bekerja di Paris," jawab Arneta dengan lesu.
"Apa? Pak Candra akan ke Paris?" tanya Nadine dengan terkejut, yang langsung dibekap mulutnya oleh Arneta agar ucapan temannya itu tidak di dengar oleh karyawan lainnya.
"Jangan berisik!" Arneta mengingatkan Nadine, yang ditanggapi dengan anggukan kepala oleh teman baiknya itu.
"Berarti kita akan kedatangan bos baru?" tanya Nadine dengan penuh semangat. Karena ia berharap atasan barunya itu pria tampan seperti Candra, atau kalau bisa lebih tampan agar ia semangat dalam bekerja.
Arneta menganggukkan kepalanya. "Kau jangan terlalu berharap banyak, karena Pak Candra bilang atasan baru kita nanti sudah memiliki seorang istri," ucapnya karena tahu apa yang sedang dipikirkan teman baiknya.