Senyuman Iblis Di Balik Topeng Cinta

"Aku? Dasar adik setan!" Geram Fabio, melangkah mendekati adik laknatnya.

"Lihat! Lihat! Dia ingin menyerangku lagi." Ucap Fiona, tersenyum, kemudian tertawa. Bagaimana sang kakak menggelitikinya.

"Rasakan serangan ultra!" Teriak sang kakak.

Sedangkan sang polwan mengernyitkan keningnya. Menghela napas kasar, pasangan adik kakak yang begitu akrab sekaligus kekanak-kanakan..

"Mereka memang seperti ini." Wira yang merupakan tentara pensiunan angkatan laut kali ini bicara."Fiona, apa ada orang yang membencimu?"

"Tidak ada, aku tidak terlalu menonjol. Jadi tidak mungkin mempunyai musuh." Jawab Fiona berucap apa adanya pada sang ayah.

"Dengan penumpang mungkin?" Tanya sang polwan kembali.

"Aku adalah ojek online yang selalu mendapatkan rate 5. Karena gesit, cepat, dan cantik, dan tahan lama." Fiona meraih jus alpukat kemudian meminumnya.

"Benar! Donat tidak pernah punya musuh. Bukan juga tipikal orang yang membuat masalah---" Kalimat Derio terhenti, mengernyitkan keningnya sejenak.

"Apa Almira?" Itulah yang ada dalam benaknya, mengepalkan tangannya. Mengingat hanya Almira yang sempat terlibat perkelahian dengan Fiona.

"Apa kamu mencurigai seseorang?" Tanya sang polwan, pada Derio.

"Tidak." Dusta Derio tersenyum. Jemari tangannya masih mengepal. Kesal? Tentu saja, Fiona mendapatkan luka separah ini karena membela dirinya, jika ini benar-benar perbuatan Almira.

Seperti pinguin kecil yang memakan ikan dengan lahap. Benar-benar terlihat lucu, sahabatnya Fiona. Walaupun mengalami beberapa luka, masih saja bercanda dan makan dengan lahap.

Hingga, tiba-tiba pintu ruang rawat terbuka. Yudha masuk tanpa permisi, menembus kerumunan. Tangannya memegang lengan Fiona, menatapnya dari atas sampai bawah, tangannya gemetar.

"Siapa yang melukaimu sampai seperti ini?" Tanyanya setelah mendapatkan informasi dari ayahnya. Mengenai peristiwa penyerangan yang telah dilaporkan pada pihak kepolisian.

"Kamu yang melukai ku." Sebuah jawaban dari Fiona. Membuat semua orang termasuk petugas kepolisian menatap penuh curiga pada Yudha.

"Aku ingat persis, cintaku ditolak. Kak security sudah melukai hatiku. Karena itu aku minta dibelikan brownies keju di toko dekat kampus, untuk menghibur hatiku yang terluka." Lanjut Fiona, membuat semua orang lega. Berhenti mencurigai Yudha.

"Dasar!" Yudha malah memeluknya seakan takut kehilangannya, di hadapan semua orang. Sementara Fiona membulatkan matanya, wajahnya tersenyum, membalas pelukan kak security. Anggap saja pinguin kecil mendapatkan rejeki nomplok.

"Lepas!"

"Lepas!"

"Lepas!"

"Lepas!"

Satu kata yang diucapkan Derio, Fabio, Wira, dan Dio bersamaan. Empat orang pria yang melepas pelukan cinta mengharukan dari Yudha dan Fiona.

Fabio dan Wira mungkin wajar memisahkan Yudha dengan Fiona. Tapi Dio dan Derio?

Derio tidak menyukai ini. Benar-benar tidak menyukai ini, bukankah Fiona yang lucu dan baik hati adalah fans fanatiknya? Mengapa Bekicot (Yudha) ini memeluknya?

Sedangkan Dio? Sudah terlihat jelas di matanya. Derio menyukai Fiona. Mana mungkin dirinya membiarkan sang adik kehilangan pacar lagi.

Pelukan yang pada akhirnya terlepas, setelah dipisahkan 4 orang.

"Yah...baru sebentar dapat rejeki. Eh! Rejekinya ditarik lagi." Keluh Fiona.

"Maaf! Aku begini karena Fiona satu-satunya temanku disini." Yudha menghela napas kasar."Karena itu untuk pengobatannya, aku akan membantunya sepenuhnya---"

"Aku sudah mempunyai asuransi kesehatan." Ucap Fiona, dengan tangan membongkar bawaan Yudha menjenguk dirinya. Ada banyak makanan di sana. Kak security memang paling terdepan, dalam hal memberi makanan.

"Aku akan memindahkanmu ke---" Kalimat Yudha yang ingin memboyong Fiona ke rumah sakit besar di Singapura disela.

"Kak security tenang saja. Ini bukan apa-apa. Seperti luka hatiku karena ditolak, luka fisik seperti ini akan sembuh dengan cepat." Komat-kamit mulut itu berucap, sembari memotong brownies keju yang dibawa Yudha.

"Jadi kamu yang menolak Fiona. Kenapa?" Tanya Fabio heran. Sang security terlihat benar-benar rupawan. Tapi selain itu modal apa yang dimiliki olehnya. Karena jujur saja, adiknya adalah jomblo berkwalitas premium.

Apa yang kurang dari wewe gombel (Fiona) ini? Tampang lumayan, pekerja keras, pintar, lucu, dan yang paling penting, ukuran bagian depannya merupakan idaman semua pria.

"Kami tidak cocok. Hanya itu saja." Jawaban singkat padat dan jelas. Dengan senyuman karier penuh rasa canggung.

"Yakin tidak menyukai putriku?" Tanya Wira mengangkat salah satu alisnya.

"Yakin! Sangat yakin." Jawaban seorang Yudha. Atau kita anggap saja Ryu Dean. Dirinya menyukai gadis biasa yang tidak begitu cantik? Itu tidak mungkin. Dari awal yang dicintainya adalah Almira. Setidaknya itulah anggapannya.

Wira menghela napas kasar."Fiona tidak pernah punya pacar. Dia tidak pernah beruntung dalam hal percintaan. Jujur saja, aku orang yang pendendam. Setiap putriku ditolak, aku akan mengingat wajah orang yang menolaknya. Karena sekali menyakiti putriku benar-benar tidak akan memiliki jalan kembali untuk menjadi menantu ku."

Sebuah kalimat dari seorang pensiunan tentara angkatan laut. Lebih tepatnya pria yang pernah bertugas dalam kesatuan elite pasukan khusus. Tangguh di lautan maupun daratan, itulah Wira di masa mudanya. Sebelum penyakit jantung membuat dirinya harus pensiun muda.

Telah sembuh memang setelah operasi pemasangan ring jantung yang dilakukan olehnya.

"Kami benar-benar hanya teman." Jawaban lugas dari Yudha. Penuh senyuman, sang naga yang tidak mengetahui masa depan, akan menyesali kata-katanya hari ini."Tapi kenapa Derio bisa ada di sini?" tanyanya tiba-tiba, merasa tidak nyaman.

"Fiona dicelakai orang setelah mengantarku. Untung saja Dio menyelamatkannya." Jawaban Derio penuh senyuman.

Tapi tidak dengan Yudha, berusaha tersenyum. Benar-benar berusaha, mengapa harus berusaha? Karena bagaikan air yang mendidih kini otaknya.

"Kak Dio, terimakasih. Aku janji akan menonton setiap film yang kamu bintangi. Bahkan akan menonton setiap iklan, asalkan kak Dio adalah brand ambassadornya." Ucap Fiona antusias menggenggam tangan Dio.

Ingat! Ini karena malaikat inilah yang menyelamatkan hidupnya.

"Jangan sungkan, kita cepat atau lambat akan menjadi keluarga." Ucap Dio, mengingat betapa Derio menyukai gadis ini. Tentu saja ini adalah calon adik iparnya. Rasanya seperti memiliki adik perempuan yang manis.

Tapi entah kenapa Dio merasakan hawa dingin di sekitarnya. Dari mana? Matanya menelisik, Yudha masih tersenyum tapi mengeluarkan aura Chucky (boneka iblis) yang menyengat.

Sedangkan Derio? Sang adik masih tersenyum, tapi senyuman seperti pembunuh berantai kala mengeksekusi lawannya.

Ada apa ini? Bukannya mereka masih menjaga batasan dengan status teman terhadap Fiona.

"Keluarga? Kamu ingin menjadikan Fiona sebagai istrimu?" Sebuah pertanyaan yang ada dalam benak Ryu Dean, atau kita panggil saja Yudha. Membayangkan anak-anak yang akan lahir dari Dio dan Fiona. Dirinya membenci imajinasi ini.

"Keluarga? Artis laknat! Kamu ingin menjadikan Fiona sebagai kakak iparku. Kemudian menidurinya, berkembang biak, memperbanyak spesies manusia!?" Geram Derio, tidak mengucapkan apapun. Tapi memiliki tingkat dendam yang begitu tinggi.

"Big boss (Derio)! Kak security (Yudha)! Muka kalian seperti orang sembelit. Kalian memiliki masalah pencernaan? Berarti sama denganku. Dari kemarin perutku tidak enak." Ucap Fiona.

"Bagian mananya yang sakit?" Derio terlihat cemas.

"Sudah aku bilang, fasilitas di rumah sakit ini tidak lengkap. Pesawat---" Kalimat Yudha yang ingin membawa Fiona berobat ke luar negeri menggunakan pesawat pribadi terhenti.

Brot!

Gas beracun keluar, mencemari udara. Benar-benar real gas beracun, mengingat Fiona yang Omnivora (pemakan segala).

"Maaf! Dokter bilang asalkan aku bisa kentut, artinya aku tidak apa-apa." Gadis itu terkekeh kembali makan, sementara Fabio berlari memuntahkan isi perutnya dalam wastafel kamar mandi pasien.

"Adik sial!" Teriak Fabio