NovelToon NovelToon
Benih Dalam Kegelapan

Benih Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.

Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.

Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Perubahan

Calista sedang menunggu Kenneth di meja makan sambil memainkan ponsel. Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya, dan ia merasa tidak sabar menunggu kedatangan suaminya. Meskipun perutnya mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan, ia berusaha beraktivitas normal dan mengalihkan pikirannya dari segala tekanan yang dihadapinya.

Tak lama kemudian, Kenneth pun menghampiri Calista dengan senyum lebar di wajahnya sambil membawa segelas susu yang sudah ia buat. “Nih, susu nya harus kamu minum, biar nanti ada nutrisinya,” ujarnya dengan nada penuh perhatian.

Calista menatap gelas susu itu sejenak. “Hmm, makasih,” jawabnya dengan nada yang terdengar cuek.

“Eh, kamu kenapa? Ada masalah?” tanya Kenneth dengan nada khawatir, menyadari bahwa wajah Calista terlihat lesu.

“Nggak, aku nggak ada masalah,” jawab Calista singkat, berusaha menutupi kegelisahannya.

“Jangan disimpan sendiri. Kadang kamu harus berbagi masalah sama orang lain,” saran Kenneth, tetapi Calista hanya terdiam, tidak memberikan respons.

“Aku gapapa, cuma perasaan aku nggak enak aja,” keluh Calista, suaranya mulai terdengar lemah.

“Kamu takut buat masuk kuliah?” tanya Kenneth lagi, dan kali ini Calista hanya diam menatap Kenneth, seolah pertanyaannya mengganggu pikirannya.

“Gak usah didengerin kalau ada gosip tentang kamu. Yang penting, aku udah coba tanggung jawab atas perbuatan aku, Cal,” ujar Kenneth mencoba menenangkan, sambil mengusap puncak kepala Calista lembut.

Calista merasa sedikit tenang dengan sikap Kenneth. Dengan pelan, ia meminum susu yang Kenneth berikan tadi, meskipun hatinya masih terbayang wajah Randy, pacarnya yang kini terasa semakin jauh.

“Kamu berangkat bareng aku aja, nggak usah minta jemput sama teman kamu,” perintah Kenneth, terlihat sangat serius.

“Hah?” Calista terkejut, tak percaya dengan ucapan suaminya.

“Kamu berangkat bareng aku, Calista. Aku mau anterin kamu,” ulang Kenneth, tegas.

“Tapi aku ud—”

“Batalin aja jemputnya. Aku suami kamu sekarang, dan tugas aku ya jagain kamu dan anterin kamu kemana pun kamu mau,” sambung Kenneth, meyakinkan Calista. Melihat tekad di wajah suaminya, Calista pun akhirnya mengangguk, menyadari bahwa ia tidak punya pilihan lain. Ia segera mengabari Jehana untuk membatalkan rencana menjemputnya.

“Udah selesai belum? Kalau udah, ayo berangkat,” ajak Kenneth, dan Calista pun mengangguk, mengumpulkan barang-barangnya sebelum mereka berangkat menuju kampusnya.

Dalam perjalanan, tiba-tiba Calista mendapatkan panggilan dari Randy, pacarnya. Kenneth yang melihatnya hanya terdiam sambil sesekali melirik ke arah Calista. Calista tampak ragu, tetapi akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut.

“Angkat aja,” suruh Kenneth pelan.

“Hah? Emang gapapa?” bingung Calista.

“Ya gapapa lah, udah cepetan angkat,” ulang Kenneth, mendorongnya. Dengan ragu, Calista mengangkat panggilan yang berasal dari Randy.

“Hallo sayang,” suara Randy terdengar ceria di ujung sana.

“Iya,” jawab Calista, suaranya agak bergetar.

“Kamu lagi ngapain?” tanya Randy.

“A-aku lagi mau jalan ke kampus sih,” jawab Calista, mencoba terdengar santai.

“Btw Cal, happy anniversary ya yang ke-2 tahun!” Randy mengucapkan kalimat yang membuat hati Calista nyeri. Ia merasa bersalah, tidak hanya kepada Randy tetapi juga kepada dirinya sendiri. Kenyataan bahwa ia menikah dengan Kenneth dan melupakan hari spesialnya bersama Randy membuatnya semakin tertekan.

Kenneth melirik Calista, menyadari ada yang tidak beres. Ia merasa sedih jika ia berada di posisi Calista dan Randy, terjebak dalam situasi yang rumit.

“Hei, kok kamu diem?” tanya Randy, menunggu respons dari Calista.

“Oh iya, happy anniversary juga,” jawab Calista, suaranya terasa berat.

“Kamu lesu banget? Kamu sakit?” tanya Randy, khawatir.

“Nggak, aku nggak sakit,” Calista berusaha meyakinkan, tetapi hatinya bergetar.

“Nanti aku kirim kado jadi tolong kamu terima ya,” ucap Randy, dan Calista merasa tertegun.

“Hah?! Kado? Kamu kirim kemana?” tanyanya, cemas.

“Kok kamu kaget sih? Ya aku kirim ke rumah kamu lah,” jawab Randy, membuat hati Calista bergetar hebat.

“Mampus, bisa-bisa nanti papa makin marah sama aku. Kalau misalnya dia tahu aku belum putus dari Randy,” batin Calista.

“Oh iya, hehehe, makasih ya Ran,” jawab Calista, berusaha terdengar biasa.

“Ya udah, aku ada urusan penting dulu. Bye sayang,” ucap Randy.

“Bye,” balas Calista, merasa berat.

“Sayang-nya mana? Kok kamu aneh banget sih hari ini, kayaknya jadi lebih cuek?” tanya Randy lagi.

“Hahaha, nggak kok. Yaudah, iya iya, bye sayang…” Calista menjawab, suara hatinya bergetar.

“Love you…” suara Randy masih terdengar lembut.

“Love you too…” Calista mengakhiri panggilan, tetapi hatinya kini terasa hancur.

“Maaf ya Cal,” ujar Kenneth tiba-tiba, menghentikan lamunannya.

“Maaf? Buat apa?” tanya Calista bingung, tidak mengerti maksud Kenneth.

“Maaf udah bikin kamu jadi istri dan calon ibu di saat kamu belum siap. Maaf juga udah bikin hubungan kamu dan pacar kamu rusak,” jawab Kenneth, nada suaranya penuh penyesalan.

“Gapapa Ken, udah takdir,” jawab Calista, mencoba bersikap cuek meskipun hatinya bergejolak.

Mereka terdiam tanpa ada yang membuka suara lagi. Calista hanya melamun dan Kenneth fokus menyetir, merasakan ketegangan di antara mereka.

Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sampai di kampus Calista. Kenneth mengantar Calista sampai tepat di pintu masuk gedung fakultasnya. Meskipun Calista sempat bilang kepada Kenneth bahwa cukup mengantarkan sampai depan gerbang, Kenneth justru bersikeras.

“Makasih Ken,” ucap Calista, menadahkan tangan seperti orang meminta.

“Ngapain?” tanya Kenneth bingung.

“Mau salim, kamu kan suami aku,” jawab Calista. Kenneth yang gugup memberikan tangannya kepada Calista, dan mereka saling bertukar senyum.

Setelah berpamitan, Calista pun keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung. Kenneth melihat ada berkas milik Calista yang tertinggal, dan ia memutuskan untuk pergi menyusul Calista ke dalam gedung fakultas.

“Calista!” panggil Kenneth, dan pandangan mata semua orang pun beralih ke arah mereka. Calista terkejut, wajahnya memerah.

“Kenapa? Kok kamu masuk kesini?” tanyanya dengan nada gugup dan panik.

“Berkas kamu lupa,” jawab Kenneth sambil memberikan berkas milik Calista yang tertinggal.

“Oh iya ya ampun, makasih ya Ken,” ucap Calista dengan wajah berseri.

“Hmm iya, btw kamu nanti pulang jam berapa?” tanya Kenneth lagi.

“Sekitar jam 4 sih, ada apa emang?” jawab Calista, ingin tahu.

“Aku jemput. Nggak ada penolakan,” kata Kenneth tegas, dan Calista pun mengangguk patuh.

“Yaudah, aku pergi ya. Bye…” Kenneth melambaikan tangan pada Calista, lalu segera kembali ke mobilnya. Calista tersenyum manis sambil membalas lambaian tangan Kenneth, merasa hatinya sedikit lebih ringan setelah pertemuan singkat itu.

Namun, saat ia melangkah masuk ke kelas, perasaan bersalah kembali menghantui pikirannya. Ia menyadari bahwa hubungan yang ia jalani dengan Randy dan Kenneth sangatlah rumit. Satu sisi, ia merasa berhutang budi kepada Kenneth yang telah bertanggung jawab dan bersikap baik padanya. Di sisi lain, perasaannya kepada Randy masih kuat, dan ia tidak bisa membayangkan bagaimana harus memberitahu Randy tentang semua ini..

Di tengah kebingungan dan tekanan yang ia alami, Calista merindukan kehadiran Randy. Ia merasa terasing dalam pernikahannya yang tiba-tiba ini.

1
Fajarina
ayo lanjut
habibulumam taqiuddin
begitu dunk
unknown
crazy upppp thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!