Sedang tahap REVISI
"Mari kita bercerai! Sesuai yang dituliskan di kontrak, kamu akan menceraikan aku setelah dua tahun."
Aillard tersenyum smirk, "Siapa yang akan mematuhi kontrak itu? Apakah kamu tidak tau bahwa pihak A bisa merubah isi kontrak sesuai keinginan mereka?"
Clarisse segera membalik kertas itu berulang-ulang kali, ketika dia menemukan bahwa ketentuan itu ada di dalam kontrak, wajahnya langsung memucat ketakutan.
Sial, dia telah ditipu.
***
Clarisse Edith van Leonore adalah seorang putri dari kerajaan Leonore. Kehidupannya sangat menderita hingga semua anggota kerajaan membencinya.
Di kehidupan sebelumnya dia meninggal karena dibunuh oleh pemberontak. Tidak puas dengan kematiannya yang tidak adil, Clarisse menggunakan pusaka klannya memutar balik waktu kembali ke dua tahun yang lalu.
Dia bertekad untuk mengubah takdirnya dengan cara menikahi Grand Duke yang terkenal kejam dan membalas dendam kepada orang yang telah menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimHana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 5 - DIA MENINGGAL
"Yang mulia, air liur anda hampir menetes."
Clarisse refleks mengusap mulutnya yang membuat Anne langsung tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha... Yang mulia anda sangat lucu." ujar Anne sambil mengusap air matanya karena tertawa berlebihan. Perutnya sampai sakit karena menertawakan tingkah polos tuannya.
Clarisse cemberut, memalingkan wajahnya dengan marah, "Hanya kamu yang berani menertawakan tuannya seperti itu."
"Haha.. Maaf Yang mulia." balas Anne sambil menundukkan kepalanya serius, tetapi jika dilihat dari dekat raut wajahnya seperti menahan tawa.
"Sudahlah, aku tidak ingin mendengar perkataanmu lagi." ujar Clarisse sambil berlari meninggalkan Anne.
Anne panik lalu dengan cepat dia mengejar Clarisse. Di sampingnya, diam-diam Clarisse melambatkan langkahnya yang membuat Anne tersenyum tipis.
"Yang mulia, apakah anda sudah pernah bertemu dengan Grand Duke?" tanya Anne penasaran. Sejujurnya dia bingung kenapa dengan reaksi Clarisse, padahal seingatnya mereka pernah bertemu sebelumnya.
Clarisse memutar bola matanya jengah mendengar perkataan Anne lalu menjawab dengan malas, "Tentu saja pernah."
"Lalu kenapa ketika anda melihat Grand Duke, anda seperti eelang melihat ayam?"
"Elang melihat ayam katamu?" Mata Clarisse terbelalak mendengar ucapan spontan pelayannya, lalu dengan cepat dia memukulnya yang sontak membuat sang empu mengaduh kesakitan, "Apa yang kamu bicarakan? Aku hanya terpesona melihat wajahnya yang terlalu di luar nalar."
"Baiklah, maka dari itu tolong kondisikan ekspresimu, Yang mulia. Jika aku tidak menegurmu, pasti jiwamu sudah ikut terbang bersamanya."
"Omong kosong apa yang kamu bicarakan?" kata Clarisse mendesis marah.
Nyali Anne langsung menciut. Dia mengecilkan lehernya lalu menatap Clarisse dengan ekspresi mengiba. "Maafkan saya, Yang mulia. Saya terlalu lancang."
"Sudahlah." balas Clarisse sambil melambaikan tangannya tak peduli. "Aku memang pernah bertemu dengannya sekali tetapi itu sudah sangat lama, jadi wajar saja aku kaget saat melihatnya tumbuh menjadi seperti sekarang ini."
Saat itu ia berumur dua belas tahun, tentu saja ia sudah lupa seperti apa wajahnya. Apalagi di tambah umurnya saat kelahiran kembali tentu saja ia sudah benar-benar melupakannya.
Tetapi ia benar-benar tidak menyangka kalau ia akan tumbuh menjadi orang yang sangat tampan, walaupun itu sudah terlihat sejak dia masih remaja.
Di kehidupannya sebelumnya ia tidak menyelinap keluar seperti sekarang karena dia sibuk mempelajari etiket untuk mempersiapkan debutnya. Ia juga tidak datang ke pesta karena permaisuri mengurungnya.
Memikirkan itu membuat Clarisse menghela nafas kesakitan. Kenapa dari dulu dia tidak menyadari kehidupannya yang menyedihkan? Sekeras apapun dia mencoba untuk mengabaikan, permaisuri pasti akan terus menjeratnya seperti ular berbisa. Salah satu dari mereka harus mati, kalau tidak dia akan terus di jerat oleh permaisuri.
"Apa yang anda pikirkan, Yang mulia?"
Clarisse terhenyak dari lamunannya, lalu menjawab dengan lembut, "Tidak ada."
Anne menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Clarisse. "Yang mulia, apakah anda juga mengagumi Grand Duke?"
Mata Clarisse berkedip mendengar perkataan Anne yang langsung di salah artikan oleh Anne sebagai jawaban ya.
"Tidak usah malu, Yang mulia." kata Anne sambil melambaikan tangannya percaya diri. "Dari ujung utara sampai selatan, siapa yang tidak mengagumi seorang Grand Duke Timothee. Selain kemampuan bertarungnya yang sangat hebat, dia juga mempunyai wajah yang rupawan, jadi siapa yang tidak akan mengaguminya? Saya yakin semua wanita di Kerajaan ini pasti berbaris mengantri untuk menjadi calon istrinya. Namun sayang Grand Duke terlalu dingin sehingga membuat nyali semua orang menciut hanya untuk mendekatinya"
"Andaikan saja Grand Duke bisa lebih lembut, saya yakin para wanita di kerajaan ini pasti akan bertekuk lutut di kakinya." Anne memegangi pipinya membayangkan Grand Duke tersenyum lembut, membayangkannya saja membuat dia jatuh pingsan.
"Rupanya pelayanku adalah salah satu pengagum Grand Duke, kenapa aku tidak menyadarinya sebelumnya?"
Apakah karena ia yang terlalu cuek di masa lalu sehingga tidak memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Terlalu banyak yang menyimpang dari kehidupannya dahulu hingga dia meragukan apakah kehidupannya dulu nyata atau tidak.
Tunggu, kerajaan ini mempunyai Grand Duke yang sangat hebat tetapi kenapa dia tidak datang saat kerajaan melawan pemberontak. Clarisse menyusuri ingatannya dan menemukan Grand Duke saat itu sudah mati.
Clarisse membeku di tempatnya lalu mulai panik ketika mengingat Grand Duke akan meninggal dua tahun lagi. Tidak, dia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi, dia harus menyelamatkannya. Hanya Grand Duke yang bisa melawan para pemberontak karena keterampilan bertarungnya yang luar biasa.
Dia ingat saat itu Grand Duke tiba-tiba di temukan tewas di kamarnya. Ada yang bilang dia di racuni, ada juga yang bilang dia sakit. Tetapi siapa yang akan percaya dia sakit mengingat kemampuan fisiknya yang sangat hebat. Orang lebih percaya dia di racuni oleh musuh-musuhnya hingga membuatnya meninggal dunia.
Sampai kematiannya ia belum juga mendengar pelaku pembunuhan Grand Duke di tangkap. Apapun yang terjadi dia harus menyelamatkan Grand Duke di kehidupan ini.
Waktunya tinggal dia tahun lagi, dia harus mencari cara untuk mendekatinya dan melindunginya dari musuh-musuhnya. Walaupun dia tidak mempunyai bakat, tetapi berbekal dari penglihatan masa depannya dia yakin ia bisa menyelamatkan Grand Duke.
Sekarang yang harus dia pikirkan bagaimana mendekati Grand Duke. Mengingat Grand Duke yang sangat membenci keluarga kerajaan, dia agak tidak yakin dengan rencananya.
Otaknya berputar dengan sangat keras hingga ia menemukan satu buah ide di benaknya. Dia yakin ide ini sangat gila dan ia juga tidak yakin apakah Grand Duke mau menyetujuinya.
"Yang mulia, apakah kita akan melanjutkan perjalanan?"
Suara Anne membuat Clarisse segera tersadar dari lamunannya dan ia langsung menjawab dengan cepat, "Tentu saja." ujarnya bersemangat.
Mana mungkin dia menyudahi perjalananan ini, setelah tidak lama untuk keluar sebelumnya.
"Yang mulia, anda harus mencoba ini!" Anne dengan antusias menyodorkan satu tusuk sate buah kepada Clarisse.
Clarisse menerimanya lalu melahapnya dengan senang hati. Walaupun rasanya biasa saja tetapi entah kenapa dia menikmatinya. Mungkin ini karena dia dalam suasana hati yang baik, karena itulah semua makanan terasa enak di mulutnya.
"Kita coba apa lagi?" Anne bergumam sambil matanya tidak juga lepas dari kios pedagang yang sedang berjualan di pinggir jalan. Ia mondar mandir kesana kemari karena bingung makanan apalagi yang akan di belinya.
"Yang mulia, bagaimana kalau kita beli itu?" ujar Anne sambil menunjuk salah satu pedagang yang berjualan gulali dengan mata berbinar. Matanya yang berwarna coklat muda bersinar di bawah teriknya cahaya matahari yang membuat dia seperti peri.
Clarisse menganggukkan kepalanya lalu dengan patuh mengikuti Anne. Tetapi baru selangkah, Clarisse teringat akan satu hal, "Anne, kemarilah sebentar!"
Anne membalikkan punggungnya, dengan cepat menghampiri Clarisse, "Ada apa, Yang mulia?"
"Mulai sekarang jangan memanggilku Yang mulia. Kita sedang menyamar di luar jadi aku takut akan ada anggota kerajaan yang mengenaliku."