Aillard Cielo Van Timothee adalah seorang Grand Duke yang sangat dikagumi. Dia sangat banyak memenangkan perang yang tak terhitung jumlahnya hingga semua rakyat memujanya. Namun hal yang tak disangka-sangka, dia tiba-tiba ditemukan tewas di kamarnya.
Clarisse Edith Van Leonore adalah seorang putri dari kerajaan Leonore. Keberadaannya bagaikan sebuah noda dalam keluarganya hingga ia di kucilkan dan di aniaya. Sampai suatu hari ia di paksa bunuh diri dan membuat nyawanya melayang seketika. Tiba-tiba saja ia terbangun kembali ke dua tahun yang lalu dan ia bertekad untuk mengubah takdirnya dan memutuskan untuk menyelamatkannya.
"Apakah kamu tidak punya alternatif lain untuk mati?"
"Aku disini bukan untuk mencari mati." jawab Clarisse tenang.
"Lalu untuk apa kamu kesini, menyodorkan dirimu sendiri ke dalam kamp musuh?" Aillard mengangkat alisnya sambil memandang Clarisse dengan sinis.
"Aku disini berniat membuat kesepakatan denganmu. Mari kita menikah!"
➡️ Dilarang memplagiat ❌❌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimHana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 5 - DIA MENINGGAL
"Yang mulia, air liur anda menetes."
Clarisse refleks mengusap mulutnya mendengar perkataan Anne yang membuat Anne langsung tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha... Yang mulia anda sangat lucu." ujar Anne sambil mengusap air mata yang menetes di sudut matanya. Perutnya sampai sakit karena menertawakan tingkah polos tuannya. Clarisse cemberut, memalingkan wajahnya dengan marah, "Hanya kamu yang berani menertawakan tuannya seperti itu."
"Haha.. Maaf Yang mulia." balas Anne sambil menundukkan kepalanya serius, tetapi jika dilihat dari dekat raut wajahnya seperti menahan tawa.
"Sudahlah, aku tidak ingin mendengar perkataanmu lagi." ujar Clarisse sambil berlari meninggalkan Anne.
Anne pun panik lalu dia dengan cepat mengejar Clarisse. Diam-diam Clarisse melambatkan langkahnya yang membuat Anne tersenyum tipis, tetapi ia menahannya untuk tidak menunjukkannya di depan Clarisse.
"Yang mulia, apakah anda sudah pernah bertemu Grand Duke?" tanya Anne penasaran. Sejujurnya dia bingung kenapa reaksi Clarisse seperti tadi, padahal seingatnya mereka pernah bertemu sebelumnya.
Clarisse memutar bola matanya jengah mendengar perkataan Anne lalu menjawab dengan malas, "Tentu saja pernah."
"Lalu kenapa anda melihat Grand Duke seperti elang melihat ayam?"
"Elang melihat ayam katamu?" Mata Clarisse terbelalak mendengar ucapan spontan pelayannya, lalu dengan cepat dia memukul punggung Anne yang sontak membuat sang empu mengaduh kesakitan, "Apa yang kamu bicarakan? Aku hanya terpesona melihat wajahnya yang terlalu di luar nalar."
"Baiklah, maka dari itu tolong kondisikan ekspresi anda Yang mulia. Jika aku tidak menegurmu, pasti jiwamu sudah ikut terbang bersamanya."
"Omong kosong apa yang kamu bicarakan?" kata Clarisse mendesis marah.
Nyali Anne langsung menciut. Dia mengecilkan lehernya lalu menatap Clarisse dengan ekspresi mengiba. "Maafkan saya, Yang mulia. Saya terlalu lancang."
"Sudahlah." balas Clarisse sambil melambaikan tangannya tak peduli. "Aku memang benar pernah bertemu dengannya tetapi itu sudah lama sekali, jadi wajar saja aku kaget saat melihatnya tumbuh menjadi seperti sekarang ini."
Saat itu ia berumur dua belas tahun, tentu saja ia sudah lupa seperti apa wajahnya apalagi di tambah umurnya saat kelahiran kembali. Tetapi ia benar-benar tidak menyangka kalau ia akan tumbuh menjadi orang yang sangat tampan, walaupun itu sudah terlihat sejak dia masih remaja.
Di kehidupannya sebelumnya ia tidak menyelinap keluar seperti sekarang karena dia sibuk mempelajari etiket untuk mempersiapkan debutnya. Ia juga tidak datang ke pesta karena permaisuri mengurungnya.
Memikirkan itu membuat ia menghela nafas lelah. Kenapa dari dulu dia tidak menyadari kehidupannya yang menyedihkan? Sekeras apapun dia mencoba untuk mengabaikan permaisuri, mereka pasti akan terus menjeratnya seperti ular berbisa. Tidak ada jalan lain, jika mereka yang tidak mati pasti dia yang akan mati.
"Yang mulia, apa yang anda pikirkan?"
Clarisse terhenyak dari lamunannya, lalu menjawab dengan lembut, "Tidak ada."
Anne menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Clarisse. "Yang mulia, apakah anda juga mengagumi Grand Duke?"
Mata Clarisse berkedip mendengar perkataan Anne yang langsung di salahartikan oleh Anne sebagai jawaban ya.
"Tidak usah malu, Yang mulia." kata Anne sambil melambaikan tangannya percaya diri. "Dari ujung utara sampai selatan, saya yakin tidak ada satu orang pun yang tidak mengagumi Grand Duke. Selain sangat hebat, dia juga mempunyai wajah yang sangat rupawan, jadi siapa yang tidak akan memujanya? Saya yakin semua wanita di Kerajaan ini pasti berbaris mengantri untuk menjadi calon istrinya, namun sayang Grand Duke terlalu dingin dan kejam hingga membuat nyali semua orang menciut. Jadi hanya sedikit orang yang berani untuk mendekatinya."
"Andaikan saja Grand Duke bisa lebih lembut, saya yakin para wanita itu pasti akan bertekuk lutut di kakinya." Anne memegangi pipinya membayangkan Grand Duke yang tersenyum lembut, membayangkannya saja membuat dia jatuh pingsan.
"Rupanya dayangku adalah salah satu pengagum Grand Duke, kenapa aku tidak menyadarinya sebelumnya?"
Apakah karena ia terlalu cuek di masa lalu hingga tidak memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Terlalu banyak yang menyimpang dari kehidupannya dahulu hingga dia meragukan apakah itu nyata atau tidak.
Tunggu, kerajaan ini mempunyai Grand Duke yang sangat hebat tetapi kenapa dia tidak datang saat kerajaan melawan pemberontak. Clarisse menyusuri ingatannya dan menemukan Grand Duke saat itu sudah mati.
Clarisse membeku di tempatnya lalu mulai panik ketika mengingat Grand Duke akan meninggal dua tahun lagi. Tidak, dia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi, dia harus menyelamatkannya. Hanya Grand Duke yang bisa melawan para pemberontak itu karena keterampilan bertarungnya yang luar biasa.
Dia ingat saat itu Grand Duke tiba-tiba ditemukan tewas di kamarnya. Ada yang bilang dia diracuni, ada juga yang bilang dia sakit. Tetapi siapa yang akan percaya dia sakit mengingat kemampuan fisiknya yang sangat hebat. Orang lebih percaya dia di racuni oleh musuh-musuhnya dan membuat ia meninggal dunia.
Sampai kematiannya dia belum juga mendengar dalang di balik pembunuhan Grand Duke di tangkap. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, dia harus menyelamatkan Grand Duke apapun yang terjadi.
Waktu tinggal dia tahun lagi, dia harus mencari cara untuk mendekatinya dan melindunginya dari musuh-musuhnya. Walaupun dia tidak punya bakat, tetapi berbekal dari penglihatan masa depannya dia yakin ia bisa menyelamatkan Grand Duke. Sekarang yang harus dia pikirkan bagaimana mendekati Grand Duke, mengingat Grand Duke sangat membenci keluarga kerajaan. Ia pasti akan sangat curiga dan waspada terhadapnya.
Otaknya berputar dengan sangat keras hingga ia menemukan satu ide di benaknya. Dia yakin ide ini sangat gila dan ia juga tidak yakin apakah Grand Duke mau menyetujuinya.
"Yang mulia, apakah kita akan melanjutkan perjalanan?"
Suara Anne membuat Clarisse segera tersadar dari lamunannya dan ia menjawab dengan lembut "Tentu saja." ujarnya bersemangat.
Mana mungkin dia menyudahi perjalananan ini mengingat dia tidak pernah berjalan-jalan lagi setelah sekian lama.
"Yang mulia, anda harus mencoba ini!" Anne dengan antusias menyodorkan sate buah kepada Clarisse.
Clarisse menerimanya lalu melahapnya dengan senang hati, walaupun terasa biasa saja tetapi entah kenapa terasa nikmat. Mungkin ini karena dia dalam suasana hati yang baik, karena itulah semua makanan hari ini terasa nikmat baginya.
"Kita coba apa lagi?" Anne bergumam sambil matanya tidak juga lepas dari kios pedagang yang sedang berjualan di pinggir jalan. Ia mondar mandir kesana kemari karena bingung makanan apalagi yang akan di belinya.
"Yang mulia, bagaimana kalau kita beli itu?" Anne menunjuk salah satu pedagang yang berjualan gulali dengan mata berbinar. Matanya yang berwarna coklat muda bersinar di bawah teriknya cahaya matahari membuat dia seperti peri.
"Clarisse menganggukkan kepalanya lalu dengan patuh mengikuti Anne. Tetapi baru selangkah, Clarisse teringat akan satu hal, "Anne, kemarilah sebentar!"
Anne membalikkan punggungnya lalu dengan cepat menghampiri Clarisse, "Ada apa, Yang mulia?"
"Mulai sekarang jangan memanggilku Yang mulia, kita sedang menyamar di luar, aku takut akan ada anggota kerajaan yang mengenaliku."