Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Pergi Menyendiri
Kaos oversize warna hitam dan celana cargo warna cream menjadi outfit Ala pagi ini. Dia sudah bersiap untuk pergi. Sendiri nggak masalah karena Laras yang biasanya ngintil kemana-mana nggak bakal datang ke kost Ala buat gangguin. Hari minggu biasanya dia sibuk sama tugas rumah. Nyuci, nyetrika dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Kalau Ala simpel, males nyuci ya bawa ke laundry.
Tempat kost Ala memang menyediakan laundry bagi mereka yang malas mencuci pakaian. Slogannya aja "Budayakan malas mencuci pakaian, biar kami yang akan mencucikan pakaian anda."
Laundry itu terletak di samping tempat kost. Tempat kost Ala ini ada tiga lantai. Kalau Ala di lantai dasar karena malas dilantai dua apa tiga. Dia mikir nanti kalau kena gempa tinggal lari nggak ribet turun tangga.
Jadi kalau mau keluar terus ke tempat parkir kendaraan ya lewatin laundry itu. Ramai sekali memang karena kebanyakan anak kost malas nyuci. Mereka lelah dengan aktifitas masing-masing. Ada yang kerja dan juga kuliah. Rata-rata yang kost ya belum pada nikah. Kalau yang udah nikah pada ngontrak karena lebih luas.
Biasanya hari minggu begini sih kost ramai karena pada libur. Banyak yang duduk diluar atau ada teman datang. Pokonya rame deh kayak pasar.
Ala keluar dari kamar kostnya. Tak lupa dia memakai topi baseball warna putih, tas selempang warna hitam dan sepatu sneakers warna abu-abu menambah kesan aura terserah dan cueknya kuat sekali. Ala nggak pernah pakai tas cewek pada umumnya. Dia lebih suka membeli tas selempang laki-laki yang simpel.
Beberapa pasang mata menatap ke arah Ala yang keren itu. Bahkan mereka memuji Ala dengan terang-terangan. Penampilannya emang selalu keren dan nggak pernah gagal.
Bahkan ada cewek yang suka sama penampilan Ala, mereka hanya kagum sama Ala yang keren. Cantik tapi ganteng gimana sih. Pokoknya enak dipandang.
Coba kalau Brian lihat penampilan Ala yang sekarang. Apa nggak kejang-kejang itu orang. Pasti kedua netranya hampir lepas karena terus mengagumi Ala.
"Mau kemana, Teh? Keren amat!" tanya salah satu penghuni kost.
Tenang aja yang nanya manusia kok bukan demit.
"Jalan," jawab Ala sambil tersenyum tipis. Saking tipisnya sampe nggak keliatan.
Sudah biasa dapat jawaban singkat, cewek tadi cuma senyum dan lanjutin jalan ke arah laundry. Dia bawa dua kantong baju kotor. Saking malesnya sampai numpuk banyak.
Ala mengambil motornya yang tersimpan diparkiran. Melajukan dengan perlahan tanpa tujuan. Dia nggak tahu mau kemana. Habis pikirannya lagi kacau dan butuh refreshing sejenak.
Kehadiran Brian membuat Ala gegana alias gelisah, galau dan gundah gulana. Padahal kemarin-kemarin nggak kayak gitu tapi sejak semalam Ala jadi nggak menentu. Meski masalah dengan Brian udah selesai dan saling memaafkan tapi hati Ala berkata lain. Rasanya pengen mengulang masa lalu.
Akan tetapi itu nggak mungkin terjadi karena Brian udah ada yang punya. Mana calonnya cantik banget kayak mendiang Vanessa Angel.
Brian ini juga nggak peka sekali, udah tahu Ala cuekin masih aja kirim pesan. Nggak tahu apa ya kalau perasaan Ala untuk Brian masih ada. Sengaja sekali dia basa-basi disaat mau nikah. Mau pamer kalau udah berhasil move on.
Nggak tahu aja Ala ini termasuk manusia golongan Pramuka. Perasaan mudah terluka. Kalau soal cinta ya, kalau soal ucapan pedas bodo amat.
Setiap kali balas chatt dari Brian tadi pagi, pasti yang ada dipikiran Ala itu ya calon istri Brian. Ala nggak mau jadi pengganggu dihubungan mereka. Jadi memilih menyudahi berbalas pesan. Pergi tanpa tujuan adalah cara Ala mengobati hatinya yang patah.
"Brian gob*ok! Ngapain juga sih nanya-nanya gini!" umpat Ala ketika membuka gawai yang menampilkan notifikasi pesan dari Brian.
[La, kamu udah nikah belum sih? Kok di efbe nggak ada foto kamu satupun?]
Rasanya Ala pengen nonjok wajah Brian sekarang juga. Mau kasih cabai pada kedua netra Brian supaya melek. Ala belum nikah ini ya gara-gara Brian.
"Lo enak bisa move on. Lah gue mati-matian lupain lo yang ada hampir mati ditangan sendiri. Brian bang*at emang! Lo nggak tahu rasanya pas putus nyiksa banget!"
Ala terus ngedumel sambil melajukan motornya kembali. Dia tidak membalas pesan dari Brian dan memilih mematikan ponselnya. Seharian ini nggak mau diganggu siapapun, mau menikmati hari libur sambil jajan saja.
Sudah menjadi hal biasa kemana-mana sendiri dan Ala nggak suka kalau pergi bersama teman-temannya. Buat Ala tuh nggak bebas. Dia lebih suka menyendiri bukan berarti kesepian ya tapi Ala memang selalu suka menyendiri dalam keheningan itu sangat menenangkan baginya.
Sejak putus sama Brian banyak perubahan yang terjadi pada diri Ala. Menjadikan Ala menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bisa menahan rasa sakit dan lebih bisa menghargai diri sendiri. Jika dulu dia selalu bergantung pada Brian sekarang Ala harus bisa menjalani harinya sendiri tanpa ada lagi orang yang bisa dia andalkan. Bukan lagi anak manja yang selalu merengek kepada Brian.
Siapa yang kuat dengan keadaan seperti ini? Berpisah pas lagi sayang-sayangnya. Jika dulu mereka seperti sandal jepit yang selalu jalan beriringan sekarang Ala pergi memilih jalan yang berbeda karena terhasut ucapan orang yang tidak menyukai hubungannya dengan Brian dan hal itu menjadi penyesalan Ala sampai sekarang.
Ala nggak kuat awalnya, tapi dia berusaha tegar dan mencoba mengobati lukanya sendiri. Memeluk kebodohan yang dia buat dan berteman dengan tangis yang tak pernah mengkhianatinya. Dalam sepi sendiri melangkah dengan hati yang retak.
"Sedalam apa lukamu? Sampai memilih sendiri ditempat yang ramai?"
Ala mendongak ketika ada suara orang. Untung bukan demit, kalau demit sudah Ala bacain ayat kursi. Ayatnya dibaca kursinya dilempar kemuka demitnya.
Sudah tahu siapa yang bicara Ala kembali menyeruput kopinya dan membaca novel. Dia cuma duduk di taman sambil dengerin musik pakai headset dan satu cup kopi menemaninya.
Meski pakai headset Ala masih dengar. Nggak budek kok soalnya itu musik volumenya nggak tinggi.
"Cuek banget sih!" Laki-laki itu duduk disebelah Ala tanpa permisi. Nggak ada sopan santunnya sama sekali.
"Baca novel apa, La?"
Ala melirik sekilas dan memperlihatkan judul novel yang dia baca.
"Menggenggam Luka? Kamu memang sedang terluka ya? Patah hati karena habis putus cinta?" tanya laki-laki itu.
Ala nggak jawab. Tetep fokus baca sambil sesekali menyeruput kopinya. Membuat laki-laki itu jadi salah tingkah. Udah capek-capek nanya malah dicuekin.
Ya salah sendiri segala nanya kan Ala nggak nyuruh dia nanya apalagi nyuruh dia duduk di sampingnya.
"Kamu sama siapa kesini, La?"
"Jalan ke timezone yuk, La?"
"Btw disini ada tempat lebih menyenangkan loh!"
Ala yang terganggu dengan suara laki-laki itu karena nggak fokus baca memilih menutup novelnya dan menatap laki-laki itu sekilas. Lalu pergi tanpa sepatah kata.
"Astaga ... Susah banget deketinnya." Laki-laki itu mengusap wajahnya.
Namanya Satria, dia anak pabrik sepatu. Kebetulan pabrik itu dekat dengan pabrik Ala jadi setiap hari suka lihat Ala. Bahkan tempat tinggal Satria nggak jauh kok dari kost Ala. Teman-teman Satria juga ada yang bekerja di pabrik tas tempat Ala bekerja. Jadi ya mudah sekali bagi Satria buat mencari tahu soal Ala.
Sayangnya susah sekali buat dideketin. Padahal Satria ini sangat menyukai Ala karena gadis itu menarik perhatiannya. Cueknya Ala malah membuat Satria jadi penasaran dan pantang menyerah buat deketin.
Tadi nggak sengaja Satria lihat Ala pergi, jadi diam-diam dia ikuti dan rupanya ada ditaman. Satria pikir bisa berduaan dan ngobrol bersama, tapi rupanya cuma khayalan semata. Satria gagal buat basa-basi saking dinginnya si Ala ini.
***
Kalau Ala sedang menyendiri, Brian sedang cengar-cengir sambil rokoan. Berkali-kali dia pandangi chatt dari Ala yang buat tersenyum. Cueknya Ala ini justru membuat Brian gemas. Tahu kalau masih sama-sama suka tapi Ala gengsi. Biarin aja nanti ada waktunya Ala deket lagi dan Brian yakin hal itu akan terjadi.
Apalagi dia gagal nikah, jadi Brian mau berusaha buat dapatin cinta sejatinya lagi. Kenapa Brian bilang cinta sejati? Ya othor nggak tahu. Soalnya nggak dikasih tahu juga sama Brian.
Cinta sejati itu karena sudah belasan tahun berpisah tapi masih memiliki rasa yang sama. Mau punya pasangan yang baru pun tetap rasa itu nggak akan hilang. Saling merindukan satu sama lain.
Meski saat ini hati Brian sakit karena kecewa sama Maira tapi Brian tidak peduli malah rasa kecewanya itu sedikit hilang dan berganti rasa bahagia karena ketemu sama Ala. Doa yang selama ini Brian panjatkan rupanya dikabulkan oleh Tuhan.
Jadi, memang benar. Kekuatan Do'a itu mampu mengubah takdirmu. Ya memang takdir adalah ketetapan Tuhan tapi dengan terus berdoa maka Tuhan akan mengubah takdirmu karena terus berdoa.
Klunting.
Suara notifikasi muncul membuat Brian terlonjak kaget.
Laki-laki itu mengusap dadanya dan ada suara tawa yang terdengar.
"Semprul! Ngapain kamu ketawa!" Omel Brian kepada adiknya.
"Mas ini lucu. Dari tadi senyum sendiri terus kaget denger suara hape sendiri!" ucap Diki, sambil tertawa dan lari takut dicubit sama Brian.
"Punya adik satu nggak ada akhlak!"
Brian membuka notifikasi itu dan rupanya ....
Ala memposting satu story.
Gegas Brian buka efbe dan melihat story yang diunggah Ala soalnya cuma 24 jam aja jadi Brian cepat-cepat melihat apa yang di unggah. Rupanya sebuah video seorang gadis tomboy yang memakai topi baseball warna putih.
"Ini ... Ala?"
Bersambung....
Bantu Ala buat bertemu Brian ya, doakan mereka bisa bertemu kembali.
Btw selamat membaca jangan lupa like, komen dan subscribe. oh ya, untuk visual sudah ada ya di akun sosial media othor.
FB,ig, tiktok: Alaish Karenina
yuk follow.
cintanya mas bri udah stuk di kamu
semangat kakak,