Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Rencana Nizar
Setelah dirasa tenang, Binar pun keluar dari kamar Mamanya. "Sus, tolong jaga Mama ya," pesan Binar.
"Baik, Nona."
Binar menghubungi Risa, saat ini dia butuh sekali teman curhat. Risa kebetulan sekali sedang berada di restoran milik Haidar karena Haidar memerintahkan Risa untuk membantunya pada weekend soalnya restoran sedang banyak pelanggan. Binar pun memutuskan untuk menyusul Risa ke restoran itu.
"Pak, mana kunci mobilnya," ucap Binar dengan mengulurkan tangannya.
"Nona mau ke mana? biar saya antar Nona," sahut Pak Suga.
"Aku hanya ingin bertemu dengan Risa, Bapak di sini saja jaga Mama takutnya orang-orang tidak tahu diri itu datang lagi ke sini," ucap Binar.
"Tapi, bagaimana dengan Nona? saya khawatir Nona kenapa-napa, soalnya saat ini suasana hati Nona sedang tidak baik-baik saja," ucap Pak Suga dengan wajah khawatir.
"Tenang saja, aku tidak akan kenapa-napa," sahut Binar dengan senyumannya.
Akhirnya dengan terpaksa, Suga pun memberikan kunci mobilnya. "Nona hati-hati, jika Nona merasa tidak enak jangan dilanjutkan bawa mobilnya berhenti saja di pinggir jalan, dan segera hubungi saya nanti saya akan segera menjemput Nona," cerocos Pak Suga.
Binar tersenyum, dia merasa sangat terharu kepada Suga. Perhatiannya sangat tulus melebihi perhatian dari Papanya sendiri. Binar mengusap lengan Suga dengan lembut. "Terima kasih Bapak sudah khawatir dan menyayangi aku, aku janji akan baik-baik saja nanti kalau ada apa-apa, pasti Bapak orang pertama yang akan aku hubungi," ucap Binar.
"Baiklah."
Binar pun masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan rumah mamanya menuju restoran milik Haidar. "Pak, sahabat aku mau ke sini, boleh 'kan?" izin Risa kepada Haidar.
"Mau ngapain? kalau ngajak ngobrol, lebih baik gak usah datang. Aku menyuruh kamu untuk bekerja di sini jadi jangan ganggu pekerjaan kamu," ketua Haidar.
"Tidak kok Pak, paling juga dia mau menunggu sambil ngopi di sini," sahut Risa.
"Terserah, tapi ingat jangan ganggu pekerjaan kamu," tegas Haidar.
"Siap, Pak."
"Apaan pagi-pagi sudah marahin karyawan," seru Nizar yang baru saja datang.
"Eh, Pak Nizar. Bapak mau aku bawakan kopi?' tawar Risa dengan senyumannya.
"Loh, bukanya kamu Risa ya? karyawan di perusahaan Haidar?" tanya Nizar dengan menunjuk ke arah Risa.
"Iya, Pak. Kalau begitu, Bapak tunggu sebentar, aku bawakan kopi untuk Bapak," ucap Risa sembari pergi.
"Haidar, ngapain kamu pekerjakan dia di sini juga? ini hari libur, kasih dia libur lah bukanya malah disuruh kerja lagi di restoran," kedal Nizar.
"Restoran lagi rame Bang, si Leni izin katanya sakit daripada aku harus cari lagi karyawan, aku suruh saja dia buat bantuin di sini," sahut Haidar santai.
"Tapi 'kan kasihan, kali aja dia mau libur dan jalan-jalan sama pacarnya," ucap Nizar.
"Aku bayar dia dua kali lipat, dia juga mau-mau saja kok," sahut Haidar.
Tidak lama kemudian, Risa pun datang dengan membawa secangkir kopi untuk Nizar. "Ini Pak, kopinya," ucap Risa.
"Terima kasih. Jangan panggil aku Pak, aku bukan bos kamu," sahut Nizar.
"Ah iya, aku panggil Abang saja ya, boleh 'kan?" ucap Risa.
"Hai, dia Abang aku ngapain kamu panggil Abang juga?" kesal Haidar.
"Gak apa-apa, kamu boleh panggil apa saja sesuka hati kamu," sahut Nizar dengan santainya.
Pintu restoran pun terbuka, Binar celingukan mencari keberadaan Risa. "Binar, aku di sini!" teriak Risa sembari melambaikan tangannya.
Nizar dan Haidar pun menoleh. "Binar!"
"Mas Nizar," gumam Binar.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Risa.
"Iya," sahut Binar.
"Bagus kalau begitu. Kamu ngobrol saja di sini sama Bang Nizar, sembari nunggu aku selesai bekerja," ucap Risa.
"Oke."
"Kamu sudah sarapan belum?" tanya Risa.
Binar menggelengkan kepalanya. "Astaga, sudah kebiasaan. Ya sudah, aku ambilkan sarapan untukmu," ucap Risa.
Risa pun berlari kecil untuk membawakan sarapan untuk Binar. "Oh iya, kenalkan ini Haidar, adik aku," ucap Nizar memperkenalkan adiknya.
"Hai, aku Binar," ucap Binar.
"Tumben Abang punya kenalan cewek, biasanya juga Abang kabur jika di dekati cewek," ledek Haidar.
"Hah, kok kabur? apa jangan-jangan----" Binar menatap menyelidik ke arah Nizar.
"Jangan-jangan apa? gak usah berpikiran yang aneh-aneh deh," ketus Nizar.
"Tadi 'kan kata Haidar, kamu selalu kabur kalau didekati wanita. Apa jangan-jangan kamu tidak normal?" ucap Binar.
Nizar seketika memukul kepala Haidar membuat Haidar terkekeh. "Maksud aku, Abang itu dingin sama cewek entahlah padahal dia sudah tua dan seharusnya sudah menikah dan punya anak tapi sampai sekarang dia masih saja seperti itu. Tapi aku sangat bahagia jika sekarang Abang sudah mulai dekat dengan cewek, itu artinya ada kemajuan sedikit," ucap Haidar.
"Apaan sih." Nizar kembali menyesap kopinya.
Binar tertawa bersama Haidar. Binar tidak sengaja menoleh ke arah luar restoran, terlihat sebuah mobil yang dia kenal berhenti di depan restoran itu. Benar saja, ternyata itu mobil Atta dan Veronika juga terlihat ke luar dari dalam mobil Atta.
"Astaga, aku harus sembunyi," gumam Binar panik.
"Kenapa?" tanya Nizar.
Binar tidak menjawab, dia hanya melihat ke arah luar dan Nizar mengikuti arah pandang Binar. "Aku harus sembunyi, Mas," ucap Binar.
Binar hendak bangkit dari duduknya, namun dengan cepat Nizar menggenggam tangan Binar. "Tidak usah sembunyi, kalau kamu sembunyi itu tandanya kamu kalah sama mereka dan mereka semakin bahagia," ucap Nizar.
"Tapi----"
"Sudah diam, jangan ke mana-mana. Aku ada di sini, jika mereka macam-macam, biar aku yang hadapi mereka," ucap Nizar meyakinkan.
Awalnya Binar ragu-ragu, tapi ucapan Nizar ada benarnya dan akhirnya Binar pun kembali duduk. Ternyata Atta dan Vero tidak cepat masuk karena sedang menunggu Virlo. Setelah Virlo tiba, mereka bertiga pun masuk ke dalam restoran yang cukup mewah dengan harga yang lumayan mahal itu.
Risa datang membawa makanan untuk Binar, dia merasa kesal saat melihat ada Atta di sana. "Mereka ngapain masuk ke restoran ini?" ucap Risa.
"Hai, ini restoran umum ngapain kamu larang-larang orang buat masuk ke restoranku?" kesal Haidar.
"Eh, bukan begitu Pak," sahut Risa dengan senyuman canggungnya.
Posisi mereka lumayan jauh, dan ketiganya belum sadar dan melihat jika Binar juga ada di sana. "Mereka pasti ingin merencanakan sesuatu, tidak biasanya mereka bertiga makan bersama seperti itu," ucap Binar dengan mengepalkan tangannya.
"Aku punya rencana," ucap Nizar.
"Rencana apa?" tanya Binar.
"Lebih baik sekarang kita ke belakang dulu, mumpung mereka tidak melihat kita," ajak Nizar.
Keempat orang itu pun segera pergi ke belakang, entah apa yang akan direncanakan oleh Nizar.