Alana gadis malang yang di buang oleh keluarganya karena dianggap pembawa sial. Dia sudah terbiasa hidup sebatang kara tanpa bantuan siapapun. Berbagai pekerjaan telah dia geluti tapi itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hingga akhirnya dia menyerah dan ingin hidup dengan nyaman tanpa harus bekerja keras. Sahabat Alana menawarkan sebuah pekerjaan tidak masuk akal kepada Alana, yaitu melayani seorang pria yang suka sekali bermain wanita.
"Baiklah aku terima tawaran itu, tapi dengan satu syarat. " Alana.
Kenzo, adalah seorang pemain wanita yang sudah terkenal di dunia malam. Parasnya yang rupawan, membuatnya di gilai banyak wanita. Namun Kenzo bukan pria sembarangan dalam memilih wanita.
"Carikan aku seorang gadis untuk melayani ku. " Kenzo.
Apa syarat yang diajukan Alana untuk menerima pekerjaan dari sahabatnya itu?
Apakah Takdir akan membuat mereka bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Hemophobia
Kenzo dan Alana saling terdiam di dalam suatu ruangan itu , tidak ada satupun diantara mereka yang berbicara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing , tentang rencana ke depan untuk menjalani pernikahan seperti apa yang akan mereka lalui .
"Tuan, apa kau tidak bekerja kenapa kau masih disini? " akhirnya Alana membuka suaranya karena merasa tidak nyaman ditemani oleh pria asing.
Kenzo yang sedang rebahan di sofa sambil memainkan ponselnya segera bangun dan berjalan mendekati Alana yang duduk di ranjang pasien. Dia lalu duduk di kursi yang ada di samping Alana.
"Apa kau mengusir ku Alana? aku sedang berbaik hati menungguimu sekarang. " Kenzo terkekeh mengucapkan kata-kata itu.
Alana terdiam tidak mengatakan apa-apa dan membalas ucapan Kenzo karena dia sendiri juga bingung dengan apa yang dia katakan tadi. Apakah terkesan mengusir?
"Alana aku akan tetap disini sampai kau pulang dari rumah sakit dan akan membawamu pulang ke rumahku. Karena sekarang kau adalah istriku apa kau lupa itu? Padahal kita menikah belum sampai sehari, Alana. " kata Kenzo mengingatkan Alana.
Semakin bungkam saja Alana setelah diingatkan oleh Kenzo tentang statusnya yang sudah menjadi istri seorang Casanova seperti Kenzo. Jika dia membayangkannya pasti ngeri yang dia rasakan padahal belum diapa-apakan oleh pria itu.
Suasana kembali sunyi saat mereka kembali terdiam dan tidak ada yang membuka suaranya. Kenzo kembali fokus memainkan ponselnya. Entah apa yang dilakukan oleh pria itu, yang sepertinya sangat sibuk dengan ponselnya.
"Maaf aku sedang sibuk. kau istirahat saja agar cepat pulih, apa kau ingin menonton televisi? " tanya Kenzo.
"Tidak, aku tidur saja. " Alana langsung berbaring dan memunggungi Kenzo.
Kenzo beranjak dari sana dan menyelimuti Alana sebelum kembali ke sofa. Pria itu menunjukkan sisi berbeda dalam dirinya, sisi arogannya berubah lembut saat berhadapan dengan wanita yang sedang tidak berdaya.
Kenzo mulai bekerja lagi dengan melakukan pertemuan online dengan Rey yang sudah kembali ke perusahaan setelah mengantarkan ustadz tadi. Karena perusahaan harus tetap ada yang jaga meski bukan dirinya. Dan dia akan kembali ke rumah sakit untuk membawakan semua kebutuhan Kenzo selama di rumah sakit.
Bersamaan dengan selesainya urusannya dengan Rey, pintu ruangan Alana ada yang mengetuk. Kenzo langsung berdiri dan melihat siapa yang sudah mengetuk pintu ruangan Alana.
Seorang perawat dengan membawa troli makanan masuk ke dalam ruangan Alana, karena sudah waktunya makan malam.
"Terima kasih, kau boleh pergi. " ucapnya setelah perawat itu menyiapkan makanan Alana di atas nakas.
Setelah kepergian perawat, Kenzo membangunkan Alana untuk mandi dan juga makan malam. Karena keasikan bekerja dia lupa membangun kan Alana untuk mandi.
"Alana bangunlah, ini sudah sore. Makanan sudah di kirim kau harus mandi makan malam. "
Kenzo sedikit mengguncangkan tubuh Alana agar bangun. Alana berbalik dan menggeliatkan tubuhnya hingga pakaiannya tertarik ke atas, hingga terlihat kulit putih Alana dari balik bagian baju yang menyingkap.
Melihat itu Kenzo menghela nafasnya berat lalu menutup perut Alana dengan selimut. Dia tidak ingin melihatnya terlalu lama karena tidak mau tergoda. Apalagi saat ini dia tidak bisa menyerang Alana dalam keadaan seperti ini.
"Ada apa?" tanya Alana saat membuka matanya.
"Kau mau mandi? atau mau di seka aja ? " tanya Kenzo
Alana langsung membulatkan matanya mendengar pertanyaan dari Kenzo. Mandi? memang Kenzo mau memandikan dia. Ah, kenapa pikiran Alana jadi travelling kemana-mana.
"A– aku mandi sendiri saja," kata Alana gugup dan ingin turun dari ranjang pasien, namun tangannya terhalang selang Infus yang menancap di tangannya.
"Awh," keluhnya dan langsung menghentikan gerakannya.
"Kenapa buru-buru seperti itu. Lihatlah, tanganmu berdarah. " Kenzo memegang tangan Alana yang tertancap jarum infus dan mengeluarkan darah.
Mendengar kata darah, wajah Alana langsung pucat dan menoleh ke arah tangannya yang dipegang Kenzo. Benar saja darah segar mengalir keluar dari tangan Alana. Begitu juga di selang infus yang sudah berubah warna menajdi merah
Dan seketika itu, Alana langsung histeris dan tak terkendali.
"Hen– hentikan darah itu. Aku mohon hentikan darah itu. aku bukan pem*unuh, hentikan darahnya– kumohon. "
Kata-kata itu terus di ucapkan Alana dengan lelehan airmata dan wajah yang sudah memucat. Entah apa yang terjadi pada Alana. Kenzo menjadi panik dan langsung memencet tombol darurat untuk memanggil perawat atau dokter.
Tak lama seorang perawat datang dan terkejut melihat keadaan Akana yang histeris dan meracau.
"Suster, panggilkan dokter, cepat. "
"I- iya. " perawat itupun kembali keluar dan memanggil dokter yang berjaga untuk melihat keadaan Alana.
"Alana Apa yang terjadi , tenanglah Alana, tenanglah. " Kenzo langsung memeluk Alana agar wanita itu tenang.
Awalnya Alana memberontak namun lama-kelamaan tubuh Alana melemah dan akhirnya dia tenang di dalam pelukan Kenzo .
Datang seorang dokter dan dua orang perawat masuk ke dalam ruang perawatan Alana . Mereka terkejut saat melihat kondisi ruang perawatan Alana sedikit berantakan.
"Apa yang terjadi Tuan Ken ?" Tanya Dokter .
Entahlah aku juga tidak tahu dokter , tiba-tiba dia histeris saat melihat infusnya yang penuh dengan darah . Terang Kenzo .
Dokter pun meminta agar seorang perawat mengambil sesuatu. Tak lama dia kembali dengan sebuah jarum suntik dan obat.
"Apa yang ingin kau suntik kan kepada istriku. " Tanya Kenzo sebelum dokter melakukan sesuatu kepada Alana.
"Saya hanya menyuntik sedikit obat penenang agar nona Alana bisa tenang dulu tuan. hanya tidur sekitar satu sampai dua jam saja. Karena kita harus bicara." ujar dokter.
Kenzo mengangguk mengerti dan membolehkan dokter menyuntik Alana di bagian lengannya. Alana masih dengan erat memeluk tubuh Kenzo, namun lama kelamaan cengkraman itupun mengendur. Kenzo dengan sigap menidurkan Alana yang sepertinya mulai terlelap karena pengaruh obat tidur.
Setelah Alana tertidur, dokter mengajak Kenzo berbicara di sofa dan kebetulan Rey juga baru datang dengan beberapa paperbag ditangannya. Sedangkan dua perawat yang ikut dengannya segera mengganti jarum infus yang sempat terlepas dsri lengan Alana.
"Katakan dokter, apa yang sebenarnya terjadi pada Alana. " tanya Kenzo penasaran.
"Sepertinya nona Alana mengalami sebuah trauma berat dimasa lalu yang berhubungan dengan darah. atau bisa di sebut hemophobia. " Ujar dokter
"Lalu apakah bisa sembuh dan apa penyebabnya. " tanya Kenzo penasaran
"Apa yang dikatakan nona Alana saat histeris tadi? " dokter malah balik bertanya.
"Hentikan darahnya, aku bukan pem*unuh, " ujar Kenzo mengatakan apa yang dikatakan oleh Alana tadi.
"Bisa dipastikan jika istri anda mengalami trauma tuan, entah itu karena kecelakaan atau apapun itu. Jika ingin sembuh anda harus datang ke dokter psikolog untuk mencari tahu penyebab hemophobia pada diri nona Alana. "
Kenzo mengangguk mengerti, setelah kepergian dokter, dan memanggil Rey untuk melakukan tugasnya.
"Selidiki tentang kematian Tomi Malik ayah dari Alana. aku sangat penasaran dengan keluarga Malik ini. Jika benar Alana adalah keluarga Malik. Ini akan sangat menarik Rey. " gumam Kenzo memberikan perintah kepada asistennya..
gini kan jadinya coba jujur dr awal nggak bakal kek gini