Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
"Mom akan mengantarmu ke rumah Oma, Mommy ada meeting pagi dan hari ini jadwal Mommy agak padat, tidak apa jika Sam menunggu di rumah Oma?" Tanya Nadlyn pada Samudra.
Samudra dengan semangat mengangguk. "Tidak apa, Mom." Jawab Samudra. "Kapan Kakek kembali dari Singapura?" Tanya Samudra.
Robi memang tengah berada di Singapura untuk perjalanan bisnis.
"Mungkin minggu depan." Jawab Nadlyn.
Nadlyn mengantar Samudra ke rumah Nanda. Pras dan Nanda menyambut kedatangan Nadlyn untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan tidak bertemu.
"Waahh cucu Opa sudah semakin tinggi." Kata Pras pada Samudra.
Samudra memeluk Pras karena Pras sudah tidak bisa menggendong lagi Samudra yang tubuhnya sudah semakin tinggi.
"Nad, masuklah dulu.. Kita sarapan bersama." ajak Pras yang biasanya selalu Naldyn tolak.
"Maaf, Dad. Aku sarapan di kantor saja."
"Sekali ini aja, Nad." Pinta Pras.
Namun sayang, Nadlyn masih menolaknya. Menurut Nadlyn, rumah mertuanya itu dipenuhi dengan kenangan yang begitu ingin Nadlyn lupakan.
Pras tidak memaksa lagi, lalu membiarkan Nadlyn pergi. Dari dalam jendela, Cean menatap nanar kepergian Nadlyn. Wajah Nadlyn yang terlihat lelah namun slalu berusaha memperlihatkan ketegarannya.
"Maafkan aku, Nad. Jika di ijinkan, aku ingin mengobati luka hatimu, aku ingin menbus semuanya." Batin Cean.
Samudra masuk dengan tangan yang terus di genggam oleh Nanda. "Jam berapa masuk sekolahmu?" Tanya Nanda.
"Jam delapan, Oma." Jawab Samudra.
"Kalau begitu ayo kita sarapan, Oma sudah membuatkan Omlet telur keju kesukaanmu." Ajak Nanda yang membuat Samudra bersemangat.
Samudra duduk di sebelah Nanda, namun matanya tertuju pada piring di sebrang Nanda yang berisikan omlet Keju percis dengan omlet keju miliknya, tetapi tidak ada kursi disana.
"Oma, piring itu milik siapa?" Tanya Samudra.
"Hai, apa kau tidak merindukanku?" Sahut Cean bertanya yang berada di atas kursi roda di dekat ruang makan, membuat samudra segera melihat ke arahnya.
"Uncle.." Panggil Samudra dan kemudian beranjak dari kursinya dan berhambur memeluk Cean.
Cean hanya bisa merentangkan kedua tangannya dan memeluk Samudra.
"Aku merindukan Uncle." Ucap Samudra kemudian melerai pelukannya.
Cean menatap lekat wajah Samudra. "Maafkan aku, putraku." Batin Cean yang tak berkedip melihat mata bening milik Samudra.
"Kenapa Uncle duduk di kursi roda?" Tanya Samudra yang kini memperhatikan Ocean yang duduk di kursi roda elektriknya.
"Uncle mengalami kecelakaan, dan kaki Uncle patah." Jawab Ocean sekuat mungkin.
"Uncle tidak bisa berjalan?" Tanya Samudra.
Cean mengangguk, "Kamu masih mau berteman denganku yang tidak bisa berjalan?"
Samudra tersenyum, "Opa seorang dokter, Opa pasti akan menyembuhkan Uncle." Kata Samudra tanpa menjawab pertanyaan Cean.
Samudra hanya tau jika Pras seorang dokter saja dan tidak mengetahui jika dokter mempunyai berbagai macam spesialis dan Pras adalah seorang dokter kandungan. Dimata Samudra, Pras adalah seorang dokter yang bisa menyembuhkan berbagai macam kesakitan.
Cean hanya tersenyum menanggapinya.
"Sam, ayo makan. Sebentar lagi kamu harus berangkat ke sekolah." Sahut Pras.
"Iya Opa." Kata Samudra
"Sini Uncle, aku dorong." Kata Samudra pada Cean.
"Tidak perlu, kursi roda ini elektrik, aku tidak perlu pakai tenaga untuk mendorongnya." ucap Cean sambil menunjukan tombol untuk maju.
"Wah itu keren, Uncle." Seru Samudra.
"Lebih keren jika dapat berjalan." Balas Cean yang kini mereka jalan beriringan menuju meja makan.
"Tapi kursi roda ini juga keren." Samudra seolah menghibur Cean.
**
"Daahhh Omaaa, Daahhh Uncleee." Teriak Samudra dari jendela mobil.
Cean dan Nanda melambaikan tangannya ke arah Samudra yang berangkat sekolah bersama Pras dan supirnya.
"Mom.."
"Ya..."
"Jam berapa Samudra pulang?"
"Jam satu siang." Jawab Nanda.
"Mom, bisakah jika aku teraphy di rumah saja? Aku tidak ingin menghabiskan waktu di rumah sakit sampai sore."
Nanda diam seolah berpikir, jadwal teraphy Cean memang di mulai jam dua hingga jam empat sore, dan Nanda pasti menemaninya, tidak mungkin Samudra di rumah seorang diri.
"Baiklah, Mommy akan bicarakan ini dengan Daddy. Sepertinya kamu juga lebih bersemangat jika teraphy dirumah, ada Samudra yang akan membuatmu semangat." Kata Nanda.
Cean tersenyum, "Mommy benar."
Sementara itu di mobil. "Kamu sekarang dekat dengan Uncle." Ucap Pras pada Samudra.
"Sam menyukai Uncle itu, Opa."
"Apa yang membuatmu menyukainya?" Tanya Pras.
"Sam tau Uncle itu adalah Daddy Sam."
Pras membolakan kedua matanya, "Apa, Sam?"
Samudra tersenyum sambil menatap wajah Pras. "Sam tau Uncle itu adalah Daddy Sam."
"Te.. Tetapi dari mana kamu bisa menyimpulkan hal itu? Siapa yang memberitahumu?" Tanya Pras.
Samudra melihat ke depan. "Dulu aku pernah bertanya pada Kakek, jika Mommy adalah anak Kakek, lalu siapa Oma dan Opa?" Kata Samudra dan Pras fokus mendengarkan cerita Samudra. "Lalu Kakek menjawab, Oma dan Opa adalah orang tuanya Daddy." Samudra tersenyum dan melihat kembali ke arah Pras. "Bukankah itu tandanya jika Uncle itu adalah Daddy?" Tanya Samudra.
"Jadi, selama ini kamu tau jika..." Tanya Pras menggantung saat Samudra mengangguk.
"Sam tau Uncle itu Daddy. Sam sudah menanyakannya pada Mommy tetapi Mommy seperti akan menangis dan Sam tidak berani lagi menanyakannya. Tapi Sam tetap yakin jika Uncle itu Daddy."
"Kenapa Sam tidak memberitahu Opa?" Tanya Pras yang cukup terkejut dengan pernyataan Samudra.
Samudra tersenyum tipis, "Sam menunggu Daddy yang mengatakannya. Jadi Sam mohon, Opa jaga rahasia ini ya." Pinta Samudra. "Opa juga jangan bilang sama Oma."
"Kenapa?" Tanya Pras heran.
Mereka sama sama diam hingga akhirnya saling menatap satu sama lain. "Karena Oma tidak bisa jaga rahasia." Ucap mereka bersamaan kemudian mereka tertawa bersama.
**
Nadlyn baru saja sampai di perusahaan tempat bekerjanya, meski bisa mengerjakan pekerjaannya dari rumah dan datang ke kantor hanya dua kali dalam seminggu namun kali ini Nadlyn ingin kembali beraktifitas normal kembali.
"Nad..." Panggil seseorang dan ternyata adalah Dirga.
"Hei, kamu kesini?" Tanya Nadlyn seolah tidak terjadi apapun.
"Nad, aku.. Ingin menjelaskan sesuatu.." Kata Dirga terbata bata.
"Apa?" Tanya Nadlyn masih dengan tersenyum.
"Soal.. Aku dan Yuri..."
"Ah kamu itu, Ga.." Nadlyn mencebik. "Tidak menganggapku sebagai sahabatmu." Kata Nadlyn lagi seolah marah. "Harusnya kamu bilang jika tengah mengejar wanita, apalagi Yuri itu cantik dan baik sekali."
"Nad..." Dirga tau jika Nadlyn sedang tidak baik baik saja.
Dan benar saja, Nadlyn mengusap ekor matanya yang basah.
"Nad..."
Nadlyn menatap wajah Dirga. "Berbahagialah, Ga. Jangan mengasihani aku." Ucapnya dengan sendu.
"Aku tidak mengasihanimu, aku mencintaimu, Nad."
"Ga..." Nadlyn menatap dalam mata Dirga. "Yuri lebih pantas menjadi pendampingmu, Ga."
Dirga menggelengkan kepalanya. "Aku akan pergi melepas semuanya, Nad. Aku tidak perduli jika harus merintis dari nol asal kamu mau ikut denganku. Kita pergi bersama dan membangun semua nya dari nol, Nad."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semangatin Dirga dong..
Dan kasih hadiah untuk kecerdasan Samudra..
Gimana dengan part ini?
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .