Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alma Soedirman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. SMDH
Mas Azzam, hari ini aku nonton deh sama Ocha habis pulang sekolah, gapapa kan?
Azzam yang masih fokus menyetir itu menengok ke sebelah kirinya.
"Kesana pakai apa?"
"Nanti berdua sama Ocha paling ikut sama bokapnya minta anterin."
Azzam berniat dalam hati ingin mengantarkan Kayesha dan temannya itu untuk nonton film, namun ia juga belum tentu bisa karena ada pasien-pasien yang harus ditangani.
"Emang kalian mau nonton film apa?"
"Ga tau juga tapi mau nonton horror movie gitu, udah lama ngga liat yang serem-serem."
Azzam terkekeh sekaligus menepikan mobilnya karena sudah sampai di sebrang gerbang sekolah Kayesha.
"Emang berani?"
"Idih, ya berani lah kalo ga berani ngapain nonton," balas Kayesha sedikit kesal.
Azzam tertawa kecil, "yaudah iya, hati-hati ya nanti kalau ada apa-apa kabarin saya —— ini uang saku kamu sama nanti buat bayar tiket sama Ocha juga ya, sama nanti buat kalian makan atau jajan disana."
Mata Kayesha berbinar ketika Azzam menyerahkan empat lembar uang seratus ribu kepadanya, Kayesha sebenarnya ingin menolak tapi setelah ia pikir-pikir pengeluarannya nanti akan sangat banyak, karena sehabis nonton film pasti Kayesha akan berbelanja hingga khilaf, belum lagi untuk makan.
"Aduh ini banyak banget, Mas. Gausah."
"Ambil, kan saya yang ngasih."
"Kebanyakan Mas Azzam, seratus aja cukup," Kayesha sebenarnya malu mengatakannya.
"Ambil, atau saya masukin ke tas kamu. Kamu ga usah nolak, ya? Semua duit saya halal kok, bukan hasil pesugihan atau apa," Azzam meyakinkan Kayesha.
"Eum... gapapa nih?"
"Nggih, Kayesha. Diambil ya pinter."
Deg deg deg deg!
Gawat jantung gue bisa copot, gue harus pergi dari sini! Batin Kayesha.
"Aku ambil ini ya—— beneran ya? Makasih Mas Azzam, hehe," Azzam tersenyum dan mengangguk.
"Yaudah sana gih ke sekolah nanti telat, kamu hari ini pulang jam dua belas kan?"
"Iya, Mas. Yaudah aku ke sekolah dulu ya, assalamualaikum Mas Azzam," Kayesha menyalimi punggung tangan Azzam.
"Wa'alaikumussalam, semangat ya belajarnya," Kayesha tersenyum lalu mengacungkan jempolnya.
"Mas Azzam juga, semangat ya kerjanya."
Kayesha tak lama keluar dari mobil, ia pun bukannya berjalan santai menuju sekolahnya, tapi langsung berlari cepat-cepat menuju kelas, bahkan Azzam dari dalam mobil pun sedikit kebingungan sekaligus gemas dengan Kayesha yang berlari-larian seperti anak kecil.
Gue rasa, gue mulai cinta sama dia deh... Gumam Azzam.
Tak mau berlama-lama disana, sehabis punggung Kayesha tak keliatan, Azzam pun menyalakan mobilnya dan pergi dari sana menuju rumah sakit tempat ia bekerja.
Berbeda lagi dengan Kayesha, gadis itu yang sedang ngos-ngosan karena lari cepat ke kelas, ia langsung duduk menarik Ocha. Ia langsung bercerita tentang semuanya kepada Ocha dari a sampai z.
Ocha yang mendengar itu juga ikutan senang dan excited sekaligus kepo dengan kelanjutan Kayesha dan Azzam nantinya.
"Tuh iya kan bener, ujung-ujungnya lo suka sama dia kan?"
"Gimana ya, g-gue udah nyoba nyangkal dari awal even sebelum acara, tapi cara dia ngomong, ngetreat gue, sama macam-macam deh bikin gue ga bisa nahan rasa. Gue harus gimana dong, Cha," nafas Kayesha sedikit masih tersengal-sengal.
"Lo tenang dulu, tenang, tarik nafas —— buang — menurut gue ya ga ada cara buat nahan perasaan lo karena itu terjadi dengan sendirinya. Percaya deh sama gue, dia juga pasti ada perasaan ke lo, Sha."
Kayesha mengangkat sebelah alisnya, "maksud lo? Azzam suka gue juga gitu?"
Ocha mengangguk, "lo masa ga bisa mikir, Sha? Iya i know mungkin dia lo anggap kaya gitu karena lebih dewasa kan, iya gue tau tapi maksud gue dia seniat dan se effort itu aja sama lo, cara dia memperlakukan lo juga baik. Lo juga bilang kan kalo secara ga langsung dia bilang kalo dia suami lo, ya berarti dia nganggep lo istri—"
Kayesha lagi dan lagi membekap mulut Ocha.
"Jangan cepu anjir," Ocha mengangguk, Kayesha pun melepaskan bekapannya.
"Ya mungkin sih, tapi yaudah lah gue berharapnya sih dia gitu juga ya Cha tapi— yaudah lah, intinya hari ini tiket nonton gue yang bayar," Ocha membulatkan matanya sambil menutup mulutnya dengan tangan.
"Seriusan ni? Abis gajian lagi ya lo?"
Kayesha mengangguk, "yes, soalnya Azzam juga yang ngasih malahan dia maksa, jadi kan gue terpaksa nerima ya padahal gue ga mau. Tapi rezeki ga bisa ditolak, ya kan?"
Ocha menjitak kepala Kayesha, "sok-sok an lo, yaudah semua duitnya buat gue."
"Eh jangan dong, gue cuman bercanda kali haha —— yaudah bokap lo bisa kan hari ini?"
"Bisa kok tenang aja."
"Sip deh!"
\~•\~
Setelah turun dari lift rumah sakit ke lantai pertama, ia berjalan menuju parkiran. Tiba-tiba ponsel Azzam berbunyi dari dalam saku celananya, ia pun mengambilnya dan mengangkatnya. Ternyata itu panggilan suara dari umi-nya Zila.
Halo, Umi, wa'alaikumussalam
Engga kok, ini Azzam baru kelar urusin pasien terakhir soalnya lagi sepi juga.
Umi mau kerumah?
Jam berapa kira-kira?
Oh iya, Mi, nanti Azzam sama Kayesha sore jam empatan udah di rumah.
Iya, Mi, ini Azzam mau sholat Jumat dulu.
Nggih, Mi, wa'alaikumussalam.
Tut.
Hari ini Latif dan Zila niatnya ingin menginap kerumah mereka ketika nanti Latif sudah pulang bekerja.
Azzam buru-buru keluar parkiran dengan mobilnya, matanya sedikit tak fokus karena sambil memainkan ponselnya untuk menelfon Kayesha.
Assalamualaikum, Kayesha, kamu dimana? Udah pulang sekolah?
Wa'alaikumussalam Mas Azzam, iya ini udah pulang sekolah lagi otw sama papanya Ocha mau ke Mall buat nonton.
Oalah gitu—— tadi Umi telfon saya, katanya sore mungkin habis Abi pulang kerja mau kerumah buat nginap, nanti saya jemput kamu ya kalau udah selesai.
Wah gitu? Iya Mas Azzam paling jam empat aku udah kelar, nanti Mas Azzam jemput ya. Ini Mas Azzam lagi kerja kah?
Engga, ini saya dijalan mau ke masjid buat sholat Jumat, kamu juga ya nanti jangan lupa dzuhur an.
Iya Mas Azzam, pasti itu. Yaudah hati-hati ya Mas.
Iya, Kayesha. Saya tutup dulu ya, assalamualaikum.
Wa'alaikumussalam, Mas.
Tut.
Azzam pun memfokus kan pandangannya ke arah jalan raya, ia mengemudi dengan kecepatan 40 km/jam yang masih bisa di bilang cukup santai. Karena suasana di mobil begitu hening, entah kenapa tiba-tiba pikiran Azzam terlintas Kayesha.
Gue rasa gue emang udah cinta sama dia, itu wajar ga sih batin Azzam.
Azzam bingung dengan perasaannya, ia tahu dari awal bahkan ia tidak ada kepikiran untuk berhubungan atau jatuh cinta lagi dengan wanita, apalagi ia dan Kayesha itu pure menikah karena perjodohan untuk menggantikan masing-masing kakak mereka.
Azzam pikir, apakah ia salah jika mulai mencintai Kayesha?
Perasaan Azzam tak bisa berbohong, ia memang dewasa tapi sudah jelas perlakuannya ke Kayesha itu memang agak berbeda, kadang memperlakukan Kayesha seperti pasangan tapi terkesan memperlakukan seperti adik sendiri, mungkin Karena umur mereka terpaut jauh.
Tetapi hari demi hari Azzam bertemu Kayesha, setiap detik dan waktu melihat gadis itu, rasanya hatinya merasa senang dan agak berbeda saja.
Ck, gue kok gini ya? Tapi ya —— Kayesha tuh udah punya pacar belum ya? Gue ragu, secara umur gue jauh banget sama dia, ga mungkin gue rasa dia juga suka balik sama gue Azzam bergumam.
Azzam berdecak kesal tak tahu kenapa, lalu ia mengutak-atik ponselnya sebentar lalu menelpon seseorang.
Assalamualaikum kenapa, Zam?
Wa'alaikumussalam, Bim, lo masih jam kerja?
Engga ini, baru mau makan sih tapi nyari dulu, kenapa Zam?
Gue mau siap-siap sholat Jumat ni di Masjid Al-Ikhlas ya kaya biasa, samperin gue kesini, ajakin Yohan juga.
Oh gitu, sip-sip gue matiin dulu ini. Gue nelfon Yohan dulu, assalamualaikum.
Wa'alaikumussalam.