Wanita Pengganti

Wanita Pengganti Bagian 4

oleh Sept

"Kamu masih punya waktu sehari, untuk membatalkan rencana gilaa itu!" ketus Farel kemudian mendorong kursi dengan kakinya. Ia meninggalkan meja makan dengan marah.

"Kita sudah sepakat! Kamu gak boleh menarik janji kamu ke aku. Sejak awal menikah, aku udah bilang. Kamu setuju Kita gak punya anak dulu," cecar Nita yang marah karena sikap Farel yang tidak ia sukai. Bagaimana pun juga ia suka Farel yang lembut, sosok yang selalu mengiyakan apa maunya. Tidak pernah melarang ini itu, selalu menurut pada Nita.

"Lima tahun, Nit. Kamu belum cukup bersenang-senang? Hanya karena takut tubuhmu rusak, kamu malah cari ibu pengganti!" teriak Farel. Membuat suasana seketika hening.

"Ini mimpi aku, Mas. Aku suka duniaku yang sekarang."

"Lalu apa gunanya Kita menikah?" bentak Farel frustasi. Ia tidak habis pikir, istrinya sendiri yang menyuruh menikah kontrak untuk mendapat keturunan. Hanya demi kesenangan dunia, mengejar karir, Nita menutup nuraninya sebagai wanita.

"Kita menikah karena kita saling mencintai, tapi bukan berarti aku harus hamil," ucap Nita, masih merasa paling benar dengan solusinya sendiri.

Muak dengan pertengkaran yang selalu terjadi, pertengkaran yang diisi dengan tema yang sama, Farel memilih pergi.

"Masss! Mass!" panggil Nita karena suaminya pergi padahal ia belum selesai bicara.

"Huuuuh!!!" Nita gemas, ia kemudian masuk kembali.

Niatnya sudah bulat, untuk mempertahankan pernikahan tanpa hamil, ia hanya harus menunggu gadis itu hamil. Sudah, maka masalahnya akan selesai. Farel tidak akan menuntut anak lagi, apalagi ibu mertuanya. Semua akan beres sesuai rencananya yang sudah ia susun dengan matang.

***

"Ra ... Airaaaa!" panggil Nita.

Gadis itu datang dengan kebaya yang ia pilih. Cukup bagus meskipun tidak mahal.

"Pas, ya sudah. Kamu ganti lagi."

"Baik, Non."

Setelah Aira pergi, Nita menghubungi seseorang. Meminta semuanya sudah beres esok harinya. Setelah semua beres, ia meninggalkan rumah. Ada acara yang harus ia hadiri. Pulang-pulang hari sudah gelap, baik Nita dan Farel sama-sama pulang telat.

Keduanya masih perang dingin, terutama Farel. Pria itu sangat suntuk, hampir saja tidak pulang malam ini, karena Nita terus menghubungi lewat telpon, akhirnya ia pulang. Niatnya sih menghindar dari pernikahan yang akan diadakan besok. Bagaimana pun juga, Farel masih tidak menerima ide pernikahan kontrak tersebut.

***

Malam ini, Nita melancarkan jurus agar Farel luluh. Besok sudah hari H. Dia tidak mau rencananya gagal. Malam ini ia akan memberikan kepuasan pada suaminya itu, agar Farel lebih lunak, dan menuruti apa maunya.

Di atas ranjang yang empuk, malam ini Nita berbaring di pelukan Farel. Sambil meletakkan tangannya di perut kotak-kotak Farel. Lantai kamar sudah berantakan, pakaian keduanya sudah berserak di atas lantai.

Setiap mereka ribut, Nita selalu bisa menyiram bara api dalam diri sang suami. Cukup service sampai puas, maka suaminya akan luluh, seperti sekarang ini.

"Mas."

"Hemm."

"Jangan lupa, besok ya."

Farel mencebik.

"Aku hanya ingin punya anak dari kamu, Nit."

Nita langsung memeluk erat.

"Tapi aku gak mau hamil," bisik Nita.

Farel menghela napas panjang.

"Lalu kenapa aku harus membuat gadis kampung itu hamil? Ayolah Nita, aku masih waras. Punya istri kenapa melakukan itu dengan perempuan lain?"

"Dia nanti juga istri Mas. Setelah hamil, dan anak itu lahir, sudah ... Mas tinggal ceraikan dia. Kita hidup normal seperti semula. Mas punya anak, aku masih bisa mengejar karir. Dia juga sudah aku bayar mahal."

Farel hanya memejamkan mata, ia benar-benar tidak bisa berkata-kata. Hati istrinya sudah tidak bisa diubah, dia bersikeras tidak mau hamil juga.

***

Pagi hari, suasana di kediaman Farel dan Nita sedikit berbeda. Di ruang tamu itu, sesaat lagi akan diadakan sebuah pernikahan, antara Farel dan Aira.

"Ingat ya, ingat kontraknya," ucap Nita, ia mewanti-wanti pada Aira yang terlihat anggun. Lebih muda darinya, Aira tidak boleh ada rasa dengan Farel. Gadis dari kampung itu hanya alat pencetak anak. Tidak lebih.

Setelah memberi peringatan dini pada Aira, Nita sendiri yang mengantar Aira duduk di sebelah Farel. Sementara itu, Farel seperti tidak tahan. Ingin segera acara itu cepat selesai. Hingga sampai pengucapan ijab qobul, yang ia ucapkan dengan setengah hati.

    Setelah melakukan prosesi akad yang dadakan dan persiapan seadanya, kini Aira resmi menjadi istri dari Farel, ya meskipun hanya istri siri. Istri sementara yang akan diceraikan begitu sudah mendapatkan anak.

    Agara Aira cepat hamil dan perjanjian cepat selesai, dengan sengaja Nita mengirim suaminya untuk bulan madu di sebuah hotel dengan Aira. Yang pasti Farel masih menolak, tidak habis akal, Nita membuat Farel mau tidur dengan Aira. Ia sengaja menaruh obat dalam minuman suaminya, agar Farel mau menyentuh Nita.

    ***

    Hotel Emerald, Presindential suite.

    Farel merasa tubuhnya seperti terbakar malam ini, dia tampak gelisah. Ia melonggarkan dasi agar lebih bisa berbapas, tapi ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.

    “Ada apa denganku? Siall!” ia mengumpat saat merasakan sesutau yang tidak beres.

    Sedangkan Aira, gadis itu ketakutan saat terjebak dalam satu ruangan bersama Farel yang menatapnya dengan aneh dan tidak biasa.

    Farel mengusap wajahnya kemudian langsung ke kamar mandi, berharap derasnya air dari shower mampu meredam panas jiwanya. Sayang, itu sama sekali tidak berhasil. Hingga ia memanggil Aira dengan satu teriakan.

“AIRA!”

Bersambung 

IG Sept_September2020