Assalamu'alaykum
Selamat datang di karyaku dan terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita ini.
🌺
WARNING!!
KARYA MENGANDUNG BAWANG DAN KEHALUAN TINGKAT TINGGI BAHKAN DILUAR NALAR MANUSIA NORMAL!
Pernahkah kalian berfikir jika anak genius itu ada? Jika di film mungkin sudah kita temui, yang berjudul baby bos.
Di dalam dunia nyata, kehadiran anak jenius memang jarang terjadi, namun mereka juga memiliki bukti Ekisitensi yang dapat dilihat dari begitu banyaknya kemajuan yang terjadi saat ini.
Namun bagaimana ketika kalian dipertemukan dengan anak genius berusia 2 tahun yang bisa menggebrak dunia dengan hasil ciptaannya.
🌺🌺
Fajri Hanindyo. Sang Anak genius, memiliki IQ yang sangat tinggi Yaitu 225. Ia lahir dari malam dimana rusaknya mahkota Fajira, sang ibunda. Dengan otak yang genius tanpa sadar, ia bekerja sama dengan Ayahnya dan membuat Fajri menjadi anak yang kaya raya dalam waktu singkat ketika berhasil memproduksi mesin rancangannya sendiri.
Irfan yang yang begitu mendambakan sentuhan Fajira berusaha untuk membuat gadis itu kembali kedalam pelukannya. Keegoisannya runtuh, ketika ia berhasil menemukan Fajira dan juga mendapatkan bonus seorang anak yang tampan yaitu Fajri.
bagaimana kisah selanjutnya? yuk baca cerita ini.
terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Proyek Baru
"Ris kamu tidur disini saja ya. udah malam banget, lagian besok kita luliah jam 9 kan" ucap Fajira membaringkan Fajri yang sudah terlelap di dalam gendongannya.
"boleh kak? kita baru kenal apa kakak sepercaya itu sama aku?" ucapan Riska membuat Fajira terdiam, ia teringat dengan perkataan satpam kantor Irfan kala itu.
"iya Aku percaya, lagian gak ada berharga disini selain anakku" ucap Fajira tersenyum.
"terima kasih kak"
"sama-sama, seadanya saja ya. Kalau lapar itu ada cemilan di dalam kulkas"
"iya kak terima kasih banyak"
Fajira membentangkan kasur santai miliknya untuk Riska agar ia bisa beristirahat malam ini. Sementara Fajri dan Fajira tidur di atas kasur yang sudah di sediakan di sana.
"aku masih gak nyangka dengan kepandaian Fajri kak. Secara dia masih dua tahun sudah bisa membuat mesin cuci. Nah aku udah sebesar ini masih minta juga sama orang tua hehe"
"iya, terkadang aku takut jika Fajri melewatkan masa kecilnya dengan menghabiskan waktu untuk bermain dengan besi-besi itu. Huh aku juga penasaran berapa IQ yang dimiliki Fajri"
"kalau aku fikir sih kak, ini bisa melebihi Albert Einstein"
"Aku juga merasa seperti itu Ris. yuk kita istirahat" ucap Fajira berbaring di samping Putranya dan mengelus lembut kepala pria kecil itu.
"iya kak"
Perlahan mereka terpejam dan terlelap memasuki dunia mimpi, dimana mereka bebas untuk berekspresi dengan apa yang di inginkan. Hanya kesunyian malam yang menemani lelapnya tidur dengan membawa kebahagiaan yang selalu datang menghampiri mereka. Berharap hari esok lebih baik dari hari ini, menjadi pribadi yang lebih baik lagi agar senantiasa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.
Hingga pagi menjelang, Fajira sudah lebih dulu terbangun dari tidurnya, ia melihat Fajri masih setia memeluknya dengan hangat berharap ia tidak di tinggalkan barang sebentar saja.
Perlahan Fajira mengusap kepala Fajri dan mengecupnya lembut sambil melepaskan tangan Fajri yang melingkar di badannya.
"tidur ya nak, Bunda mau masak sarapan kesukaan Aji dulu sayang. muach" Fajri bergerak membalikkan badannya sambil bergumam pelan.
Perlahan Fajira bangun dan mencuci mukanya terlebih dahulu, dan bergegas untuk memasak sarapan kesukaan Fajri yaitu sandwich buatan Fajira. Tidak terlalu banyak komponen yang ia gunakan sebagai isi dari roti itu. Hanya ada telur dadar, sayur selada, beberapa potong tomat, sosis, mentimun dan sedikit saos jangan lupa mayones sebagai pelengkap hidangan itu.
Perlahan namun pasti ia membuat lima potong Sandwich untuk di suguhkan pagi ini. Setelah matang Fajira membangunkan Fajri dan Riska untuk sarapan terlebih dahulu, agar pagi ini mereka semangat dalam menjalankan Aktivitas yang sangat membuat mereka kelelahan setiap harinya.
"Ris, Riska bangun lagi" ucap Fajira lembut layaknya seorang kakak yang membangunkan adiknya penuh dengan kasih sayang.
"engh... iya kak" Riska mengucek mata dan berusaha untuk mengumpulkan nyawanya yang masih berceceran.
"Fajri, sayang bangun lagi yuk nak, udah siang" Fajira mengelus lembut kepala Fajri.
"engh... peluk" Ucap Fajri manja.
"iya sini Bunda peluk nak, Tapi habis ini bangun ya"
"iya bunda" mereka masih berpelukan hingga Fajri bangun dengan senyuman manis yang selalu menghiasi wajah tampannya.
"bunda" panggil Aji.
"iya sayang, cuci muka dulu yuk. Atau mau mandi?"
"cuci muka dulu Bunda, nanti saja mandinya bolehkan?"
"boleh sayang" Fajri pergi menuju kamar mandi dan mencuci wajahnya dan menggosok gigi. Setelah selesai ia segera keluar dan duduk di hadapan Fajira.
"hmm, Bunda" panggilnya dengan wajah merona senang dan bercampur takut.
"iya nak"
"hmm, Aji mau ngomong tapi Bunda jangan marah ya" ucapnya dengan mengedip-ngedipkan matanya imut.
"apa sayang"
"jangan marah dulu janji"
"tergantung dong, kalau Aji berbuat salah tentu Bunda marah nak. Tapi kalau gak salah kenapa Bunda harus marah" ucap Fajira tersenyum.
"hmm, kemarin Aji di panggil sama om irfan" ucapnya menunduk.
deg....
Ada apa ini? apa dia tau siapa Fajri sebenarnya?. bathin Fajira terkejut dan takut.
"terus" desak Fajira.
"hmm, Aji di kasih ini, katanya untuk biaya sekolah nanti" ucapnya menyerahkan selembar cek yang di beri oleh Irfan semalam.
deg...
50 JUTA. Bathin Fajira terbelalak melihat nominal yang tertulis dalam kertas berharga itu begitu juga dengan Riska.
"Aji terima nak?" emosi Fajira naik dan sedikit meninggikan suaranya sehingga membuat Fajri terkejut
"ma-maaf Bunda. Kemarin Aji sudah menolaknya tapi om itu memaksa. Maafin Aji" Ucap Aji dengan berkaca-kaca lalu berjalan memeluk Fajira.
Perempuan itu hanya terdiam dengan apa yang terjadi saat ini. Permainan seperti apa yang tengah ia jalani sekarang.
Apa ini? Uang untuk apa? Apa bajing*n itu akan mengambil Fajri dan menukarnya dengan cek ini?. Bathin Fajira bergejolak
"maafin Aji Bunda, kemarin sudah Aji tolak, Namun om Irfan masih memaksa Aji untuk menerimanya, Dia bilang untuk biaya sekolah Aji. Om ikhlas katanya Bunda"
"ya sudah gak apa. Besok kalau ada yang memberi Aji uang cuma-cuma seperti ini jangan mau ya nak, kecuali memang upah untuk Aji karna membantu orang untuk memperbaiki sesuatu atau apapun ya sayang"
"iya bunda"
"ya sudah kita makan dulu ya nak"
"iya bunda, suapin"
"iya sayang"
Riska hanya terdiam menatap ibu dan anak yang masih saling berpelukan itu. Ia kagum dengan cara Fajira mendidik anak genius itu dengan baik.
huh jadi kangen Mama, Kak Fajira memang hebat mendidik Fajri. Zaman sekarang ekonomi susah seperti ini mereka gak mau menerima bantuan dari orang lain secara cuma-cuma. 50 juta? itu bisa untuk uang kuliah selama 2 semester. Kalau kakak gak mau sini untuk aku saja. bathin Riska meringis.
Pagi itu mereka menghabiskan sarapan, dengan saling bercengkerama untuk mengenal satu sama lain. Hingga Riska pamit untuk pulang menyisakan Fajri dan Fajira yang masih terbelenggu rasa bahagia karna kemenangan Fajri.
"sayang, Uangnya mau Aji apakan nak?"
"hmm, mau Aji tabung aja Bunda, Tapi Aji mau membeli beberapa barang untuk memulai proyek baru Aji"
deg....
Jangan yang aneh-aneh lagi sayang.
"proyek baru apa nak?"
"mau bikin pesawat bunda"
kan apa aku bilang huaa. Fajira menjerit.
"hmm apa Aji gak mau gitu bermain di taman, bertemu teman sebaya dengan Aji. Main pasir, robot-robotan, Atau apa gitu nak?"
"hmm, Aji rasa dari pada bermain seperti itu mendingan Aji membuat sesuatu yang bermanfaat dan bisa menghasilkan uang bunda"
"iya sayang, terserah Aji saja ya nak, Bunda menyerah untuk menyuruh kamu bermain dengan anak-anak yang lain"
"hehehe jangan seperti itu Bunda. Aji sayang bunda"
"Bunda juga sayang sama Fajri nak"
Mereka mengobrol dan bercerita banyak hal tentang lomba kemarin, bagaimana Fajri disana dan bagaimana juga Fajira menghadapi hari pertama kuliahnya. Hingga pembicaraan itu berhenti ketika seseorang mengetuk pintu kamar mereka.
tok... tok... tok...
"Fajri" panggilnya.
"iya sebentar" ucap Fajira membukakan pintu.
"Fajrinya ada kak?"
"ada kak. Ada perlu apa?"
"begini laptopku rusak kak, bisa gak Fajri memperbaikinya gitu"
"masuk dulu Kak"
"iya kak"
"sayang di cari tuh sama kakak sebelah" Ucapk Fajira kepasa Fajri.
"iya bunda"
"eh Fajri, katanya kemarin kamu memang lomba ya? selamat ya dek"
"iya kak. kakak ada perlu apa? ada yang bisa aku bantu?"
"ini dek laptop kakak rusak, keyboardnya sudah banyak yang gak bisa di pencet, kursornya juga macet"
"hmm udah kakak bawa ke tempat sevicenya?"
"sudah dek, katanya bagus beli yang bau karna bisa kena 800 ribu. Ya mana tau Aji bisa membantu"
"Aji lihat dulu ya kak. kalau keyboard memang lebih mahal kak. Hmm nanti Aji perbaiki ya kak"
"kira-kira berapa biayanya Ji?"
"hmm kasih Aji 500 ribu aja kak. Nanti sore bisa di jemput" ucap Aji tersenyum
"500 ya? apa gak bisa kurang lagi Ji? soalnya kakak belum dapat kiriman"
"itu sudah murah kaka"
"ya sudah Ji, tapi kakak ambilnya besok atau lusa ya, nunggu kiriman dulu"
"iya kak"
"kalau gitu kakak tinggal ya. terima kasih Aji kak Fajira"
"iya kak, sama-sama"
"Aji mau ikut bunda ke kampus sayang?"
"hmm iya bunda, Tapi apa boleh?"
"boleh, nanti kalau Aji gak boleh masuk, nanti kita beli cemilan terus Aji tunggu Bunda di luar ya nak"
"iya bunda"
Mereka bersiap-siap untuk pergi ke kampus dimana Fajira menimba ilmu untuk menjadi seorang dokter nantinya. Fajri sudah gagah dengan balutan kemeja dan celana dasarnya. begitu juga dengan Fajira yang sudah cantik dengan balutan dress senada dengan kemeja yang di kenakan oleh Fajri.
"siap nak?"
"siap bunda"
Mereka segera pergi menuju kampus dengan mengendarai motor matic baru itu agar lebih cepat sampai, walaupun jika di tempuh dengan berjalan kaki hanya membutuhkan waktu 10 menit saja.
💖💖💖
TO BE CONTINUE