Kisah cinta antara dua anak manusia yang di pisahkan jarak dan waktu, kehidupan yang keras dan penuh dengan manipulasi membuat mereka saling terpisah satu sama lain. Akankah Samudra dan langit akan bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, baca novel ini ya…? Jangan lupa tinggalkan komentar dan like nya, karena dengan like dan komentar kalian bisa menambah semangatku untuk melanjutkan cerita selanjutnya, salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan jalan.
Pagi ini rasanya aku sangat malas sekali untuk bangun dari tempat tidur ku, tapi teriakan suara cempreng langit membuatku dengan terpaksa harus membuka kedua mataku.
“Kak samudra….!!! Ayo katanya mau ajak aku jalan jalan, kak samudra beli motor baru ya. Waaaahhh… aku pengen jalan jalan ke puncak kak, ayo buruan bangun.” Langit menggoyang goyangkan tubuhku dengan kencang, tapi entah kenapa aku senang dengan perlakuan langit. Karena sikap random langit yang seperti ini, membuatku yakin jika dia sudah sembuh.
“Hmm… bentar la, bangunkan kakak satu jam lagi. Kak sam masih ngantuk banget, boleh ya…”
“Enggak… enggak boleh, kak sam harus bangun sekarang. Keburu siang kak, ayo bangun. Kalau tidak bangun aku gelitikan biar kak sam nggak bisa tidur.”
Aku merasakan tangan langit yang mencoba menyentuh pingganku, dengan cepat aku memegang ke dua tangannya. Langit yang terkejut menatapku dengan kedua mata indahnya, aku menggelengkan kepalaku memohon agar dia tidak melakukannya.
“Baik la, kak sam bangun. Kamu tunggu diluar, buat kak sam mandi dulu. Kamu sudah makan…?” Aku lihat langit menggelengkan kepalanya, pertanda dia belum makan pagi ini.
“Oke kita makan diluar, sekalian kita jalan jalan. Kakak akan ikuti kemauan kamu seharian ini, sebelum kakak kembali lagi ke kota.”
Aku lihat langit langsung pergi dari kamarku dengan cepat, sikap langit yang seperti ini yang membuatku selalu merindukannya.
Setelah setengah jam aku bersiap, aku lihat langit sudah menungguku diatas motorku dengan tersenyum melihat ke arahku. Aku berlari cepat menghampiri langit, dia tampak sangat antusias pagi ini. Aku sampai heran dengan langit, padahal tadi malam dia terlihat sangat kesakitan.
“Kita ke puncak ya kak, aku pengen sekali ke sana.” Ucap langit meminta jalan jalan ke puncak, akupun menuruti keringanan langit. Aku akan menggunakan hari liburku ini untuk bersenang senang dengan langit, aku tidak peduli jika besuk aku harus pulang lebih pagi dan langung berangkat kerja.
Aku menjalankan motorku dengan kecepatan di atas rata rata, aku ingin cepat sampai di tempat tujuan kami. Langit terlihat sangat cerah di atas sana, seperti mendukung perjalanan kami hari ini.
Setelah sampai di tempat tujuan yang di inginkan langit, aku sengaja menggandeng tangannya agar selalu berada di dekatku. Aku tidak ingin langit jauh dari pandanganku walau sedetikpun, aku melihat langit yang selalu tersenyum senang.
Tampak sebuah danau terbentang di depan kami, dengan sengaja langit melepaskan tanganku dan berlari menghampiri angsa yang ada di tepi danau. Aku segera menggambil handphone ku yang ada di saku celana jens ku, aku ingin mengabadikan wajah langit untuk dapat aku lihat setiap aku kangen dengan langit.
“Kak samudra, ish… kamu iseng banget sih, curi curi foto aku.” Langit berlari menghampiriku, dengan cepat aku sembunyikan handphone milikku di saku celana.
“Ayo kita kesana…” aku menarik lengan langit dan mengajaknya menuju ke sebuah taman yang terlihat sangat indah.
“Kak… bagus banget, aku suka… ayo kita foto bersama, mana tadi hand phone milik kak sam.” Aku merasakan langit meraba saku celanaku, Shit.. apa yang langit lakukan saat ini membuatku panas dingin.
“Langit… langit… hentikan tangan kamu, biar Kakak ambilkan.”
“Kakak pelit banget sih, ya sudah cepat ambil.” Langit tampak muram setelah aku menyingkirkan tangannya sedikit kasar.
Aku mengambil hand phone milik ku dan menyerahkan ke depan langit, dengan cepat langit segera menggambil nya. Seketika aku tertawa melihat langit yang bingung saat akan membuka hand phone ku, aku mendekati langit dan mengajari dia cara membuka handphone milikku. Aku senang jika melihat langit yang menurut seperti ini, dia tampak seperti kucing manis yang menurut sama tuannya.
“Kak handphone kakak bagus banget, gimana cara buka kameranya.” Aku segera membuka aplikasi kamera dan mengganti layarnya ke mode layar depan, tampak wajahku dan langit di layar hand phone.
“Kak samudra sangat tampan.” Lirih langit yang masih dapat aku dengar, aku tersenyum senang mendnegar ucapannya.
“Kamu cantik langit.” Balasku sambil menatap langit di layar handphone, wajah langit seketika memerah mendnegar ucapanku.
Entah kenapa rasanya aku ingin menghentikan waktu saat ini, aku ingin selalu bersama dengan langit. Aku tidak rela jika harus berpisah lagi dengannya.
“Ayo kak kita foto bersama.” Ucap langit menyadarkan lamunanku, segera aku menekan tombol merah di layar handphone. Langit yang antusias segera ingin melihat hasil jepretan ku tadi.
“Kak bagus banget, lihat kak.. kak sam ganteng banget, mirip idol k pop mingyu. Idolanya mbak ira yang sering aku lihat di televisi.” Ucap langit antusias.
“Kamu juga suka sama mingyu,” aku lihat langit mengangguk cepat.
“Lala, apa kamu jatuh cinta sama mingyu…?” Entah kenapa aki tiba tiba merasa kesal jika langit menyukai laki laki lain selain diriku.
“Kak aku cuma nge fans sama dia, aku tidak jatuh cinta kak. Beda hlo ya, cinta sama nge fans.” Ucap langit membela diri, dengan kesal aku memalingkan tubuhku memunggungi langit.
“Ck…” aki dengar langit berdecak kesal, tiba tiba aku merasakan kedua tangan langit memeluk perutku dengan erat.
“Kak sam, jangan marah ya. Kakak mau lihat aku sakit lagi kayak kemarin, jujur aku nggak ingin kakak jauh dari aku. Aku senang kakak ada di sini, tapi itu tidak mungkin. Karena kak sam harus kembali kerja, dan aku di tinggal sendiri.” Aku lihat langit menggerucutkan bibirnya, dia terlihat sangat imut ketika kesal seperti ini.
“Lala, bagaimana jika kamu ikut kak sam ke kota. Tapi tidak bulan ini, mungkin dua bulan atau tiga bulan lagi kakak jemput kamu.”
“Benarkah kak, kak sam mau ajak aku ke kota.”
“Iya kakak serius, kamu mau kan…?”
Aku yakin dia akan menerima ajakanku untuk tinggal bersamaku, tapi tiba tiba raut muka langit berubah masam. Aku merasa heran, padahal tadi dia sangat senang ketika aku mengajaknya.
“Kak… nanti bagaimana dengan panti, ketika aku tinggal bersama kakak. Siapa yang akan bantu bu asih dan mbak ira, sedangkan anak anak sekarang bertambah banyak.”
Aku tahu jika langit mengkawatirkan bu asih dan mbak ira, aku tahu jika dia berat jika meninggalkan panti. Tapi aku juga tidak akan memaksanya, aku juga menyadari akan kondisi bu asih yang sudah sering sakit sakit an.
“Ya sudah kalau gitu biar kakak aja yang datang ke panti, tapi aku ingin kamu janji jika kakak telat datang ke panti kamu jangan sakit lagi ya. Kamu tahu kakak juga kerja, dan kakak harus ambil cuti untuk pulang ke panti. Kamu bisa maklumi kakak kan la…”
Aku lihat langit terdiam dan kemudian menganguk kan kepalanya pelan, aku tahu jika dia paham akan ucapanku.
“Tapi kakak juga harus janji, kakak nggak boleh punya pacar.”
Mendengar ucapan langit rasanya aku geli sendiri, bagaimana aku bisa memikirkan ingin punya pacar. Sedangkan yang ada di pikiranku hanya langit dan langit, entah kenapa aku sendiri juga bingung dengan hatiku.
“Kalau begitu kamu juga harus janji, kamu jangan pacaran dulu. Fokus dulu sama sekolah kamu, kamu juga tidak boleh pacaran, kakak juga nggak akan cari pacar di sana.”
“Janji…” langit mengulurkan jari kelingkingnya, aku tersenyum dan menautkan jari kelingkingku sebagai tenda jika aku berjanji dengan langit saat ini.
“Ingat kak, janji itu hutang dan harus di bayar lunas…”
“Dan harus di bayar lunas tanpa kredit.”
Aku meneruskan ucapan yang selalu langit ucapkan, kami tertawa bersama. Dan akhirnya hari ini, aku puas puas in jalan jalan dengan langit hari ini. Sampai kami kembali ke panti sampai malam hari, langit tampak sangat lelah hari ini, sampai aku yang tidak tega melihat jalannya yang lemas dengan cepat aku berjongkok di depannya dan menggendong dia di punggungku.