Sinopsi cerita
Gadis cantik yang bernama Julia anita, putri dari seorang pengusaha hebat sanjaya kusuma, diasingkan oleh keluarganya sedari kecil. Ia sedari memasuki dunia pendidikan, kedua orang tuanya, saudara ataupu saudarinya, kakek neneknya bahkan keluarga besarnya tidak mermperdulikan dirinya. Ya, walaupun secara finansial, hidunya juga ditanggung, namun biaya yang diberikan tak sama dengan saudarnnya yang lain. Ia juga tak pernah mendapat kasih sayang dan perhatian dari keluarganya.
karena merasa lelah dengan perlakuan kedua orang tuanya dan keluarganya itu, akhirnya Julia memutuskan untuk menyerah dan fokus pada hidupnya sendiri. ia berhenti mengharapkan kasih sayang keluarganya dan memilih untuk menjauh.
Lalu, bagaimanakah kisah selanjutnya ? di kepoin aja..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. ternyata aku perempuan yang hebat
Mereka semua tertawa. Sudah menjadi kebiasaan mereka setiap hari nya ketika Julia menghampiri Brian. Pasti, Julia akan melakukan hal-hal ekstrim. tapi kadang-kadang juga, mereka merasa kasihan kepada Julia ketika perlakuan Brian sudah keterlaluan. tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. toh juga gadis itu yang mau diperlakukan seperti itu.
"Ck... Aku tidak menyangka, ternyata gadis ini cukup gigih untuk menaklukkan kamu bri.." timpal Carles lagi. Mereka pun kembali tertawa. Sementara Brian yang menjadi obyek obrolan hanya mampu mencebikkan bibirnya saja.
"diamlah !! kalian berisik sekali !!" seru Brian. Ia juga sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Brian pun kembali melanjutkan langkahnya untuk menuruni tangga, sampai akhirnya mereka berpapasan.
Brian yang sudah akan berbicara, ternyata malah dilewati begitu saja oleh Julia. Ia juga tak menyapa mengeluarkan suaranya, ia juga tak menempelinya seperti yang biasa ia lakukan. Sementara itu, tangan Brian sudah sedikit terangkat, namun dikejutkan dengan aksi Julia yang tak meliriknya sama sekali. Tak hanya Brian, semua teman-teman nya pun ikut di buat melongo.
"Eh !! Tumben si gadis cantik nan centil itu tak membuat drama.?" Ungkap Carles. Tatapan matanya mengikuti arah kemana Julia melangkahkan. Brian juga ikut heran.
"Iya tuh.!! Tumben. Ngak nempelin. Biasanya kalau bertemu dengan Brian, ia pasti akan kosplay jadi mahluk halus, yang menempel tapi keberadaan nya tak di akui." Ungkap Adri yang sedari tadi diam dan menyimak saja.
"Mungkin sudah insyaf dia. Barangkali hantu yang suka menempel itu telah keluar dari tubuhnya." Timpal Galang juga yang ikut merasa heran. Mereka bertiga pun langsung mengarahkan tatapan mereka kearah Brian secara bersamaan. Kemudian salah satu dari mereka mencibir ke arah Brian.
"Bagaimana rasanya terbebas dari mahluk halus itu..??" Tanya Carles tanpa filter. Tentu saja, Carles dan teman-teman nya itu, menganggap Julia seperti itu. Sementara, Brian langsung dikejutkan dengan suara Carles itu.
"Ck. Sudah lah. Bagus kalau ia tidak lagi membuat drama. Sebaiknya kita segera kekantin." Ujar Brian lagi. Ia berjalan menjauh. Ia berfikir, setidaknya, hari ini, ia bisa terbebas dari gangguan Julia. teman-temannya pun segera menyusul langkah kaki Bryan.
"Iya sih bro. Takutnya nanti, kamu akan merasakan hal yang sama dengan lagunya pak haji Roma irama. Seperti ini. Kalau sudah tiada.. baru terasa... Bahwa kehadiran nya sangat berharga. Wkwkwk.... Gitu kali ya. Pokoknya gitu deh. Hahaha..." Mendengar candaan teman-teman nya itu, Brian hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya, sampai akhirnya mereka tiba di kantin.
***
Sementara itu, pada posisi Julia. Karena pikiran yang sedikit kacau, ia tidak tau, bahwa tadi ia melewati Brian sang pujaan hatinya bersama dengan teman-teman nya.
Tapi, ia sudah tidak peduli lagi. Toh, Brian juga tak pernah menanggapinya. Akhirnya, Julia sampai di balkon sekolah. Angin sepoi-sepoi menyambut kedatangan nya disana. Julia berjalan sedikit mendekat kearah pagar pembatas. Ia juga sejenak merasa kan Angin sepoi-sepoi yang menerbangkan sedikit rambutnya.
"Hah !!! Ternyata disini cukup sejuk." Ujarnya. Kemudian ia melirik jam tangannya sebentar. Ia ingin melihat waktu saat ini.
"Mm... Masih, ada waktu setengah jam lagi." Setelah itu, Julia langsung menunju kursi panjang yang tersedia disana.
Kemudian mendudukkan tubuhnya dan melihat jauh ke depan. Ia kembali menyelami hari hari yang pernah dilaluinya. Hari-hari menyedihkan yang ia dapatkan di lingkungan tempat tinggalnya. Ia memejamkan matanya sejenak kemudian menarik nafasnya dengan dalam.
" Ternyata aku adalah perempuan yang hebat. Melewati kesulitan selama 12 tahun tanpa dampingan dari keluarga. Aku tidak menyangka setelah kelahiran adik-adikku, aku tak lagi mendapatkan hak ku sebagai seorang anak." Lirih Julia dalam kesendiriannya. Ia pun kembali menarik nafasnya dengan dalam. Iya kembali mengingat masa-masa menjadikan itu.
"pah.. aku mau merayakan ulang tahun juga dong..!!" ujar Julia tapi malah diabaikan oleh sang ayah.
"pah Julia juga mau es krim.. "lirih Julia namun Tuan Sanjaya malah berkilah.
"pah Julia juga mau digendong.. seperti papa menggendong adik-adik Julia." ucap Julia sambil merentangkan kedua tangannya. ayah malah mengatakan kalau dirinya telah dewasa padahal saat itu ia masih berusia 6 tahun.
"mah Julia juga mau disuapin sama mama.. boleh ya.." ujar Julia dengan mata yang berbinar-binar.
"pah Julia juga mau dipangku sama papa.. papa sudah lama tidak pangku Julia." saat itu Julia juga teringat di saat ayahnya menghukum dirinya.
"kamu benar-benar anak yang tidak tahu diri ya. kamu sudah tahu kalau kamu mengajak adik-adikmu keluar dan bermain bersama mereka akan membuat mereka kelelahan.. dan kamu dengan senangnya malah melakukan hal itu.!!" teriak Tuan Sanjaya.
"papa ampun pah.. ampun Julia janji tidak akan melakukan hal itu lagi.!!" seru Julia. Karena untuk mendapatkan perhatian kedua orang tuanya. Julia mulai mengindahkan dan menurut apa saja yang dinasehatkan kepadanya walaupun nasehat yang mereka berikan sambil membentak.
Julia mulai pandai membersihkan tempat tidurnya sendiri setelah ia bangun, menggosok gigi dan mencuci wajah sendiri tanpa dampingan orang dewasa. mencuci pakaian sendiri dan memasak sendiri untuk dirinya. Ia berharap papa dan mamanya akan meliriknya dan mengatakan kepadanya {pintarnya anak papa. atau pintarnya anak mama.} tapi lamban laun Julia tak pernah mendapatkan ucapan itu sampai ia berusia sekarang.
mengingat semua kenangan-kenangan pahit itu, langsung membuat Julia ingin meneteskan air matanya namun ia tahan. Ia malah berbalik untuk menyemangati dirinya sendiri.
"Tidak apa-apa Julia. Kamu adalah wanita yang hebat. Jangan terus bersedih dengan keadaan ini. Lagu Ari Lasso mengatakan, badai pasti berlalu. Anggap saja saat ini kamu sedang menghadapi badai yang mengamuk, Dan suatu saat nanti semuanya pasti akan terlewatkan. Semangatlah..!!" Ujar Julia menyemangati dirinya sendiri.
Benar. Memangnya siapa lagi yang akan ia andalkan di dunia ini. Kedua orang tuanya ? Saudara-saudaranya ? Kakek neneknya atau teman-temannya ?. Tidak !! Tak satupun dari orang-orang yang disebutkan itu. Mereka hanya tahu cara menghakimi dirinya dan menyudutkannya. Mereka tidak tahu kesulitan apa yang tengah ia alami di tengah badai ini.
Hanya ada dirinya dan hanya dirinya lah yang memahami kehidupannya. Saat Julia sedang merenung sendiri, memikirkan kehidupannya di kemudian hari, tiba-tiba perutnya berbunyi pertanda bahwa perutnya minta diisi.
KRUUUUKKKK..
Amelia yang mendengar suara perutnya yang mendemo itu, dengan cepat langsung memeluk perutnya.
"Hai..sabarlah. Nanti kalau sudah sampai rumah baru kita makan. Saat ini aku belum memiliki uang. Nanti tunggu uang dari Pak Sanjaya dulu ya." Ujar Julia mengelus-elus perutnya yang tadi berbunyi sambil mengajak ngobrol.
"Aduh Malang sekali nasibku. Hanya untuk ke kantin saja saat ini aku tidak punya uang. Hidup sendiri memang sulit. Ingin cari kerja tapi nggak ada waktu untuk bekerja.? Hah pasrahkan sajalah semuanya. Lagi pula Tuan Sanjaya yang berkedok papa itu masih memberikanku uang jajan per minggu walaupun tidak sama dengan saudara-saudariku yang lain." Ujar Julia yang begitu merasa kasihan terhadap perutnya yang keroncongan minta diisi itu.
kasihan bngett yaaa