"Jika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus belajar melihat hujan."
Pernikahan Mario dan Karina sudah berjalan selama delapan tahun, dikaruniai buah hati tentulah hal yang didambakan oleh Mario dan Karina.
Didalam penantian itu, Mario datang dengan membawa seorang anak perempuan bernama Aluna, yang dia adopsi, Karina yang sudah lama mendambakan buah hati menyayangi Aluna dengan setulus hatinya.
Tapi semua harus berubah, saat Karina menyadari ada sikap berbeda dari Mario ke anak angkat mereka, sampai akhirnya Karina mengetahui bahwa Aluna adalah anak haram Mario dengan wanita lain, akankah pernikahan delapan tahun itu kandas karena hubungan gelap Mario dibelakang Karina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan
Mario tak menjawab pertanyaan Karina, sepertinya dia masih memikirkan jawaban yang tepat agar dia tak terlihat berbohong. Wajahnya terlihat sangat tegang. Dia lalu mengalihkan pertanyaan sang istri dengan mengajaknya ke ruang kerja.
"Kamu pasti capek, Sayang. Ayo ke ruangan dulu. Kenapa jadi berdiri di sini," ajak Mario.
Karina terpaksa mengikuti langkah suaminya agar Mario tak tahu tujuannya ke kantor untuk menyelidiki semua yang pria itu sembunyikan. Dia sudah bisa mendekati beberapa karyawan untuk minta keterangan.
Di dalam lift, tangan Mario selalu menggenggam tangan Karina. Sedangkan Aluna berada dalam gendongannya.
Karina merasa banyak mata menatapnya dengan raut wajah keheranan dan ada sebagian seperti tatapan kasihan.
Sampai di ruang kerjanya Mario, pria itu tidak langsung membukanya. Dia menatap istrinya itu sekilas. Setelah itu meminta Karina duduk dulu.
"Kamu di sini dulu, Sayang. Aku mau membersihkan sedikit ruanganku. Aku malu karena ruanganku sangat berantakan. Aku tau kamu paling tak suka kalau melihat sesuatu yang berserakan!" seru Mario sambil tersenyum.
"Biar aku bantu bereskan, Mas," balas Kirana.
"Jangan, Sayang. Masa istriku membersihkan ruang kerjaku. Emang kamu karyawan. Biar aku panggil sekretarisku aja," ujar Mario.
Mario lalu meminta salah seorang karyawan memanggilkan sekretarisnya. Karina tak membantah saat diminta duduk. Lagi-lagi semua dia lakukan agar tak kentara jika dia datang untuk menyelidiki suaminya.
Beberapa saat kemudian, tampak seorang wanita muda berjalan mendekati ruang kerja suaminya. Dahi Karina berkerut menyadari jika Ani, karyawan tadi merupakan sekretaris sang suami.
Ani dan suaminya juga Aluna ada dalam ruangan itu. Karina lalu menggunakan kesempatan ini buat bertanya. Dia duduk di dekat salah satu karyawan. Wanita itu lalu tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat. Karina merasa ada kesempatan lalu bertanya.
"Maaf, Mbak. Sejak kapan sekretaris Pak Mario itu Ani. Bukankah dulu Zoya?" tanya Karina dengan tersenyum agar karyawan itu tak takut.
"Sudah satu tahun Ani menggantikan Bu Zoya sebagai sekretaris'nya Pak Mario, Bu!" seru karyawan itu.
"Jadi Zoya sudah satu tahun berhenti. Kenapa ...?" tanya Karina lagi.
Karina ingat betul jika Mario selalu memuji kinerja wanita itu. Kenapa bisa digantikan jika dia bekerja dengan baik.
Entah kenapa pikirannya jadi tertuju pada Zoya. Karina jadi teringat Aluna. Wajah bocah itu mirip dengan sekretaris suaminya itu.
"Apakah Aluna anaknya Zoya?" tanya Karina dalam hatinya. Dia merasakan dadanya sesak membayangkan jika semua itu adalah kenyataan.
"Kenapa Zoya resign?" tanya Karina lagi dengan karyawan itu.
Karyawan itu tampak gugup. Seperti sulit untuk menjawab pertanyaan Karina. Hal itu membuat dia makin curiga.
"Ya, Tuhan. Apakah yang ada dalam pikiran aku ini benar, apakah Zoya dan suamiku ada affair dan Aluna anak mereka?" tanya Karina lagi dalam hatinya.
"Kanapa kamu tak mau menjawab? Aku hanya bertanya saja?" Karina kembali memberikan tekanan. Dia tak bisa sepertinya bersikap lembut.
Belum sempat karyawan itu menjawab, Aluna keluar dari ruang kerja suaminya. Memeluk Karina dengan erat. Wanita itu lalu menatap wajah anak itu dengan intens. Dia lalu menarik napas dalam menyadari jika wajahnya begitu mirip dengan Zoya tapi matanya mirip Mario.
"Jika benar apa yang ada dalam pikiranku ini, kau harus membayar mahal atas semua kebohongan ini, Mas!" seru Karina dalam hatinya.
"Bunda, aku lapar!" seru bocah itu.
"Sebentar lagi kita makan. Papi lagi bersihkan ruangan dulu. Nuna kalau ke sini biasanya sama siapa?" tanya Karina sambil tersenyum.
Aluna tampak ketakutan mendengar pertanyaan Karina. Dia lalu menggeleng teringat ancaman papinya, jika dia tak boleh mengatakan apa pun tentang maminya.
Karina lalu mengusap rambut Nuna dengan lembut. Dia sadar jika anak ini tak bersalah. Jika pun dia benar anak kandung Mario, dia tak boleh membalasnya pada Aluna. Yang salah orang tuanya, bukan dirinya. Dia lalu menggendong Aluna dan meletakan dipangkuan. Bocah itu lalu memeluk Karina dengan penuh kehangatan.
"Apa Zoya berhenti karena telah berkeluarga?" Kembali Karina mengajukan pertanyaan.
"Maaf, Bu. Jangan tanya sama saya. Ibu bisa tanya dengan karyawan lain saja. Atau dengan Pak Mario langsung. Saya hanya ingin mencari nafkah di sini. Tak mau mencampuri urusan pribadi orang lain," jawab karyawan itu seperti ketakutan.
"Mami Zoya ...," ucap Aluna.
Karina terkejut saat mendengar bocah itu menyebut mami Zoya. Dadanya kembali merasakan sesak membayangkan jika semua yang ada dalam pikirannya saat ini adalah kebenaran.
"Mami Zoya adalah Mami Nuna?" tanya Karina dengan suara lembut. Karyawan yang berada di samping Karina itu tampak semakin gugup. Dia melihat tangan wanita itu gemetar ketakutan.
Aluna memandangi wajah Karina dengan ketakutan. Mungkin dia kembali teringat jika tak boleh mengatakan apa pun tentang Zoya.
"Kenapa Nuna tak menjawab pertanyaan Bunda? Nuna tak sayang Bunda?" Karina sengaja memberikan pertanyaan begitu melihat bocah itu sepertinya memang tulus menyayangi dirinya.
"Bunda tak marah?" Bocah itu balik bertanya.
"Kanapa Bunda marah? Bunda sayang Nuna."
"Kata papi Bunda bisa marah kalau aku cerita tentang mami," ujar Aluna dengan polosnya.
Karina menarik napas mendengar ucapan bocah itu. Dia paham, pastilah Mario yang telah mengancam Aluna agar tutup mulut. Dia harus bisa mengorek keterangan dari bocah itu tanpa dia merasa terintimidasi dan meyakinkan jika itu tak salah seperti yang papinya katakan.
"Sayang, Bunda tak akan marah. Justru Bunda senang jika Nuna ceritakan tentang Mami."
"Bunda tak akan pergi tinggalkan Nuna?" Kembali bocah itu bertanya sambil menatap wajah Karina. Wanita itu lalu memberikan senyuman manisnya untuk meyakinkan.
"Mami Nuna itu adalah Mami Zoya ...?" tanya Karina pelan. Walau jantungnya berdetak lebih cepat, dadanya terasa nyeri membayangkan jika semua itu adalah kebenaran, tapi dia mencoba menahan semua itu. Dia tetap memberikan senyuman.
Karyawan di samping Karina itu, kembali menyibukkan dirinya pada pekerjaan walau sesekali tampak melirik ke arah dirinya dan Aluna.
"Ya, Bunda. Mami Nuna itu adalah Mami Zoya," jawab Aluna dengan suara khas anak kecilnya.
Karina terkejut mendengar jawaban dari bocah itu. Tubuhnya terasa lemah mendapatkan kenyataan yang tak pernah dia bayangkan. Rasanya dunianya runtuh. Namun, dia masih berharap jika suaminya bukan ayah kandung Nuna, walau pun itu mustahil karena hatinya mengatakan jika itulah kebenaran yang akan dia dapat nantinya.
Kamu harus mengatakan kebenaran ini ke Mario , biar bagaimana pun Mario harus tahu kebeneran ini
Dan semoga dgn kabar ini kan mempererat hubungan Karina dan Mario.
laaah lalu anak siapa ayah biologis dari Aluna. Berarti Mario korban dari Zoya