Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Mobil yang membawa Jonathan dan Zahra akhirnya berhenti di depan perusahaan. Di luar sana, tepatnya di lobi kantor para karyawan berlalu lalang memasuki kantor, membuat suasana sangat terlihat ramai.
"Kau masih ingat semua yang aku katakan 'kan?" tanya Jo.
"Masih, Tuan." ucap Zahra keceplosan, tetapi sesaat berikutnya ia langsung tersadar. "Maafkan aku, aku lupa, tapi ku janji aku tidak akan salah lagi."
"Hm, ini kesalahan terakhir yang bisa aku tolerir. Sekarang, ayo turun."
Jo turun lebih dulu, tetapi ia belum melangkah, ia menunggu Zahra yng sedang dibukakan pintu mobil oleh supirnya. Saat Zahra sudah berdiri di sampingnya, ia mengulurkan lengannya dan langsung diamit Zahra diiringi senyuman manis.
"Siap, Nyonya Muda Fox?" bisik Jo.
"Hm."
Jo dan Zahra melangkah tegap memasuki perusahaan. Kaki jenjang keduanya yang dibalut sepatu mahal menciptakan suara dentingan yang cukup menyita perhatian hingga keduanya benar-benar menjadi pusat perhatian pagi ini. Disepanjang jalan masuk, Zahra mengamit lengan Jo dengan manis, dan tersenyum tipis sebagai sapaannya pada semua orang yang menatap mereka. Hingga akhirnya keduanya memasuki lift khusus milik Jo.
Setelah pintu lift tertutup, Zahra melepas belitan lengannya pada lengan Jonathan, lalu menghembuskan napas berulang kali. Jujur saja, dadanya merasa sangat berdebar saat menjadi pusat perhatian tadi, tetapi ia ingat pesan Jonathan dan Mommy Alice sebelum ia berangkat tadi pagi, bahwa wibawa seorang Nyonya Muda harus ia tegakkan.
"Pelan-pelan saja, lama-lama juga akan terbiasa." Jo mengulurkan sapu tangan miliknya, lalu tanpa sungkan menghapus keringat dingin yang membasahi dahi Zahra, hingga membuat keduanya saling tatap.
"Apakah ini juga bagian dari skenario?" tanya Zahra sekenanya.
"Menurutmu? Pletak!" Jo menyentil pelan dahi Zahra setelah ia selesai mengelap keringatnya. "Ayo gandeng lagi, lift akan terbuka."
Zahra sedikit merengut sebal, tetapi ia kembali mengamit lengan Jonathan, dan kembali berlaku romantis saat keluar dari lift. Hingga akhirnya, keduanya tiba di ruangan Jonathan.
"Selamat datang Tuan Muda, Nyonya Muda."
"Selamat pagi, Paulus." Sedikit merasa tidak nyaman, tetapi Zahra tetap memanggil nama Paulus tanpa embel-embel Tuan, sebab itulah yang Jonathan ajarkan padanya.
Jonathan, Paulus dan Zahra kembali bekerja seperti biasa. Zahra tetap di meja kerjanya menghandle semua telepon penting dan mencatat semua agenda penting yang masuk, sementara Paulus dan Jo mengurus hal penting lainnya di ruangan Jo.
...•••***•••...
Jonathan keluar dari rungannya dan mendapati Zahra yang sudah berdiri di depan pintu menunggunya.
"Kita pulang," Jo mengulurkan lengannya dan kembali berjalan bergandengan untuk keluar dari perusahaan.
Sama seperti saat kedatangan mereka pagi tadi, kali ini 'pun mereka masih tetap menjadi pusat perhatian karyawan. Hingga akhirnya, setelah mobil yang membawa Jo dan Zahra mulai melaju meninggalkan perusahaan, barulah Zahra bisa bernapas lega. Ia bahkan sampai membuka satu kancing baju bagian paling atasnya agar napasnya tidak begitu sesak. Sebab, berlaku romantis pada laki-laki yang awalnya merupakan atasan yang paling ia hormati tentunya menjadi presure tersendiri bagi Zahra.
Jo melirik Zahra yang duduk di sampingnya melalui ekor matanya. Tiba-tiba Jo teringat tentang agenda yang tadi pagi Zahra katakan padanya. "Ara," panggilnya.
"Hm?" Masih dalam keadaan bersandar, Zahra melirik Jonathan.
"Dinner dengan Tuan Rahm malam ini bukan?"
"Hm," Zahra mengangguk.
"Baiklah, kita ke boutique dulu kalau begitu."
"Boutique? Untuk apa, Tuan Muda?"
"Jo," peringat Jonathan saat Zahra lagi-lagi memanggilnya Tuan Muda.
"Maaf Tuan Muda, aku lupa lagi."
"Tidak semudah itu, Nyonya Ara. Aku sudah katakan padamu tadi pagi bahwa aku tidak bisa mentolerir kesalahanmu jika kau salah memanggilku lagi bukan? Maka sebagai hukumanmu..." Jo menggantung ucapannya, ia menggelengkan kepala, mengisyaratkan Zahra agar bertukar tempat duduk dengannya.
"Apa?" tanya Zahra tak mengerti. Tetapi sesaat kemudian Zahra memelototkan matanya saat pikirannya mampu menebak arah pikiran Jo. "Kau pikir aku wanita seperti apa, hah? Seenaknya saja menyuruhku melakukan itu!" maki Zahra.
Cit! Jo menghentikan mobilnya tiba-tiba hingga membuat Zahra semakin takut. Jo lantas turun dari mobil, lalu membuka pintu mobil Zahra.
"Jo?" Zahra tidak percaya jika Jonathan menurunkannya di jalanan seperti ini.
"Pindah 'lah ke depan kemudi, kau yang mengemudi sekarang dan aku tidak menerima penolakan."
Sesaat Zahra terdiam, sedetik berikutnya ia menatap Jo sedikit takut. "Maksudmu, kau menghukumku dengan memintaku menggantikanmu mengemudi?" tanya Zahra memastikan.
"Hm, memang kau pikir apa?"
"Mmm tidak tidak, baiklah aku akan mengemudi untukmu Jonathan Fox." Zahra langsung berpindah tempat duduk ke depan kemudi. Ia tidak mungkin mengatakan pada Jo bahwa dirinya mengira bahwa Jo memintanya duduk di pangkuan laki-laki itu. Kalau sampai itu terjadi, mungkin Jo akan menertawakannya nanti.
...****************...
Hai, jumpa lagi sama karya aku.
Aku sampai terharu karena ternyata ada yang nungguin cerita ini update. Jujur, aku ngga ada niat untung menggantung bacaan kalian, cuma kemarin aku lagi suasana berduka karena kakak dari bapak aku meninggal. Jadi, aku ngga bisa konsentrasi buat lanjutin babnya, daripada aku paksain dan akhirnya ngga maksimal, maka aku putuskan untuk stop dulu kemarin. Tapi Inshaa Allah mulai malam ini aku kembali aktif kayak biasa kok.
So, see you next part, guys!
double up