Empat tahun berlalu, Jagat Hartadi masih larut dalam perasaan cinta tak berbalas. Dia memilih menjalani hidup sendiri, hingga suatu malam dirinya membantu seorang wanita yang pingsan di pinggir jalan.
Jenna, itulah nama wanita tersebut. Siapa sangka, dia memiliki kisah kelam menyedihkan, yang membuat Jagat iba.
Dari sana, timbul niat Jagat untuk menikahi Jenna, meskipun belum mengenal baik wanita itu. Pernikahan tanpa dilandasi cinta akhirnya terjadi.
Akankah pernikahan yang berawal dari rasa kasihan, bisa menjadi surga dunia bagi Jenna dan Jagat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 : Jauh dari Bumi
“Ya. Kakak bisa memantau bisnis dan lainnya dari sini.”
Jagat terdiam memikirkan ucapan Nayeli.
“Kurasa, Kakak memerlukan suasana baru. Kita bisa merawat Sakha bersama-sama. Suruh saja Yanti kembali ke Indonesia,” saran Nayeli lembut.
Jagat tidak juga menanggapi ucapan sang adik. Dia harus mempertimbangkan matang-matang keputusannya, meskipun hanya untuk mengajukan izin tinggal jangka panjang.
“Pikirkan saja dulu,” ucap Nayeli lagi. “Aku dan Duncan sudah membahas ini sejak beberapa hari yang lalu. Dia setuju dengan ideku. Lagi pula, ada banyak hal yang bisa Kakak lakukan di sini selain merawat Sakha. Putramu juga kupastikan tak akan kekurangan kasih sayang dan perhatian.”
“Kamu sangat pandai membujuk orang,” ujar Jagat, menanggapi enteng ucapan Nayeli.
“Kakak tahu itu merupakan salah satu keahlianku.”
Jagat tersenyum kalem. “Aku akan memikirkannya terlebih dulu. Kuakui idemu tidak terlalu buruk. Aku memang membutuhkan suasana baru.”
“Aku adalah adikmu. Kita hidup berdua setelah mama, papa, dan saudara kembarku tiada. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalmu dengan baik, Kak.” Nayeli tersenyum lembut. Pembawaannya kini terlihat jauh lebih dewasa. Segala hal yang pernah terjadi di masa lalu, benar-benar jadi pelajaran berharga bagi adik semata wayang Jagat tersebut.
Jagat kembali tersenyum mendengar ucapan manis Nayeli. “Baiklah. Aku akan segera mengambil keputusan. Namun, beri waktu untuk mempertimbangkannya terlebih dulu.”
Nayeli mengangguk, diiringi senyum manis. “Beristirahatlah, Kak. Aku akan membangunkanmu, bila waktunya sarapan tiba.” Setelah berkata demikian, Nayeli berpamitan dari hadapan Jagat.
Sepeninggal Nayeli, Jagat kembali termenung seorang diri. Untuk seseorang berkantong tebal seperti dia, tak sulit dalam menentukan akan berada di mana kakinya berpijak.
Tinggal di Inggris menjadi satu pilihan yang memang pernah terlintas dalam benak Jagat. Dia ingin memulai hidup baru bersama Sakha, menjauhkan sang anak dari segala berita miring tentang Jenna, yang mungkin akan didengar pada beberapa tahun mendatang.
Jagat tidak ingin sang putra mengetahui kenyataan yang sesungguhnya, meskipun ada perasaan bersalah terhadap Jenna. Apalagi, dia dan ibunda Sakha tersebut masih terikat pernikahan.
"Baiklah. Aku tidak perlu mempertimbangkan terlalu lama. Tak ada salahnya untuk melarikan diri kemari. Ini hanya sementara, Jenna. Aku harus meyakinkan hati terlebih dulu, agar tidak kembali mengambil keputusan gegabah seperti saat menikahimu dulu," gumam Jagat pada diri sendiri.
Setelah memantapkan hati atas keputusan yang diambilnya, Jagat langsung membicarakan itu dengan Nayeli dan Duncan.
Nayeli menyambut antusias keputusan yang diambil sang kakak. Begitu juga dengan Duncan. Dia senang karena keberadaan Jagat di sana akan sangat membantu, dalam berdiskusi tentang masalah bisnis.
Semenjak hari itu, Jagat mantap mengajukan izin tinggal di Inggris. Namun, dia memulangkan Yanti ke Indonesia. Wanita itu ditugaskan untuk merawat rumah yang dirinya tinggalkan.
......................
Hari, minggu, bulan dan tahun silih berganti. Entah berapa tetes air mata yang jatuh mengiringi kerinduan Jenna akan sang putra. Rasa kecewa terhadap Jagat yang tak sekali pun melihat keadaannya di penjara, menambah beban pikiran wanita yang kini terlihat lebih kurus dan kurang terawat.
Menjalani hidup di dalam penjara, tentu sangat berbeda dengan saat menjadi wanita simpanan Haris, atau ketika diperistri Jagat Hartadi. Tak ada alat kosmetik mahal, atau pakaian bermerk yang menunjang penampilan Jenna.
Beban pikiran yang tak berujung, membuat kondisi kesehatan Jenna jadi buruk. Dia kerap mendapat perawatan medis, meskipun hanya satu atau dua hari.
Sementara itu, Jagat menikmati hari-harinya dalam membesarkan Sakha, yang saat ini sudah berusia hampir 7 tahun. Walaupun menetap di Inggris, tetapi Jagat tetap mengajarkan Sakha berbicara Bahasa Indonesia.
"Teman-temanku akan merayakan hari ibu. Apakah Papa mau menyamar jadi mamaku?" tanya Sakha teramat polos.
"Yang benar saja," sahut Jagat, seraya menahan tawa. "Papa terlalu tampan untuk menyamar jadi wanita," ujarnya santai.
"Lalu, bagaimana? Apa Bibi Nay mau datang ke sekolahku?" Sakha mengalihkan perhatian kepada Nayeli.
"Jika ada izin dari papamu, Sayang," sahut Nayeli lembut.
"Tapi, Bibi Nay bukan mamaku," ujar Sakha kecewa.
"Jangan salah, Sakha. Bibi Nay juga seorang ibu," ralat Jagat.
"Ya. Ibu Natasha dan Carmen," sahut Sakha polos.
"Jadi, apa yang kamu inginkan? Kamu mau Papa tetap menyamar? Kamu pasti ditertawakan oleh teman-teman satu kelas." Jagat menatap Sakha, dengan sorot berlagak serius.
Mendengar itu, Sakha terdiam seakan mempertimbangkan ucapan Jagat. Apa yang sang ayah katakan benar adanya. Dia pasti akan diolok-olok oleh teman-temannya.
"Bagaimana jika ...." Jagat tak sempat melanjutkan kalimatnya karena ada panggilan masuk. "Sebentar, Papa harus menerima telepon dulu."
Jagat beranjak dari duduk, meninggalkan ruangan tempatnya berbincang dengan Sakha dan Nayeli.
Melihat Sakha cemberut, Nayeli langsung mendekat, kemudian mengelus lembut rambut anak angkat Jagat tersebut. "Jangan khawatir. Papamu pasti akan selalu memberikan yang terbaik. Bibi yakin dia tidak akan membuatmu kecewa," ucapnya penuh kasih.
Sakha yang terdiam dengan wajah masam, segera menoleh. "Apa Bibi tahu sesuatu?" tanyanya.
"Tentang apa?" Nayeli balik bertanya.
"Tentang mamaku," jawab Sakha. Kepolosannya seketika sirna, terhapus rasa penasaran yang begitu dalam. "Papa tidak pernah bercetita, atau memperlihatkan foto mama padaku.Apakah mamaku ada di langit?" tanyanya polos.
"Ya, Nak. Mamamu ada di sana. Dia berada sangat jauh dari bumi," jawab Jagat, yang tiba-tiba muncul.
