NovelToon NovelToon
Dosa Yang Kucintai

Dosa Yang Kucintai

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

"Aku mencintainya, tapi akulah alasan kehancurannya. Bisakah ia tetap mencintaiku setelah tahu akulah penghancurnya?"

Hania, pewaris tunggal keluarga kaya, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Meskipun seluruh sumber daya dan koneksi dikerahkan untuk mencarinya, Hania tetap tak ditemukan. Tidak ada yang tahu, ia menyamar sebagai perawat sederhana untuk merawat Ziyo, seorang pria buta dan lumpuh yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya.

Di tengah kebersamaan, cinta diam-diam tumbuh di hati mereka. Namun, Hania menyimpan rahasia besar yang tak termaafkan, ia adalah alasan Ziyo kehilangan penglihatannya dan kemampuannya untuk berjalan. Saat kebenaran terungkap, apakah cinta mampu mengalahkan rasa benci? Ataukah Ziyo akan membalas dendam pada wanita yang telah menghancurkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Protektif

Hania melangkah menuju kamar Ziyo dengan niat menjalankan tugasnya, membantu pria itu mandi seperti biasa. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok Diva yang berdiri di ujung lorong, menghadap ke arah kamar Ziyo.

Alisnya mengernyit tanpa sadar. Wanita itu berdiri diam, tak bersuara, hanya menatap kamar Ziyo dengan ekspresi yang sulit dibaca. Tidak ada senyum lembut atau kepedulian yang biasa terlihat. Sorot matanya tajam, seolah menyimpan sesuatu yang tak seorang pun tahu.

Hania menggigit bibirnya. Entah kenapa, setiap kali berdekatan dengan Diva, ia merasa tidak nyaman. Padahal, sejauh yang ia lihat, wanita itu bersikap baik, penuh perhatian pada Ziyo, persis seperti ibu yang peduli pada anaknya. Tapi… kenapa ada perasaan aneh yang mengganggunya? Seakan Diva bukan seperti yang ia tunjukkan.

Ia mengalihkan pandangan dan menarik napas pelan, mencoba mengabaikan perasaan itu. Ia tak punya bukti apa pun untuk mencurigai Diva. Lebih baik ia fokus pada pekerjaannya.

Dengan langkah yang lebih mantap, Hania melanjutkan perjalanan menuju kamar Ziyo. Namun, sebelum sempat mengetuk pintu, ia tertegun.

Pintu kamar Ziyo terbuka.

Dari ambang pintu, ia melihat seorang remaja laki-laki mengenakan seragam Pramuka duduk di samping tempat tidur Ziyo. Bocah itu menatap kakaknya dengan ekspresi campur aduk, antara cemas, tak percaya, dan kesedihan yang berusaha ia sembunyikan.

Hania tetap mengetuk pintu, memberi tahu keberadaannya.

Tok. Tok.

Ziyo dan remaja itu menoleh bersamaan. Hania menarik napas dan tersenyum kecil sebelum berkata, "Maaf, saya ingin melakukan tugas saya membantu Tuan Ziyo membersihkan diri."

Zian menoleh ke arah Hania dan langsung menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sorot matanya tajam, menilai dengan penuh kehati-hatian.

"Kakak siapa?" tanyanya tanpa basa-basi, suaranya datar, tapi ada sedikit nada waspada di dalamnya.

Sebelum Hania sempat membuka mulut, Ziyo lebih dulu menjawab, "Dia yang membantuku."

Hania tersenyum kecil, lalu melangkah lebih dekat ke arah mereka. "Saya Hania," katanya dengan ramah. "Saya yang merawat Tuan Ziyo sekarang."

Zian tetap menatapnya tanpa ekspresi, seakan mencoba menilai apakah perempuan ini benar-benar bisa dipercaya. Matanya menyipit sedikit, seolah mencari celah untuk menemukan sesuatu yang mencurigakan.

"Kamu bisa merawat Kak Ziyo?" tanyanya akhirnya, nadanya terdengar skeptis.

Hania tetap mempertahankan senyumannya. "Saya akan melakukan yang terbaik," jawabnya dengan tenang.

Zian tak langsung merespons. Ia menatap kakaknya yang kini hanya diam, lalu kembali memandang Hania. Ada sesuatu dalam dirinya yang masih ragu. Dia tak ingin kakaknya dirawat oleh orang yang tidak kompeten. Kakaknya sudah cukup menderita, dan ia tidak ingin Ziyo semakin kesulitan.

"Tolong jaga Kak Ziyo baik-baik," ucapnya akhirnya, meski nadanya terdengar lebih seperti peringatan daripada permintaan.

Hania menahan tawa kecil. Sikap protektif Zian begitu kentara. "Tentu," jawabnya lembut. "Saya ada di sini untuk itu."

Hania menatap Zian sejenak sebelum mengalihkan pandangannya. Dalam hati, ia menghela napas panjang.

Anak ini benar-benar waspada... gumamnya dalam hati. Meskipun merasa tidak suka dengan cara Zian yang jelas-jelas meragukannya, Hania bisa melihat sesuatu di balik tatapan penuh penilaian itu, kepedulian yang tulus.

Dari nada bicaranya, dari caranya menatap Ziyo yang kondisinya memprihatinkan, Hania tahu Zian bukan sekadar bersikap protektif tanpa alasan. Ia benar-benar peduli pada kakaknya.

"Wajar kalau dia berhati-hati. Kakaknya sekarang buta, lumpuh, dan tidak bisa berbuat banyak untuk dirinya sendiri. Pasti dia takut aku tidak bisa merawat Ziyo dengan baik…" gumam Hania dalam hati.

Matanya melirik sekilas ke arah Zian. Remaja itu tetap diam, tapi sorot matanya masih mengawasi, seolah ingin memastikan Hania tidak berbuat sesuatu yang salah.

Hania pernah melihat Zian sekali di rumah sakit saat remaja itu menunggui Ziyo. Saat itu, ia hanya melihat dari kejauhan, tapi raut wajah Zian saat duduk di samping tempat tidur kakaknya sudah cukup menggambarkan betapa besar perhatiannya pada Ziyo.

"Kalau aku jadi dia, mungkin aku juga akan bersikap seperti ini…" pikirnya, meski tetap merasa tidak nyaman dengan tatapan penuh keraguan itu. Namun, alih-alih kesal, Hania justru semakin yakin, Zian bukan sekadar adik sambung yang peduli biasa. Ia benar-benar menyayangi Ziyo.

***

Ziyo terdiam di kursi rodanya, menghadap ke jendela yang tirainya sedikit terbuka. Meski ia tak bisa melihat pemandangan di luar, ia bisa merasakan sinar matahari sore yang hangat menyentuh kulitnya. Tapi kehangatan itu tak mampu mengusir kegelisahan di hatinya.

Ia akan segera menjalani pengobatan lebih lanjut, prosedur yang mungkin bisa membantunya pulih. Namun, ada satu hal yang mengganjal pikirannya.

"Hania," panggilnya tiba-tiba.

Wanita yang sedang memotong kuku Ziyo mendongak. "Ya, Tuan?"

Ziyo menghela napas, berusaha memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Aku ingin kau tetap di sini. Tetap bersamaku selama pengobatan nanti."

Hania terkejut, tapi segera menenangkan ekspresinya. "Mengapa, Tuan? Bukankah ada banyak tenaga medis yang lebih berpengalaman?"

Ziyo tersenyum miring. "Aku tahu kau mencurigakan," ucapnya jujur. "Aku tahu kau bukan hanya sekadar perawat biasa. Tapi meskipun begitu... entah kenapa, aku merasa nyaman denganmu."

Hania tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap pria itu, berusaha menelaah apa yang sebenarnya dirasakan Ziyo.

"Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku saja," lanjut Ziyo. "Tapi dari caramu merawatku... aku bisa merasakan ketulusan di setiap sentuhanmu. Kau tidak ragu, tidak merasa jijik, tidak mengasihaniku dengan cara yang menyebalkan."

Hania menelan ludah. Ia telah berusaha keras menyembunyikan identitasnya, tapi tetap saja, pria ini bisa merasakan sesuatu yang berbeda darinya.

"Jika kau tetap di sini," Ziyo melanjutkan, suaranya lebih pelan, "aku akan lebih tenang."

Hania menatap pria itu lama. Seorang Ziyo yang selama ini penuh kecurigaan padanya, kini justru meminta dirinya untuk tetap tinggal. Ia bisa saja menolak, tapi ia tahu Ziyo bukan seseorang yang mudah meminta bantuan. Jika ia sampai mengatakannya, itu berarti memang ia sangat membutuhkan Hania.

Di balik wajahnya yang tetap tenang, dalam hati Hania sebenarnya merasa lega sekaligus senang. Sejak awal, ia memang ingin terus berada di sisi Ziyo. Bukan karena kasihan, tapi karena rasa bersalah dalam dirinya yang mendorongnya untuk membantu pria itu pulih.

Saat pertama kali melihat kondisi Ziyo yang penuh luka, Hania tidak merasakan belas kasihan seperti yang mungkin dirasakan orang lain. Ia tidak melihatnya sebagai pria yang harus dikasihani, melainkan sebagai seseorang yang harus disembuhkan. Seorang pasien yang membutuhkan pertolongannya.

Namun, di sisi lain, ia juga tahu bahwa keberadaannya di sini penuh risiko. Ia menyembunyikan identitasnya, berpura-pura menjadi orang lain. Itu sebabnya, ia tidak pernah membayangkan Ziyo sendiri yang akan memintanya tetap tinggal.

Saat mendengar permintaan itu, ada sesuatu yang hangat mengalir di dadanya, perasaan lega karena tak perlu mencari alasan untuk tetap berada di sini.

Hania menatap Ziyo yang kini duduk diam di kursi rodanya, menunggu jawabannya. Wajahnya penuh luka, tubuhnya lemah, tapi pria itu tetap terlihat berusaha tegar.

Hania menghela napas perlahan, menekan emosi yang hampir muncul di permukaan. Ia tak boleh terbawa perasaan. Ia ada di sini bukan untuk bersimpati, melainkan untuk memastikan bahwa pria ini bisa pulih.

Akhirnya, Hania menghela napas dan tersenyum tipis. "Baiklah, Tuan. Saya akan tetap di sini."

Ziyo tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Tapi dari tarikan napasnya yang sedikit lebih dalam. Untuk pertama kalinya sejak ia kehilangan segalanya, ia merasa sedikit lebih tenang. Hania juga menyadari bahwa pria itu merasa lebih tenang sekarang.

Dan tanpa Ziyo sadari, begitu pula dirinya, ada ikatan tak kasat mata yang membuat mereka tetap bersama.

...🔸"Hidup adalah rangkaian pertemuan yang tak terduga. Kita tak pernah tahu bagaimana takdir akan membawa seseorang untuk menyentuh hati kita."🔸...

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
kaylla salsabella
kabar baik ziyo
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
cinta mereka hadir perlahan tanpa paksaan. mereka saling membutuhkan. semoga mereka bisa bersama
Dwi Winarni Wina
Ziyo merasakan aman dan nyaman berada disisi hania krn hania merawat ziyo sangat tulus dan ikhlas...

Hania pergi ziyo ada yg hilang walaupun tidak bs melihat wajah hania ziyo bs merasakan ketulusan hania walaupun ada yg disembunyikan hania....
Dwi Winarni Wina
Pasti kabar baik buat ziyo smg ada donor kernel mata dan mengobati kakinya yg lumpuh....

Dalang utama adalah diva ingin mencelakai ziyo dan pura2 baik didepan ziyo bermuka dua diva ingin menguasai perusahaan.....
abimasta
semoga hania dan ziyo nantinya jadi pasangan yg berbahagia sama2 membasmi orang2 yang jahat disekitarnya
abimasta
tentunya kabar baik tuan ziyo
kaylla salsabella
egois si diva
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apakah itu kabar baik tentang operasi ziyo?
abimasta
ambisimu tidak akan berhasil diva
Dwi Winarni Wina
Diva sangat ambisius menguasai perusahaan dan menjauhkan Zian dr ziyo agar tidak tergantung lagi....

Dasar ibu diva hanya mementingkan diri dan tidak mementingkan kebahagiaan Zian..
Diva tidak akan tinggal diam pasti akan mencelakai ziyo lagi....
naifa Al Adlin
haduh ibu yg egois,,, g mau mengerti keinginan anaknya. padahal hanya ingin dekat dengan kakaknya apa salahnya? nanti kamu akan susah sendiri diva
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: keegoisan & ambisi diva bisa membuat dia kehilangan zian
total 1 replies
kaylla salsabella
mungkin diva sekongkol sama Brian
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
diva berniat jahat. tapi itu tak akan mudah sama sekali.
Dwi Winarni Wina
Ternyata dipura2 baik ternyata hatinya busuk berusaha mencelakai ziyo dan merebut perusahaan ziyo....
Dwi Winarni Wina
Ada yg berusaha mencelakai ziyo dan hania berusaha mencegahnya....
abimasta
waahhh benar saja diva dibalik rencana jahat ini,semoga hania tidak bisa diselidiki oleh suruhan diva
kaylla salsabella
semoga ketemu pelakunya
kaylla salsabella
nah ..nah ...ayo Hania ... semangat
kaylla salsabella
pasti si Brian itu
Dwi Winarni Wina
Hati2 dan waspada hania jgn baik2 ziyo dan ada org tidak mau melihat ziyo sembuh....

bagus hania bantu ziyo sembuh dan pulih lagi musuh msh mengincar ziyo....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!