"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi permen lolipop
Di kamar hotel Celine mondar mandir seperti strikaan, wanita itu tampak frustasi memikirkan ucapan Laura tadi. Andrew yang melihat tampak kesal sendiri untuk apa Celine menginginkan bayi itu jika dirinya saja memang tidak bisa hamil.
"Celine, berhentilah kamu membuat ku pusing." Keluh Andrew yang merasa tertanggung dengan Celine yang tidak mau duduk diam.
"Andrew aku harus mendapatkan bayi itu. Jika aku tidak bisa melahirkan anak Jimmy setidaknya aku memiliki darah daging Jimmy sebagai ibu sambung. Dengan begitu Jimmy tidak akan mungkin menutut ku untuk memiliki anak." Wajah frustasi Celine tadi berubah cerah, ia menemukan ide yang sangat brilian.
Andrew tersenyum masam, "Jika kau membawa anak wanita itu, apa kau tidak berpikir jika wanita itu suatu saat akan datang untuk mengacau."
Celine tersenyum sinis, "Aku sudah membuat rencana untuk wanita jal*ang itu, dia tidak akan kembali setelah anak itu berada ditangan ku." Tatapan Celine begitu penuh dengan kelicikan.
"Apa rencana mu?"
"Kita berikan apa yang dia minta, tentunya saat dia akan melahirkan, kita akan melakukan penukaran bayi dengan semua kekayaan yang aku miliki."
"Kamu gila Celine!" Andrew tidak setuju dengan apa yang Celine katakan.
Celine menatap Andrew dengan mata menyipit. "Aku tidak butuh pendapat mu, bagiku bayi itu adalah pegangan untuk ku agar Jimmy selalu berada disisi ku." Celine menatap Andrew tajam wanita itu meninggalkan Andrew yang blingsatan.
"Siall!"
*
*
Laura tidak bisa tidur dengan nyenyak, ia harus memikirkan matang-matang jika Celine benar-benar mengabulkan tawarannya tadi.
"Dia pasti tidak akan mudah memberikan apa yang aku minta, dia adalah wanita licik." Laura bergumam.
Memikirkan semua hal, sampai ia kelelahan dan tertidur. Amalia sudah pulang karena ibunya dirumah hanya sendiri.
Laura yang terlelap sampai tidak tahu jika jendela kamarnya perlahan terbuka, angin malam yang masuk tak membuat wanita hamil itu membuka matanya.
Sosok tinggi berbadan tegap berdiri disisi rajang Laura yang terlelap, tangannya terulur mengusap wajah putih mulus yang memiliki pipi chaby.
Laura menggeliat membuat tangan itu tertarik, namun tak membuat mata Laura terbuka.
"Jika kamu tidur seperti ini, bagaimana kamu tahu jika dalam bahaya." Gumam Jimmy.
Ini sudah kedua kali Jimmy menjadi penyusup, ia hanya puas memandangi wajah wanitanya yang sangat ia rindukan tanpa berani berbuat lebih. Begitu rindu sampai Jimmy betah lama-lama hanya menatap saja. Tapi malam ini Jimmy yang melihat bibir Laura yang ranum membuatnya menelan ludah frustasi.
"Bibir itu dulu aku buat bengkak, bahkan bukan hanya bibir atas mu saja, nyatanya kamu butuh salep untuk bibir bengkak bagaian bawah." Gumam Jimmy mengingat perjalanan keduanya dengan dalih bisnis lama.
Nyatanya kebersamaan mereka dulu kehadiran kehidupan baru pada keduanya, Jimmy tidak menyangka jika dirinya bisa memiliki anak.
Perlahan Jimmy mendekatkan wajahnya, dengkuran halus Laura membuat Jimmy yakin wanita ini tertidur dengan pulas.
Bibir Jimmy menyentuh bibir Laura, tidak ada pergerakan membuat Jimmy semakin maju untuk melumatt bibir Laura dengan lembut.
"Sialan! Ini akan membuat ku tersiksa." makinya dalam hati.
Meskipun begitu Jimmy tetap melanjutkan aksinya karena Laura tak bereaksi, hingga lenguhan kecil terdengar membuat Jimmy melepaskan ciumannya dan menatap bibir Laura yang sedikit bengkak.
Ia tersenyum miring dengan puas.
Sedangkan Laura yang terlelap seperti bermimpi menyesap permen lolipop, begitu manis dan melenakan.