Ketika mimpi berubah menjadi petunjuk samar, Sophia mulai merasakan keanehan yang mengintai dalam kehidupannya. Dengan rahasia kelam yang perlahan terkuak, ia terjerat dalam pusaran kejadian-kejadian mengerikan.
Namun, di balik setiap kejaran dan bayang-bayang gelap, tersimpan rahasia yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk—sebuah misteri yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bisakah ia mengungkap arti dari semua ini? Atau, akankah ia menjadi bagian dari kegelapan yang mengejarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veluna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kakek tua
Aku menatap tulisan itu dengan mata yang tidak berkedip. "Yang mencari pintu, harus siap menghadapi bayangan." Apa maksudnya? Jari-jariku gemetar saat menyentuh halaman pertama yang sudah basah itu. Tidak ada yang berubah lagi. Tulisan itu tetap di sana, seolah mengejekku dengan teka-teki yang tidak bisa ku pecahkan.
Aku mencoba menuangkan air di halaman lain, tapi tidak ada yang terjadi. Hanya halaman pertama yang bereaksi. Rasanya seperti buku ini sengaja memilih apa yang ingin ditunjukkan padaku.
"Apa yang kau sembunyikan?" gumamku, menatap buku itu dengan rasa kesal sekaligus penasaran.
Tapi kemudian, sebuah suara lirih terdengar dari belakangku.
"Kau yakin ingin tahu?"
Aku terperanjat, menoleh cepat ke arah sumber suara. Tidak ada siapa-siapa. Hanya meja belajarku yang penuh dengan buku-buku lain, tetapi suara itu terlalu nyata untuk diabaikan. Perasaan dingin menjalari punggungku. Aku memandang sekeliling kamar, mencoba memastikan aku benar-benar sendirian.
Mungkin ini hanya pikiranku saja. Aku terlalu lelah dan sudah terbawa suasana misterius dari buku ini.
Aku memutuskan untuk menutup buku itu dan mencoba tidur, tetapi rasa ingin tahu membuatku sulit memejamkan mata. Buku itu seolah-olah memanggilku, seperti ada sesuatu yang mendesak ku untuk membukanya lagi.
"Yang mencari pintu, harus siap menghadapi bayangan." Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku.
Author POV
Malam semakin larut. Udara di kamar sophia terasa semakin dingin, meskipun jendela sudah tertutup rapat. Suara-suara kecil mulai terdengar—detik jam yang biasanya tenang kini terdengar seperti palu yang menghantam dinding, dan angin dari luar menciptakan bunyi rintihan halus.
Di meja belajar, buku merah itu bergetar perlahan, seperti merespons sesuatu. Kemudian, halaman-halaman di dalamnya mulai terbuka sendiri, meskipun tidak ada angin yang masuk. Tulisan samar muncul di halaman kosong, membentuk pola aneh seperti peta.
Sophia, yang sedang berguling di tempat tidur, mendengar bunyi halus dari meja belajarnya. Matanya terbuka perlahan, dan saat dia melihat ke arah buku, jantungnya berhenti berdetak sesaat. Buku itu terbuka sendiri.
Dia bangkit dari tempat tidur dengan langkah ragu, mendekati meja dengan hati-hati. Mata sophia membelalak saat melihat peta di dalamnya.
"Peta? Apa ini?" bisiknya, memiringkan kepala untuk memahami pola itu. Tapi semakin dia melihat, pola itu seperti bergerak, membentuk sebuah simbol yang tidak dikenalnya.
Tiba-tiba, lampu kamar berkedip-kedip. Sophia mundur dengan panik, tapi buku itu semakin mengundang. Di tengah peta itu, muncul satu kata yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya.
"Memulai."
Tanpa sadar, sophia mengulurkan tangan untuk menyentuh simbol di buku itu. Begitu jarinya menyentuhnya, cahaya terang menyilaukan memenuhi ruangan, dan dia merasa seperti tersedot ke dalam kegelapan.
Sophia POV
Aku terbangun dengan kepala yang terasa berat, tetapi yang membuatku terkejut adalah tempat di mana aku berada. Ini bukan kamarku. Ini bukan rumahku. Bahkan, ini bukan dunia yang pernah aku kenal.
Segalanya gelap, tetapi bukan gelap biasa. Langit berwarna abu-abu pekat, dan tanah di bawah kakiku terasa seperti pasir halus yang dingin. Di kejauhan, hanya ada kabut dan bayangan yang bergerak, tetapi aku tidak bisa memastikan apa itu.
Suara langkah kaki perlahan terdengar dari arah belakangku.
"Selamat datang, sophia," kata sebuah suara parau, pelan tetapi jelas.
Aku terlonjak dan berbalik cepat. Tidak ada siapa pun, hanya kabut.
"Siapa kamu? Apa ini?!" seruku, mencoba terdengar berani meskipun dadaku berdebar kencang.
Suara itu tidak langsung menjawab. Tapi kabut di depanku perlahan memisah, dan sosok itu muncul. Seorang kakek tua berdiri di sana, mengenakan jubah hitam panjang yang menyentuh tanah. Wajahnya penuh keriput, tetapi matanya bersinar dengan warna ungu gelap yang tidak biasa.
Author POV
Kakek itu berjalan perlahan mendekati sophia, tongkat kayu hitam di tangannya mengetuk tanah setiap kali dia melangkah. Meski sosoknya terlihat tua dan rapuh, ada aura kekuatan yang terasa dari dirinya.
"Aku adalah bagian dari dirimu," katanya dengan suara yang tenang.
Sophia mundur selangkah, masih menatapnya dengan curiga. "Apa maksudmu? Aku tidak mengenalmu."
Kakek itu tersenyum kecil, senyuman yang hangat tetapi terasa sedikit aneh.
Sophia berdiri diam, menatap kakek tua itu dengan penuh kewaspadaan. Suara langkahnya yang pelan tapi mantap membuat suasana semakin mencekam. Meski bayangan kabut masih melayang-layang di sekitar mereka, cahaya samar di mata pria tua itu tetap terpancar dengan jelas, seolah menjadi pusat perhatian di tengah kegelapan.
"Kamu pasti bingung, sophia," ujar pria itu, berhenti beberapa langkah di depannya. Suaranya datar, nyaris seperti gumaman, tapi cukup untuk terdengar di tempat sunyi ini. "Wajar. Kamu masih terlalu muda untuk memahami semuanya."
Sophia mencoba menenangkan diri, tetapi suara detak jantungnya terlalu keras untuk diabaikan. Dia memandang sosok itu dengan tatapan penuh tanya. "Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini? Dan… di mana aku sebenarnya?"
Pria tua itu tersenyum tipis, sebuah senyuman yang tidak terlalu jelas apakah tulus atau hanya sebuah formalitas. "Namaku Ragnael," katanya, suaranya melantun dengan nada yang rendah namun jelas.
Sophia mengerutkan alis. Nama itu terdengar asing, tetapi entah mengapa ada sesuatu yang terasa familiar.
"Kita berada di sebuah ruang yang berbeda dari dunia manusia," lanjutnya. "Sebuah tempat di mana bayangan menjadi lebih nyata dari yang kau kira. Kau datang ke sini karena sebuah panggilan. Atau mungkin… kau sendiri yang tanpa sadar memanggil tempat ini."
Sophia merasa kepalanya ingin meledak oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus muncul. Dia ingin memaksa jawaban dari pria tua ini, tetapi ada sesuatu dalam auranya yang membuatnya segan.
"Kenapa aku ada di sini? Apa maksudmu dengan ‘panggilan’ itu?" tanyanya akhirnya, mencoba terdengar tenang meskipun kegelisahan jelas terpancar dari suaranya.
Ragnael berjalan mendekatinya lagi, langkahnya perlahan namun penuh keyakinan. "Jawaban itu ada di dalam dirimu, Sophia. Aku tidak bisa memberitahumu segalanya sekarang, karena ini memang belum waktunya".
"Kenapa semuanya terasa seperti teka-teki?" protes sophia, frustrasi. "Aku tidak mengerti apa pun, dan aku tidak punya waktu untuk ini!"
author POV end.
"Dan, apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku, mencoba mengatur napas.
Dia menatapku dengan mata yang dalam, seolah-olah bisa membaca semua yang ada di pikiranku. "Karena ini pertama kalinnya kita bertemu secara langsung dan ku rasa kamu masih belum siap menerima penjelasan dari ku. Jadi aku tidak akan lama, beberapa hari yang lalu cukup mengejutkan kamu bisa melihat ku, awalnya kupikir itu hanya kebetulan. Dan malam ini kamu mampu melakukan hal yang lebih menarik, berhasil masuk ke ruangan ini, karena itu aku memutuskan untuk menyapamu".
Aku mengerutkan alis. Apa maksudnya dengan itu?
"Ingat baik baik Sophia peraturan 1. Jangan pernah mempercayakan siapapun mau itu teman, sahabat dan juga keluarga 2. Jangan memberitahukan apapun yang terjadi padamu selama ini karena itu bisa jadi malapetaka untukmu sendiri".
Aku mengerutkan keningku" apa tujuan mu ?", tanyaku.
Dia tertawa kecil, sebuah tawa yang terdengar menenangkan tetapi juga meninggalkan kesan misterius. "Semua orang punya tujuan, Sophia. Tapi aku di sini bukan untuk membahayakan mu. Setidaknya, tidak untuk sekarang."
Kata-katanya menancap tajam di pikiranku. Tidak untuk sekarang? Apa artinya itu?
"Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku akhirnya, merasa tidak punya pilihan lain selain mengikuti arus.
Ragnael memandangku dengan penuh perhatian. "Berhati-hatilah. Dan selalu ingat yang ku ucapkan tadi, Itu saja yang perlu kau tahu untuk saat ini."
Aku menatapnya dengan frustrasi. "Itu tidak membantu sama sekali!"
Dia tidak menjawab. Sebaliknya, dia mengangkat tongkatnya, dan tanah di bawah kami mulai bergetar. Aku mundur dengan panik, tetapi Ragnael tetap berdiri tegak, matanya bersinar lebih terang dari sebelumnya.
"Aku harus pergi sekarang," katanya tiba-tiba. "Kita akan bertemu lagi, Sophia. Saat itu tiba, kau akan mengerti lebih banyak."
Sebelum aku sempat mengatakan apa-apa, cahaya ungu yang terang menyelubungi tubuhnya. Aku merasa dunia di sekitarku berputar, dan dalam sekejap, semuanya kembali gelap.
Author POV
Sophia terbangun dengan napas memburu. Dia kembali di kamarnya, berbaring di tempat tidurnya yang hangat. Tidak ada kabut, tidak ada tempat asing, dan tidak ada Ragnael.
Dia duduk, memegang kepalanya yang masih berdenyut. Semua itu terasa seperti mimpi, tetapi terlalu nyata untuk diabaikan. Ketika matanya jatuh ke buku merah di meja belajarnya, jantungnya langsung berdegup kencang.
Buku itu kini tertutup rapat, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Di sampulnya, simbol yang tadinya hanya samar kini bersinar lembut, seolah memberi isyarat.
Sophia menghela napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia tahu bahwa ini bukan akhir, tetapi permulaan dari sesuatu yang lebih besar.
"Berhati-hatilah," katanya pelan, mengulang kata-kata Ragnael. Mengapa semua orang aneh yang dia temui semuanya bilang hati hati ? Pikirnya.
-----------。♡ see you
mampir juga dikerya ku ya jika berkenan/Smile//Pray/