Naya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya harus mengalami malam kelam bersama dokter Mahesa, dokter bedah syaraf sekaligus direktur rumah sakit tempatnya bekerja sebagai seorang perawat.
Naya yang sadar akan dirinya yang hanya orang dari kelas bawah selalu berusaha menolak ajakan dokter Hesa untuk menikah.
Namun apa jadinya jika benih dari dokter tampan itu tumbuh di rahimnya, apakah Naya akan tetap menolak?
Tapi kalau mereka menikah, Naya takut jika pernikahan hanya akan membawa derita karena pernikahan mereka tanpa di landasi dengan cinta.
Namun bagaimana jadinya jika dokter yang terlihat dingin di luar sana justru selalu memperlakukan Naya dengan manis setelah pernikahan mereka?
Apakah Naya akhirnya akan jatuh cinta pada suaminya itu?
Follow ig otor @ekaadhamasanti_santi.santi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rendra hancur
"Ini makan aja, kita tukeran. Sepertinya ini maunya anak kita. Dia yang mau makan makanan punya Papanya kaya kemarin kan?"
Deg..deg..deg..
Jantung Naya kembali berdetak tak karuan karena ucapan Hesa.
"Papa?" Gumam Naya tanpa sadar.
"Iya Mama, kenapa?"
Blush...
Naya merasa tak kuat karena di serang bertubi-tubi oleh Hesa.
"Kenapa mukanya merah gitu? Bener kan kamu Mamanya anakku? Jadi nggak salah kan?"
"I-iya nggak salah kok dokter"
"Ya sudah ayo makan lagi. Biar baksonya saya yang makan"
Mereka berdua pun mulai menyantap makan makanan mereka yang telah di tukar. Hesa juga kembali memakan sisa makanan Naya tanpa rasa jijik sama sekali.
"Jadi dari kemarin itu kamu sudah ngidam pingin makan makanan punya saya ya? Kamu juga tanpa sadar pesan bakso kaya saya kan?"
"Iya dokter. Saya juga nggak tau kenapa setiap lihat yang dokter makan kayaknya enak banget. Apalagi yang udah di makan sama dokter. Maaf kalau apa yang saya lakukan justru mengganggu dokter"
"Saya nggak bilang kamu ganggu. Saya justru senang. Mungkin itu maunya anak kita karena pingin dekat sama Papanya" Ujar Hesa yang disetujui oleh Naya.
Karena tidak mungkin dia menginginkan makanan milik Hesa sampai membuatnya hampir meneteskan air liur seperti itu kalau bukan keinginan dari jabang bayinya. Apapun yang di makan Hesa, terlihat begitu menggiurkan di mata Naya saat ini.
"Dan mulai sekarang, kalau kamu mau apapun itu, tolong bilang aja ke saya ya? Jangan sungkan, karena nggak selamanya saya tau keinginan kamu kalau kamu diam aja" Lanjut Hesa.
"Iya dokter, terimakasih banyak"
Mungkin saat ini terlalu dini untuk memuji sikap Hesa yang benar-benar mengerti dirinya. Tapi semoga saja kedepannya Hesa tidak berubah sama sekali mengingat alasan pernikahan mereka.
Brak...
"Naya!!"
"Uhuk..uhuk..!"
"Minum dulu Nay" Hesa memberikan jus jeruk yang ia bawa tadi untuk Naya sebelum dia mendelik pada seseorang yang masuk ke dalam ruangan naya itu tanpa adab hingga membuat Naya tersedak.
"Apa maksudmu Rendra? Apa kau kamu nggak bisa pelan sedikit!!" Hardik Hesa pada adik sepupunya yang masuk di ikuti Gisel di belakangnya.
"Maaf Kak, aku kaget banget waktu Gisel bilang Naya di rawat di sini. Kamu kenapa Nay? Kamu nggak papa kan?" Rendra langsung mendekat dan meraih tangan Naya begitu saja padahal masih ada makanan Naya di sana.
Dari pertanyaan Rendra, sepertinya Gisel belum memberitahu apa alasan Naya di rawat di sana
"Hmm!!" Dehem Hesa dengan keras karena melihat Rendra yang lancang memegang tangan Naya.
"Jangan main pegang-pegang tangan calon Kakak ipar gue!!" Gisel langsung menepis tangan Rendra yang masih memegang tangan Naya.
"Apa? Kakak Ipar?" Rendra menatap Gisel penuh kebingungan.
"Iya, sebentar lagi Naya bakalan jadi Kakak Ipar gue. Jadi jangan berani-berani pegang dia nanti pawangnya marah!" Lirik Gisel pada Hesa yang sempat melihat wajah masam Hesa saat Rendra menyentuh tangan Naya.
"Tunggu! Kakak Ipar mu? Tapi satu-satunya Kakak mu adalah Kak Hesa. Jangan bilang.." Rendra beralih menatap Naya dan Hesa secara bergantian.
"Iya Naya calon istriku, setelah dia keluar dari sini. Kami akan segera menikah"
Deg...
Hati Rendra hancur mendengarnya sampai tubuhnya limbung ke belakang. Padahal dia sudah mempersiapkan diri untuk mengutarakan perasaannya pada Naya, tapi dia Kakak sepupunya itu justru yang lebih dulu mendapatkan Naya.
Meski Rendra baru mengenal Naya selama tiga bulan ini, tapi dirinya sudah yakin untuk meminta Naya sebagai pendamping hidupnya di masa depan. Namun apa daya Rendra, takdir berkata lain.
"Ren, lo kenapa? Jangan bilang lo suka sama Naya ya?" Gisel menebaknya dari reaksi Rendra yang begitu terkejut.
Hesa pun melihat hal yang sama jika adik sepupunya itu menyimpan rasa untuk Naya.
"Tapi apa benar Naya? Kamu mau menikah sama Kak Hesa?" Rendra mengabaikan Gisel dan malah menatap Naya begitu dalam.
"I-iya dokter Rendra" Naya tampak begitu gugup di tatap seperti itu oleh Rendra.
"Tapi sejak kapan kalian dekat? Kenapa aku nggak tau sama sekali Nay?"
Naya terlihat semakin gugup. Dia takut jika Rendra tau alasan yang sebenarnya dan menganggapnya wanita gampangan.
"Untuk itu kamu nggak perlu tau Ren. Itu hal pribadi kami" Hesa yang menjawab pertanyaan Rendra tadi.
"Naya?" Rendra masih menantikan jawaban dari Naya.
Dia sudah terlanjur jatuh cinta pada suster cantik dan sederhana itu. Jadi rasanya susah sekali untuk menerima kenyataan dimana wanita pujaannya akan menjadi istri dari sepupunya sendiri.
"Benar kata dokter Hesa, kami akan segera menikah"
Jawaban yang ia dengar langsung dari Naya justru semakin membuat hati Rendra hancur.
"Kalau gitu, selamat buat kalian berdua. Akhirnya Kak Hesa mau nikah juga setelah jadi bujang lapuk" Rendra mencoba mencairkan suasana lebih tepatnya menghibur dirinya sendiri.
"Bukan bujang lapuk Ren, tapi matang!" Elak Hesa yang tak terima di sebut lapuk oleh Rendra.
"Apapun itu intinya aku tetap ikut senang dengan kabar bahagia ini. Semoga pernikahan kalian berjalan dengan lancar dan kalian selalu di berikan kebahagiaan"
"Kabar bahagia untuk kalian tapi menyedihkan untuk ku" Lanjut Rendra dalam harinya yang hancur itu.
"Makasih Ren"
"Makasih dokter Rendra"
"Kalau gitu, aku keluar dulu ya Nay. Semoga cepat sembuh"
Rendra keluar begitu saja hingga pembuat Gisel dan yang lainnya keheranan.
"Aku pulang dulu ya Kak. Kamu baik-baik di sini sama Kak Rendra ya Nay"
"Iya Gisel hati-hati"
Gisel pun segera berlari mengejar Rendra yang sudah jauh dari ruangan Naya.
"Kalian ada hubungan?"
Naya mendongak menatap Hesa yang berdiri di sisinya.
"Kalian?" Naya kebingungan.
"Kamu dan Rendra"
"Kami cuma teman dokter, tidak ada hubungan yang lebih dari itu"
Naya memang merasa tidak permah punya hubungan apapun dengan Rendra. Dia menganggap Rendra sebagi temannya. Apalagi Naya juga tidak mungkin menyukai Rendra karena dia selalu merasa tidak percaya diri kala ingin membuka hati untuk pria yang status sosialnya lebih tinggi darinya.
"Tapi sepertinya Rendra menyukai mu"
"Menyukai saya? Itu tidak mungkin dokter!" Bantah Naya yang memang tak yakin dengan dugaan Hesa itu.
"Sudah jangan bahas lagi, itu tidak penting. Yang penting kamu tidak ada hati sama dia saja sudah cukup bagi saya!"
"M-naksud dokter?" Naya masih sering dengan ucapan tak terduga dari Hesa.
"Kalau kamu ada hati sama orang lain, gimana kamu mau belajar mencintai saya?"
Deg...
Baru saja beberapa jam satu ruangan dengan Hesa, tapi hati naya sudah di buat porak-poranda dengan ucapan Hesa.
baru kau tau😂😂
𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐤𝐥𝐨 𝐩𝐚𝐬 𝐢𝐬𝐭𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐈𝐧𝐠𝐠𝐫𝐢𝐬 𝐝𝐢𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 𝐥𝐠 𝐭𝐡𝐨𝐫
𝐬𝐨𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐥𝐨 𝐢𝐬𝐭𝐢𝐥𝐚𝐡 𝐈𝐧𝐠𝐠𝐫𝐢𝐬 𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐚𝐫𝐭𝐢
𝐦𝐤𝐬𝐡 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚𝐧𝐲 𝐚𝐭𝐡𝐨𝐫
𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 🙏🙏🙏
kesalahan laki" senjata ampuh buat perempuan,tp jika perempuan yg salah jngn coba ungkit kiamat akan terjadi hahaaa
Di sebuah kedai kopi kecil, Shun dan Nagisa bertemu secara tak terduga. Percakapan ringan, secangkir kopi, dan keheningan yang nyaman perlahan menumbuhkan sesuatu di antara mereka. Namun, tak semua kenangan diciptakan untuk bertahan selamanya…
Ketika masa lalu, rahasia, dan takdir mulai menguji mereka, mampukah kenangan itu tetap hidup?
Sebuah kisah tentang pertemuan, kehilangan, dan arti merelakan.