NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Laksamana_Biru

Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.

Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.


Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.


Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.



Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.

Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Clarisa dan Reva duduk di sebuah sudut kantin kampus, dikelilingi oleh suara riuh rendah mahasiswa yang sedang menikmati istirahat makan siang mereka.

Namun, suasana yang seharusnya ceria itu tidak mampu membuat Clarisa menikmati hidangan di depannya.

Reva yang duduk di seberang meja mulai merasa cemas melihat sahabatnya yang biasanya ceria itu terdiam, dan tidak menyentuh makanannya.

"Cla, lo kok diam aja sih? Biasanya juga kalau makan lo cerewet banget," goda Reva sambil menyuapi dirinya sendiri.

Clarisa hanya menatap kosong ke arah luar kantin, seolah memikirkan sesuatu yang jauh di luar sana.

"Kenapa sih Cla? Lo lagi nggak enak badan ya?" tanya Reva sekali lagi, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya mengganggu pikiran sahabatnya tersebut.

Clarisa menoleh dan tersenyum tipis, "Ah, nggak kok, Rev. Cuma nggak enak sama makanan ini aja kali ya," ucapnya mencoba membohongi Reva, agar tidak terlalu khawatir padanya.

Namun, dalam hatinya, Clarisa merasa sangat kuatir dengan masalah yang sebenarnya sedang menghantui pikirannya. Ia takut jika ayahnya kembali lagi untuk menganggu hidup Clarisa dan bundanya.

Mereka sudah cukup mengalami banyak hal buruk karena ayahnya, dan Clarisa tidak ingin mengulanginya lagi

"Apaan sih, jangan bohongin temen sendiri. Gue lihat lo kayaknya lagi banyak pikiran," ujar Reva.

Clarisa menghela nafas panjang, tatapannya kosong seolah tenggelam dalam beban pikiran yang terlalu berat untuk dipikul sendirian.

Akhirnya, setelah berdebat dengan diri sendiri, dia memutuskan untuk berbagi cerita dengan Reva.

"Sebenarnya, gue... " belum sempat Clarisa melanjutkan perkataannya, tiba-tiba terdengar suara riuh yang berasal dari koridor

"Eh ada apa tuh?" tanya Reva penasaran, mencoba melihat ke arah koridor yang menjadi sumber kegaduhan.

"Entah lah, gue juga gak tau," balas Clarisa.

"Liat yuk," ajak Reva, berdiri dari tempat duduknya.

"Gak ah, lo aja. Gue males," ucap Clarisa dengan nada malas.

"Aduh, ni orang lagi kenapa sih? Coba sini cerita," desak Reva, dia bisa merasakan bahwa Clarisa sedang terbebani oleh sesuatu yang besar.

"Gak jadi lah, males. Mending ke kelas yuk, bentar lagi juga dosen masuk," ucap Clarisa sambil beranjak pergi dari tempat duduknya.

"Eh Cla, tunggu!" seru Reva sambil mengejar Clarisa yang semakin menjauh. Dia tidak ingin membiarkan sahabatnya dalam keadaan sendirian ketika sedang mengalami masalah.

Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas, sementara suara riuh di koridor semakin keras, namun Clarisa terkesan cuek, dan tidak ingin mencari tau. Berbeda dengan Reva yang sesekali mencoba melihat kearah kerumunan.

"Tadi lo mau cerita apa sih, Cla?" tanya Reva yang masih penasaran.

"Bukan apa-apa," jawab Clarisa singkat. Mereka sampai di kelas tepat waktu sebelum dosen masuk. Clarisa dan Reva duduk di kursi mereka masing-masing.

Tidak berselang lama, pintu kelas terbuka dan seorang dosen muda berambut hitam masuk ke dalam kelas dengan buku-buku di tangan.

“Selamat pagi semua”, sapa dosen memasuki ruangan.

"Selamat pagi, Pak Ridwan," jawab para mahasiswa serempak.

"Hari ini ada yang baru nih di kelas kita. Silahkan masuk, dan perkenalkan dirimu," ucap Pak Ridwan.

Pintu kelas terbuka perlahan, dan seorang mahasiswa muda dengan gaya rambut slicked back, berparas tampan, dengan tatapan hangat dia melangkah masuk ke dalam kelas.

“Hai, namaku Elvano Faiz Narendra. Aku baru aja pindah ke kampus ini,” ucap Elvano sambil tersenyum manis, dan sontak membuat para mahasiswi histeris.

“Ya ampun ganteng banget sih,” bisik salah satu mahasiswi yang duduk di baris depan.

"Boleh gak sih, dia gue bawa pulang?" Sahut yang lain.

"Lah buat apa lo bawa dia pulang?" tanya salah satu mahasiswa cowok

"Lumayan buat bahan cuci mata tiap hari,aaaaaa" balasnya teriak histeris

"Idih lo cuci mata aja sana pakek rinso" kesal mahasiswa cowok tersebut

"Yee, lo syirik kan karna dia lebih ganteng dari pada lu" ejek mahasiswi itu

Pak Ridwan hanya bisa tersenyum melihat reaksi para mahasiswi yang tergila-gila pada Elvano.

“Baiklah, mari kita lanjutkan kegiatan belajar kita hari ini. Elvano, silahkan duduk di kursi yang kosong di belakang,” ucap Pak Ridwan sambil menunjuk kursi yang masih kosong di sudut belakang kelas.

Elvano pun melangkah ke kursi yang ditunjuk Pak Ridwan sambil tetap tersenyum ramah. Ia mulai duduk dan mulai mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.

Namun, pandangan dari para mahasiswi yang terus menerus memandanginya membuat Elvano agak kebingungan.

Meski semua begitu tertarik dengan kehadiran Elvano, Namun, Clarisa sama sekali tidak tertarik dengan pujian-pujian temannya.

Dia masih terdiam dan hanya menatap hampa ke arah jendela, seolah-olah tidak ada yang menarik perhatiannya selain pikirannya sendiri.

Sedangkan Reva yang duduk di sebelahnya, terus saja memuji Elvano yang begitu tampan. Ia tidak bosan-bosan melirik cowok itu, meskipun pelajaran sudah dimulai.

"Sumpah Cla, dia tuh ganteng banget, kok lo kayaknya nggak tertarik sih?" tanya Reva merasa heran dengan sikap Clarisa yang cuek terhadap kehadiran Elvano di kelas mereka.

Clarisa hanya menghela nafas dan menjawab, "Hmm" Reva merasa semakin kesal dengan jawaban Clarisa yang terkesan cuek.

Bagaimana mungkin Clarisa bisa begitu santai di depan cowok sekeren Elvano? Baginya, Elvano adalah sosok yang layak untuk dihormati dan diperhatikan oleh semua orang. Tetapi sepertinya Clarisa tidak memikirkan hal itu sama sekali.

"Ih lo kok biasa aja sih responnya" kesal Reva.

Clarisa, yang sedang sibuk menulis di buku catatannya, hanya menjawab tanpa menoleh, "Terus gue harus apa? Harus ikut-ikutan teriak-teriak gitu? Ah, nggak males, itu cuma bikin tuh cowok makin kepedean. Padahal di atas langit masih ada langit"

"Ya udah lah serah lu, tapi yang pasti dia ganteng banget" sahut Reva yang masih memuji paras wajah tampan Elvano.

Namun, Clarisa tetap tak bergeming. Ia tampak begitu fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung. Meski tanpa ia sadari, jika Elvano mulai memperhatikan Clarisa.

1
Abu Bakar Siddiq
ceritanya keren
gak bisa berkata kata banyak
Abu Bakar Siddiq
banyak cari inspirasi lagi
Maximilian Jenius
Jangan berhenti menulis, ceritamu bagus banget!
Webcomics fan #2
Tidak bisa berhenti
Rubí 33-12
Gak bisa lupain cerita yang dilukiskan oleh author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!