NovelToon NovelToon
ALEXANDRIA CEGILKU

ALEXANDRIA CEGILKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / BTS / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu
Popularitas:926
Nilai: 5
Nama Author: story_Mawarmerah

"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara

"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"

###

Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Butuh Kepastian

Setelah perjalanan hampir memakan waktu enam jam lamanya di dalam bis Lengkara memilih menepi juga pada sebuah penginapan kecil yang ada diperhentian bis.

Jika dilihat-lihat tempat yang Lengkara pijaki ini jauh dengan hiruk pikuk keramaian bahkan bisa dikatakan ini adalah perhentian dan penginapan satu-satunya yang ada di tempat ini. Mungkin tempat ini pun memang cukup layak disebut sebagai pelosok apabila dilihat dari seberapa jauhnya tempat ini dengan keramaian dan kota.

“Ayo..” Ajak Lengkara menoleh Shada yang masih memperlihatkan raut bingung. Lengkara berjalan menuju gedung penginapan.

“Lengka jangan bilang kalo kita mau nginep disini?”

“Sayangnya tebakan elo bener!”

Shada membulatkan kedua matanya, lalu Shada menoleh lagi pada bis yang menurunkan mereka dan kini tengah berbenah untuk melanjutkan perjalanan setelah beristirahat beberapa lama.

“Tapi-Tapi, tapi kenapa?” Shada berlari menerjang Lengkara hingga ia berdiri dihadapan Lengkara. Mekera saling berhadapan.

“Gue cape, perjalanan kita masih jauh ke tempat tujuan jadi gue mau istirahat dulu di sini!”

Lengkara menjelaskan begitu datar, lantas tanpa basa-basi lagi Lengkara berjalan melewati Shada, kebetulan ada beberapa penumpang bis yang berhenti dan akan ikut menyewa tempat ini juga, jadi Lengkara tak mau kalah telak.

Shada sendiri kembali membuntuti Lengkara di belakang pemuda itu. Benar kiranya Lengkara mengantri menuju recepsionis.

“Sebenernya apa yang mau Lengkara lakuin?" lirih Shada memperhatikan pemuda itu yang nampak melakukan transaksi bersama recepsionis.

Di detik yang sama Lengkara menoleh, pemuda itu menatap Shada dan mengangguk kecil setelahnya. Entah apa yang tengah mereka bicarakan, selang beberapa lama Shada di sergah kembali.

“Ayo..”

Shada mengangguk, ia tidak banyak membantah dan bertanya mungkin karena cukup lelah dan jujur Shada masih bingung juga dengan semua maksud Lengkara. Keduanya berjalan pada satu lorong kecil yang tidak terlalu mewah tapi cukup rapih dan bersih untuk ukuran penginapan darurat.

Sampai Lengkara berhenti pada pintu bertuliskan delapan dari jumlah sepuluh pintu yang ada, Lengkara pun berbalik kearah Shada.

“Buat malam ini kita tidur disini!”

“Iya..”  Jawab Shada disertai Anggukan, gadis itu diam karena Lengkara sendiri belum beranjak apapun.

Sampai Lengkara merogoh kunci kamar dan membuka knop pintu

“Lengka kamar aku mana?”

Sungguh, tarikan tangan Lengkara seketika berhenti mendengar kalimat dari Shada. Pemuda itu berbalik dan berdehem kecil juga.

“Kamarnya cuma tinggal satu ini”

“Maksud kamu kita?”

Deheman kembali di keluarkan Lengkara, wajahnya mulai me-merah panas karena keadaan ini. “iya gak ada lagi kamarnya, jadi__”

Ucapan Lengkara terhenti ketika melihat Shada menunduk dan menyilangkan kedua tanganya di dada, memasang tampang innocent di buat-buat bak seorang gadis tak berdaya.

“Ck… gak usah lebay, geli tau!” Lengkara membalikan badan sepenuhnya menghadap Shada, membuat Shada menghentikan aksinya.

Shada menarik kedua sudut bibirnya begitu lebar “Jadi kita mau bermalam bersama?” ucapnya lagi menggoda.

“Hey gak usah berlebihan…”

“Heheh.. iya-iya, maksud aku tidur di kamar yang sama? Uh… yah ayok, aku gak takut dan gak masalah! aku bisa hendel itu tapi gak tau kamu!”

“Apaan Shada, jangan mancing dan mikir yang enggak-enggak!”

Shada kembali meringis, maksud ia memang ingin bercanda juga guna menghilangkan ketegangan Lengkara. “Oh.. aku gak mikir yang enggak-enggak kok, biasa aja tuh! Ketimbang tidur sama kamu doang apa susahnya!”

Shada masih bercerocos begitu yakin, sementara Lengkara mulai membuka pintu kamar dan masuk kedalam di ikuti Shada di belakangnya. Hanya dua pijakan Lengkara melangkah, pemuda itu kembali terdiam menghentikan langkahnya.

“Iman aku itu kuat, bermalam sama artis Varenzel aja aku sanggup_”

Shada diam ketika melihat keadaan kamar, begitupun Lengkara yang sudah mematung lebih dulu melihat apa yang tersuguh padanya. Kondisi kamar memang baik dan Nyaman juga, tapi yang jadi soalan keduanya yakni ranjang kecil berukuran kasur nomor dua itu benar-benar membuat keduanya serba salah.

Mereka bisa tidur hanya mungkin tak ada celah banyak bahkan dapat dibilang pas-pasan untuk tubuh mereka.

“Lengka…” cicit Shada memanggil, tapi lagi-lagi hanya deheman yang menjadi jawaban Lengkara.

“Gue ke air duluan!” ucap Lengkara tanpa menatap Shada sama sekali.

Shada mengangguk dan memejam setelahnya, jangan tanya seberapa degup jantung Shada yang mulai bergemuruh tak biasa di keadaannya sekarang. Shada sampai memegangi dadanya dan menarik nafas dalam-dalam.

“Kenapa malah gini?”

********

Saat Shada keluar dari kamar mandi hal pertama yang Shada lihat yakni Lengkara, pemuda itu tengah sibuk dengan ponsel ditangannya. Keduanya sudah cukup segar setalah membersihkan tubuh mereka.

Shada berjalan dengan rambut basahnya setelah keramas, membuat harum rungan menyeruak menuju indra penciuman Lengkara. Bohong jika keadaan keduanya tidak merasa canggun bahkan Shada yang notabene kerap mencairkan suasana kini hanya diam sembari melirik-lirik Lengkara dengan ekor matanya.

Lengkara pun bangkit dari ranjang “gue duluan!”

“Mau kemana?” tanya Shada membuat Lengkara mau tak mau kembali menghentikan langkahnya. “cari makan, lo kalo udah selesai nyusul aja!”

“Oh aku udah selesai__”

“Belum!” Tekan Lengkara dengan tatapan rumit. “sebaiknya lo keringin dulu rambut lo”

“Ah.. ini yah?” Shada mengusap tengkuknya kikuk, Lengkara mengangguk kecil dan kembali beranjak.

“Gue tunggu lo di luar!”

Hanya itu lantas Lengkara melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, membuat helaan nafas Shada terdengar meluruh. Shada tidak tau saja jika setelah keluar dari kamar Lengkara pun tak kalah menghela nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan suara gemetar.

Seakan Lengkara memang tengah menahan sesuatu sebelumnya!

Pada akhirnya Lengkara Dan Shada duduk disalah satu kafe kecil juga yang disediakan penginapan, waktu menunjukan pukul tujuh malam dan keduanya tengah menunggu makanan mereka diantarkan.

Di titik ini Shada tidak berhenti berdecak kagum manakala spot yang disuguhkan tempat dan penginapan disini benar-benar menarik atensi Shada. Saat siang Shada hanya bisa melihat rimbun pepohonan dan naik turunnya bukit sejauh mata memandang, tapi sekarang Shada bisa melihat bentangan lampu-lampu yang ada di bawah dan merujuk pada perkotaan.

Lampu-Lampu itu layaknya sebuah berlian yang ingin Shada genggam, ditambah hembusan angin malam yang lembut menyibakan rambut Shada, kendati dingin tapi udara yang Shada hirup terasa begitu segar.

“Lengka kita kesana yuk!” ajak Shada menunjuk space kosong yang digunakan orang-orang untuk berfoto.  Kiranya disana memang disediakan untuk berswafoto dan ada pegangan besi juga untuk membuat pengunjung aman.

Lengkara menoleh dan tanpa persetujuan darinya Shada pun beranjak berlari, mungkin karena memburu keadaan kosong sebelum orang-orang kembali berdatangan. Lengkara pun melangkah mengikuti Shada.

Gadis itu terlihat begitu bahagia dengan ponsel yang ia pegang untuk berselfie. Lengkara kembali diam memperhatikan Shada di jarak sekitar lima langkah mereka, kedua sudut bibir Lengkara tertarik samar melihat itu.

“Lengka sini!”

“Hmm..” geraman halus menjadi jawaban Lengkara.

“Ish,, ayo!” Shada berlari dan merangkul Lengkara “Ayo kita foto!” Ia mengacungkan kamera ponselnya, tak mengindahkan apapun Shada membidik beberapa foto dirinya bersama Lengkara.

Keduanya begitu dekat tanpa canggung seperti beberapa saat lalu, Lengkara sendiri mengikuti Shada dengan foto-foto yang berhasil Shada dapatkan, kendati ekspresi Lengkara tidak seceria itu tapi pahatan tampan wajahnya yang kalem malah membuat itu terlihat aestethic.

Shada tak berhenti tersenyum dan menunjukan hasil-hasil foto mereka pada Lengkara.

“Wajah kamu datar aja hasilnya sebagus ini, apalagi kalo kamu sambut kameranya!” Shada mendesis tapi kembali berdecak kagum dengan hasil fotonya.

“Lo suka?” tanya Lengkara menatap Shada di sisinya.

“suka, tapi apa kamu gak bisa senyum gitu?” Shada kembali menunduk, di detik yang sama Shada dibuat tersentak manakala pundaknya ditarik Lengkara untuk menempel dan berada dalam rangkulan Lengkara. Tak henti disana Lengkara juga menjajarkan tubuhnya dengan Shada.

“Kaya gini?” tanya Lengkara menarik kedua sudut bibirnya dan merengkuh lebih dekat hingga wajahnya dan wajah Shada hanya berjarak satu jengkal saja.

“I-Iya..”

CKREEK….

Kali ini ponsel Lengkara yang mengambil gambar, di detik setelahnya Lengkara kembali mengurai tubuhnya sementara Shada nampak masih menyesuaikan diri.

“Udah, ayo!”

Atensi Shada kembali terpecah ketika mendengar sergahan Lengkara, apalagi saat pemuda itu beranjak lebih dulu darinya.

“Lengkara…” cicit Shada dalam lirih panggilannya. Membuat langkah Lengkara kembali terhenti.

”Sebenernya kita mau kemana?” Shada kembali lagi bertanya pertanyaan yang sama. “apa maksud kamu sama semua ini?”

Lengkara belum beranjak apapun, ia memejam atas pertanyaan Shada, ada apa yang kiranya tengah Lengkara rencanakan?

“Nanti lo juga tau!”

“Aku gak bisa nanti dan gak mau nanti, apa maksud kamu? Lengka aku butuh kepastian!”

Kedua tangan Lengkara mengepal, di detik ini Lengkara berbalik dan menatap Shada selalu dengan tatapan rumitnya.

“Lo masih ingat kalo gue punya tiga permintaan?” Shada mengangguk “Anggap ini jadi permintaan pertama gue sama lo!”

“Buat apa?”

“Temenin gue dan bersamain gue beberapa hari ini!”

“Beberapa hari ini?” Ulang Shada dengan nada tanya, “Apa maksud kamu sama beberapa hari, apa kita_”

“Permintaan kedua!”

Sela Lengkara sukses mengatupkan bibir Shada dengan binar matanya yang berair.

“Permintaan kedua gue buat elo adalah jangan banyak pertanyaan dan turuti semuanya, ngerti!”

Shada menunduk, ia kembali tidak bisa berbuat dan melakukan apapun. Kendati Shada penasaran, kendati hati Shada sakit, ia seakan tidak diberikan pilihan.

“Itu permintaan ke dua dan buat permintaan ketiga lo bakal tau sebentar lagi!”

“Iya, baiklah…”

Lengkara menghela nafasnya sesaat, “sekarang ayo kita makan, lo pasti lapar bukan?”

Dan Shada hanya bisa mengangguk dengan menundukan wajahnya yang sudah berair. Begitu pun dengan Lengkara.

********

Shada merebahkan tubuhnya di ranjang sementara Lengkara entah pergi kemana, pemuda itu bilang ia ingin mencari angin dan menyuruh Shada untuk tidur lebih dahulu. Selang beberapa jam pintu kamar dibuka.

Benar Lengkara yang masuk dan hal pertama yang ia lihat yakni Shada yang tengah meringkuk diatas kasur. Lengkara tidak bersuara dan melakukan banyak pergerakan seolah ia tidak ingin mengganggu Shada tidur dan membangunkan gadis itu.

Lengkara bahkan tidak menyergah dan meminta hak tempat manakala posisi tubuh Shada seakan menguasai ranjang. Pemuda itu malah mengambil kursi dan menyimpan itu di sisi ranjang.

Lengkara diam mendudukan tubunya disana, menatapi Shada yang tertidur begitu pulas diranjangnya.

“Maaf…” lirih Lengkara berbisik

“Cuma itu yang bisa gue lakuin buat elo, Alexandria!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!