Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 4
Laya membawa mereka ke sebuah ruangan yang Mina tidak tahu ruangan apa itu. Sejak tadi matanya hanya sibuk menengok kiri-kanan dan tidak begitu memperhatikan Laya menerangkan. Bahkan sampai masuk keruangan direktur utama saja dia tidak sadar.
Nanti ketika pandangannya lurus ke depan dan tatapannya bertemu dengan sosok pria berwajah datar di depan sana, barulah gadis itu tersentak kaget. Refleks Mina mengganti posisinya dengan berdiri dibelakang Ester yang memang lebih tinggi darinya.
Sial. Ia berusaha keras supaya tidak ketahuan magang dikantor ini oleh kakak iparnya, tapi ia malah bertemu dengan pria itu dihari pertama dia magang. Cobaan apa lagi ini ya Tuhan.
Lelaki didepan sana tersenyum menyeringai menatap Mina. Setelah itu, wajahnya kembali datar saat Laya memperkenalkan dirinya pada anak-anak magang itu. Foster merasa bosan dengan sikap dua gadis lainnya selain adik iparnya. Mina punya posisi lain di hatinya, sementara dua gadis itu tidak ia kenal sama sekali. Tapi mereka berdua malah jelas sekali sedang mencari perhatiannya. Huh! Foster tidak suka dengan sikap palsu itu. Ia lebih tertarik dengan gadis lugu seperti Mina. Menurutnya menggemaskan.
"Selama perkenalan lingkungan, kalian akan diterangkan dengan peraturan-peraturan yang ada disini. Walau kalian hanya anak magang, peraturan ini tetap berlaku untuk kalian." pria itu mulai bersuara. Nada bicaranya terdengar tegas dan tidak bisa dibantah.
Mina mendengus pelan. Huh! Dasar pria jutek.
"Laya, kau sudah mengatur penempatan mereka?" pandangan Foster beralih ke Laya.
"Sudah pak, mereka semua saya tempatkan dibagian pemasaran." jawab Laya menunduk hormat.
"Sekarang bawa mereka ke sana." kata Foster kemudian.
"Baik pak." Mereka lalu mengikuti Laya keluar dari ruangan itu. Dari belakang, Foster tidak pernah melepaskan pandangannya dari Mina. Sudut bibirnya terangkat. Tunggu saja adik manis, aku akan segera membuatmu tergila-gila padaku. Gumam Foster dalam hati.
***
Baru hari pertama kerja, Mina sudah merasa capek. Bagaimana tidak, mereka benar-benar diperlakukan seenaknya oleh para karyawan tetap di perusahaan itu. Disuruh fotokopi, bikin kopi, atur inilah atur itulah, dan yang terakhir Mina dapat bagian disuruh keruang meeting dilantai empat untuk mengatur bahan meeting di sana.
Mina mengecek kembali peralatan pendukung meeting hari ini. Proyektor siap, sound system' sudah menyala, dan tata letak kursi sudah rapi. Tinggal melengkapi meja dengan botol air mineral dan bahan meeting.
Gadis itu menengok kebelakang. Nggak ada siapa-siapa diruangan itu. OB yang bertugas tadi sudah pergi. Jadi pekerjaan menata harus dia kerjakan sendiri. Ya ampun, kalau boleh berteriak ia akan berteriak sekarang kalau dirinta sudah capek dan ingin istirahat. Ingin pulang secepatnya. Kenapa orang-orang itu nggak pengertian sama sekali sih. Perusahaan apa ini? Katanya perusahaan besar dan pekerja-pekerjanya profesional, tapi malah memperlakukan anak magang seperti ini, dihari pertama mereka masuk.
Sesaat Mina berpikir, apa kakak iparnya tahu kalau beberapa karyawannya tidak becus bekerja? Apa dia laporkan saja? Tapi kan dirinya mau menghindari pria itu. Mengingat kejadian semalam ia masih sangat malu bertemu sih kakak ipar. Tindakan kak Foster semalam memang sudah termasuk melecehkannya tapi ia tidak bisa marah karena dirinya sendiri turut menikmati.
Dibanding marah, ia lebih malu karena bagian tubuhnya telah disentuh oleh pria lain yang notabenenya adalah kakak iparnya sendiri. Ya ampun, dirinya sama saja dengan Foster. Kalau kakak iparnya itu adalah pria brengsek, dia adalah perempuan murahan. Bagaimana bisa ia menikmati sentuhan dari suami kakak kandungnya sendiri?
Ditengah-tengah dirinya yang asyik melamun, Mina berjingkat ketika merasakan hembusan angin yang meniup-niup tengkuknya. Astaga! Siapa yang berdiri sedekat itu dibelakangnya? Berani sekali dia.
Mina menoleh sudah siap-siap memarahi orang yang bersikap kurang ajar dibelakangnya namun niatnya langsung terhenti ketika menyadari siapa yang tengah berdiri itu. Kak Foster ... Gumamnya dalam hati.
Pria tampan itu berdiri dengan jarak yang begitu dekat sampai-sampai Mina merasa sulit bernapas karena gugup. Ia mundur selangkah namun gerakan yang terlalu cepat membuatnya hampir terjungkal kebelakang. Kalau tidak cepat-cepat ditahan oleh kakak iparnya, ia yakin dirinya sudah terjatuh dengan sangat memalukan di lantai.
Tubuhnya bersentuhan dengan dada keras milik Foster membuat jantungnya berdebar-debar dan darahnya mengalir lebih cepat. Ingatan saat tangan pria itu yang merayap ke dalam tubuhnya dengan nakal hingga membuatnya mendapatkan pelepasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya kembali memenuhi pikirannya.
"Tidak usah gugup begitu. Aku tidak akan memakanmu." goda Foster menyeringai. Kemudian mendekatkan wajah ditelinga Mina dan berbisik pelan.
"Bukan gayaku menyentuh gadis yang aku inginkan ditempat umum begini." bisiknya sampai-sampai Mina merasa seluruh tubuhnya merinding. Ia menelan ludah lalu cepat-cepat melepaskan diri dari genggaman kakak iparnya dan berpura-pura sibuk mengatur-atur air mineral dan bahan meeting di atas meja ...
Mina terus merapalkan doanya di dalam hati. Ia berharap ruangan itu segera dipenuhi orang lain. Terlalu aneh kalau hanya berdua saja dengan pria yang berstatus sebagai kakak iparnya ini. Ia merasa risih karena Foster terus mengamatinya dengan tatapan meresahkan.
"Foster, baru kau sendiri? Yang lain kemana?" Mina memiringkan kepalanya ke kiri. Seorang wanita berpenampilan cukup seksi itu telah duduk di kursi sebelah Foster. Wajahnya tampak angkuh. Pantas saja dia tidak menganggap keberadaan Mina. Mungkin dia hanya menganggap Mina debu dalam ruangan itu. Mina tertawa jengkel dalam hati. Siapa wanita itu? Apa dia punya status tinggi di perusahaan ini? Dari sikap nggak sopannya sih, sepertinya iya.
"Oh ya, aku bertemu istrimu semalam, dia bersama laki-laki lain. Mereka keliatan sangat mesra. Kau mau lihat fotonya?"
Istri? Mina mempertajam pendengarannya. Wanita itu pasti membicarakan kakaknya. Ia pura-pura sibuk mengatur semua berkas di atas meja, namun telinganya fokus mendengar sih perempuan yang entah siapa namanya itu. Gadis itu tidak sadar Foster tengah mengamati tingkahnya. Pria itu berusaha menahan tawa. Tingkah kepo Mina menarik perhatiannya.
"Foster, kau dengar aku tidak sih?" wanita itu tidak senang saat mendapati Foster malah sibuk memperhatikan karyawan magang.
"Diamlah Dian, jangan ganggu kesenanganku,"
Oh ternyata nama wanita itu Dian. Dian jelas tidak suka dengan perkataan Foster. Ia langsung melemparkan tatapan penuh permusuhan ke Mina. Pasti ada sesuatu di antara mereka. Foster bahkan lebih memilih fokus menatap anak baru itu dibanding tertarik dengan berita yang dia ceritakan tentang istri dari lelaki tersebut. Sialan, Dian tidak terima. Ia sudah menandai anak baru itu.
Tak lama kemudian orang-orang yang akan mengikuti rapat mulai berdatangan. Dan Mina langsung bernafas lega.