Kimberly adalah seorang pengantin yang memasuki altar pernikahannya, namun terkejut di atas altar itu sudah ada adik angkatnya bersama calon suaminya yang telah bertukar cincin.
"Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dann,,, terpaksa hari ini kami,,," ucapan adik angkat Kimberly yang menggantikannya menikah, sungguh di luar dugaan!
Ternyata selama ini, semua orang telah menipunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Kembali untuk sebuah pembalasan dendam
Setelah pernikahan itu, semua orang pun berpisah, dan Kimberly langsung dibawa oleh suami barunya menuju sebuah kamar pengantin yang sebelumnya telah disiapkan.
Begitu masuk ke dalam kamar, Kimberly menghentikan langkahnya melihat kamar yang begitu luas tersebut dengan dekorasi khas kamar pengantin yang bertaburan bunga mawar.
Steven yang melihat Kimberly menghentikan langkahnya, ia tidak memaksa perempuan itu untuk melanjutkan langkahnya, Ia hanya berjalan ke arah ranjang melepaskan jasnya dan melemparkannya ke arah sofa.
Lalu pria itu duduk di tepi ranjang sambil menatap Kimberly.
Keduanya terdiam selama beberapa saat lamanya sampai akhirnya Kimberly berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.
Begitu duduk, Kimberly melihat di atas meja telah diletakkan buku nikah yang terdapat fotonya Bersama sang suami.
Dia tidak ingat pernah menandatangani dokumen itu, namun sekarang tanda tangannya benar-benar diletakkan di sana.
Beberapa saat terdiam memandangi buku nikah tersebut, Kimberly memaksakan bibirnya bergerak, "Aku,,,"
"Tidak perlu mengatakan apa-apa. Bukankah malam ini Kau perlu memikirkan apa yang terjadi hari ini? Aku hanya bisa berkata padamu bahwa aku tidak akan membiarkanmu terlukasetelah kau menjadi istriku, dan selamanya aku akan menjagamu dengan baik. Aku akan mandi dulu, kau bisa mengatakan segalanya besok pagi saja," ucap Steven sambil melangkah menuju kamar mandi.
Begitu Steven menghilang di balik pintu kamar mandi, Kimberly pun berdiri, berjalan ke arah balkon hotel dan melihat pemandangan di luar sana. Tampak begitu indah dengan malam bertabur bintang dipadukan dengan cahaya lampu dari gedung-gedung tinggi di sekitar mereka.
Sungguh malam yang sangat romantis dan hangat.
Tetapi alam semesta itu seolah mengejek Kimberly yang sedang berada dalam rasa frustasinya.
Beberapa saat kemudian, ponsel yang berada di tangan Kimberly bergetar sehingga dia melihat ponsel tersebut dan mendapati sebuah panggilan telepon yang berasal dari adiknya.
Kimberly menatap panggilan telepon itu, cukup lama sebelum Dia memutuskan untuk mengangkatnya.
"Ah,, ah,, ah,,, kak Ramon,, ah,,"
Suara erotis Berlian dari seberang telepon langsung terdengar saat panggilan telepon itu terhubung.
Seketika seluruh tubuh Kimberly menjadi gemetar, bahkan tangannya yang memegang ponsel ikut gemetar berusaha menekan tombol merah yang ada pada layar ponselnya.
Namun karena saking paniknya, ponsel tersebut malah terjatuh ke lantai dan entah bagaimana panggilan telepon itu masuk yang ada speaker membuat suaranya seketika memenuhi seluruh tempat itu.
Suara yang cukup keras dari speaker ponsel itu membuat Kimberly menggelengkan kepalanya sambil menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangan.
Dia benar-benar gila mendengarnya, "hentikan,, hentikan,,," air mata Kimberly berderai turun di pipinya, membuat seorang pria yang lupa membawa handuk ke dalam kamar mandi pun langsung mendengarnya dan segera berlari ke arah balkon.
Begitu tiba di balkon, dia pun bisa mendengar apa yang terjadi di sana hingga dia dengan cepat meraih ponsel milik Kimberly yang terjatuh di lantai dan menekan tombol merah di sana.
Setelahnya, Steven berlari menghampiri Kimberly yang telah meringkuk di sudut balkon dan memeluk perempuan itu dengan erat.
Hikss,, hiks,, hiks,,,
Kimberly menangis tersedu-sedu dalam pelukan Steven, tangannya mencengkram tubuh Steven dengan keras sampai jari-jarinya yang berwarna merah langsung berubah menjadi pucat.
Steven bisa mengetahui bagaimana kesedihan perempuan itu, sehingga dia mengangkat Kimberly dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Sepanjang malam, tugas pria yang baru saja menikah itu ialah menghibur istri barunya yang sedang memikirkan penghianatan mantan calon suami dan adiknya.
Sampai larut malam, akhirnya Kimberly dicuri oleh kantuknya sehingga Steven membaringkan perempuan itu di ranjang dan menyelimutinya.
Setelah itu, Steven mengambil kembali ponsel milik Kimberly dan melihat catatan panggilan masuk yang tersimpan di ponsel itu.
Matanya seketika menjadi gelap sebelum meletakkan kembali ponsel tersebut dan berjalan ke arah balkon, menyalakan sebatang rokok dan berdiri dengan pikiran yang rumit.
...
...
Pada keesokan harinya ketika Kimberly terbangun, hari sudah begitu siang, dan dia merasakan matanya bengkak, bahkan berkedip saja terasa sakit.
Begitu mengelilingkan pandangannya, ia melihat seorang pria yang sedang terlelap di sofa tunggal, tampaknya telah terjaga sepanjang malam.
Steven yang tertidur di Sofa tunggal yang berada di samping ranjang pun menyadari pandangan yang diarahkan padanya sehingga dia membuka matanya dan melihat perempuan di atas tempat tidur yang tampak begitu buruk.
"Aku akan memberimu dua pilihan, tetap tinggal di dalam negeri dan melakukan apa yang kau inginkan atau kita bisa melakukan mutasi ke luar negeri untuk menenangkan dirimu terlebih dahulu sebelum kembali ke mari. Mungkin beberapa tahun saja cukup," ucap sang pria membuat Kimberly terbengong.
Dia mengolah kata-kata pria di hadapannya sebelum akhirnya memilih pilihan kedua.
"Aku tidak bisa tinggal di sini, aku akan mengikutimu ke luar negeri," ucap Kimberly dengan menahan air matanya di kelopak mata.
Dia perlu suatu tempat untuk menenangkan diri.
"Baiklah, aku akan mengaturnya," ucap Steven.
"Bisakah kau juga mengatur supaya tidak ada yang mengetahui kepergianku ke luar negeri?" Tanya Kimberly.
"Apapun yang diinginkan istriku," kata Steven sambil berdiri lalu segera mengambil ponselnya yang diletakkan di atas meja dan menelpon asistennya untuk mengatur semuanya.
Kimberly duduk mendengarkan percakapan sang suami dengan orang di seberang telepon, dan entah kenapa suatu tempat yang kosong di hatinya tiba-tiba saja mulai terisi.
...
...
Tiga tahun kemudian.
Cekrek cekrek cekrek..
Berlian berdiri di depan kamera, mengambil berbagai pose untuk mengiklankan sebuah produk kecantikan.
Berbagai gaya telah diberikan oleh perempuan itu membuat sang fotografer merasa begitu puas.
Setelah selesai pemotretan, Berlian langsung dihampiri oleh sang suami yang telah menyiapkan mantel dan mengenakannya pada sang istri.
"Terima kasih semuanya," Berlian berterima kasih pada semua orang.
"Kau sudah bekerja keras, istirahatlah," ucap sang fotografer dijawab anggukan sopan Berlian sehingga dia pun mengikuti suaminya yang menuntunnya menuju sebuah ruangan untuk istirahat.
"Sungguh pasangan yang romantis sekali."
"Mereka benar-benar harmonis. Semoga aku mendapatkan suami seperti Ramon dan rumah tanggaku bisa seharmonis rumah tangga mereka berdua."
"Suaminya seorang CEO dari perusahaan besar, dan istrinya seorang model terkenal dari keluarga terpandang, benar-benar serasi!"
Seperti biasa, orang-orang selalu mengagumi bagaimana interaksi sepasang suami istri tersebut.
Sementara di dalam ruang istirahat, Ramon menarikkan kursi untuk Berlian lalu Berlian duduk di kursi itu sambil menatap Ramon, "pertemuan hari ini dengan pihak World cooperation, Bisakah kau menemaniku? Aku sedikit gugup untuk bertemu perwakilan mereka. Bagaimanapun, ini adalah kerjasama yang sangat besar dan ini akan menjadi sebuah langkah yang membantuku untuk meraih sebuah masa depan yang menjadi impianku selama ini," ucap Berlian menatap suaminya dengan mata berbinar-binar.
"Baiklah, apapun untuk istriku," ucap Ramon membuat Berlian sangat senang, perempuan itu mengukir sebuah senyuman indah yang murni di wajahnya membuat Ramon semakin terpukau dengan keanggunan istrinya.
Pria itu tidak tahan untuk mengulurkan tangannya ke belakang kepala Berlian dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir istrinya.
Sang Manager yang melihat itu pun langsung keluar dari ruangan, ini sudah biasa terjadi dan di saat-saat seperti itu biasanya sepasang suami istri itu akan menghabiskan waktu mereka selama kurang lebih setengah jam untuk bermesraan.
Setelah meninggalkan tempat pemotretan, maka sepasang suami istri itu langsung pergi ke World Cooperation untuk penandatanganan kontrak kerjasama.
Sementara di sisi lain di perusahaan World cooperation, saat ini semua orang baru saja menyambut Kimberly yang baru saja kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu
"Akhirnya kau kembali, aku sudah sangat merindukanmu!"
"Kimberly, wakil direktur kita kembali!"
"Selamat datang kembali Kimberly, Ayo kita bekerja sama lagi dan membuat sebuah sejarah di perusahaan ini!"
Rekan-rekan kerja Kimberly menyambut kedatangan Kimberly.
Tampak Kimberly menjadi lebih dewasa dan lebih tenang dari 3 tahun yang lalu. Perjalanannya di luar negeri selama 3 tahun tampaknya telah membuat perempuan itu mengalami begitu banyak perubahan.
"Terima kasih semuanya," Kimberly menerima beberapa bunga yang merupakan bentuk sambutan dari orang-orang di departemennya.
Setelah berpisah dengan semua orang, Kimberly memasuki ruangannya, Ini adalah ruangan baru yang diberikan padanya setelah kembali ke dalam negeri.
Perempuan itu duduk di sofa ditemani asistennya yang mengikutinya dari luar negeri.
Sang asisten duduk di depan Kimberly sambil berkata, "Aku tahu kau mungkin tidak menyukai berita ini, tapi kau mungkin harus mengetahui bahwa adikmu yang bernama Berlian itu, hari ini, mungkin satu jam lagi akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan kita yang akan menjadikannya sebagai salah satu duta World Coperation . Sebenarnya dengan posisimu saat ini, kau bisa membatalkan kerjasama itu,, atau aku bisa mengatur agar kau yang menemuinya untuk penandatanganan kontrak kerjasama itu."
Kimberly tersenyum, senyumnya tampak dingin, setelah bertahun-tahun akhirnya dia kembali ke tempat ini, dan tidak ada di dalam hatinya untuk kembali memulai sesuatu yang tenang di ibukota, namun dia kembali dengan sesuatu yang besar yang akan ia persiapkan untuk membalaskan rasa sakit hatinya 3 tahun yang lalu dibohongi oleh seluruh keluarganya dan termasuk mantan calon suaminya.
"Kalau begitu aturlah supaya aku ikut dalam rapat penandatanganan kontrak kerjasama itu. Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kehidupan baiknya selama 3 tahun ini," ucap Kimberly.
"Tentu saja, aku akan mengaturnya untukmu," sang asisten langsung berdiri dan keluar dari ruangan Kimberly.
Tampaknya asisten itu lebih menggebu-gebu untuk membalaskan dendam Kimberly daripada atasannya sendiri.
tidak tegaan tapi ngrebut calon suami kakak nya
pemikiran yang aneh
sampai anak kandung pun ga ada arti nya sama sekali....
kalahkan rasa trauma itu...
kamu harus bahagia..