Seorang wanita desa bernama Kirana Naraya akan dinikah dengan pria tua kaya yang punya istri 4, untuk membayar hutang orang tua nya. Kirana kabur ke kekota dan bekerja sebagai pelayan pria yang anti dengan wanita. bagaimana Kirana akan menjalani kehidupan nya,
nantikan kisah nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WAHILDA YANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27. BMS
Setelah Bastian pamit ke ruangan nya. kemudian Barra kembali ke meja kerja nya.
"kau bereskan meja kerjaku" Barra menatap Kirana dan segera membereskan mejanya padahal meja itu tidak berantakan tapi Kirana tetap membereskannya. Kirana hanya menurut saja tanpa protes dari pada bonusnya dipotong.
dari samping Barra terus memperhatikan tubuh kirana, ia merasa bingung kenapa tubuh pria ini terlihat seksi di matanya. Barra terus menggelengkan kepalanya. tidak mungkin ia menyukai pria tapi di dalam hatinya ia sangat tertarik dengan Kirana. pikiran nya membuat ia menjadi gila. karena tidak bisa berdekatan dengan wanita apakah ia harus menjalani hubungan dengan pria? hatinya terus bergejolak.
tak sengaja Kirana menyenggol gelas air minum yang ada di meja Barra dan air nya tumpah mengenai lengan kirana.untung tidak ada dokumen penting disana. dengan cepat Barra mengambil tisu dan langsung membersihkan lengan Kirana.
Barra mengerutkan dahinya saat warna kulit Kirana berubah menjadi putih bersih setelah di bersihkan dan tissu yang berada ditangan Barra menjadi hitam.
"maaf tuan" Kirana akan pergi dari ruangan itu tapi kembali ditahan oleh Barra
"Kau mau ke mana?" Barra terus menatap Kirana, membuat jantung Kirana berdegup kencang, ia berpikir pasti ia sudah ketahuan.
Barra berdiri kemudian menarik tangan Kirana dan membawanya ke arah kamar mandi yang ada di dalam ruang pribadinya.
"tu.. tuan" Kirana tambah ketakutan apa yang akan dilakukan tuannya apakah Barra akan membunuhnya di sini.
Barra menyalakan air di kran wastafel dan membersihkan lengan Kirana. terlihat warna asli kulitnya putih dan bersih. Kirana hanya memperhatikan Barra yang sedang membersihkan lengan nya. ia tidak berani berkata apapun.
"Kenapa kamu membuat dirimu hitam? apa yang kau sembunyikan dariku?" Barra terus memandang Kirana .
"tidak Tuan" Kirana bingung mau menjawab apa, kemudian ia berjongkok dan menangkup kedua tangannya di depan dada.
"maafkan saya tuan, tolong jangan pecat saya, saya sengaja melakukan ini karena saya sedang dikejar orang suruhan orang tuaku yang ada di kampung. mereka punya banyak hutang, makanya saya menyamar begini" kirana mengiba agar Barra tidak memecatnya.
"bersihkan dirimu" Barra meninggalkan Kirana di dalam kamar mandi sendiri.
"huhh,,, Untung saja si belalai gajah itu tidak marah" ucap Kirana sambil mengelus dada nya.
Kirana segera membersihkan kulitnya, kemudian keluar dari kamar mandi yang ada di ruangan pribadi Barra. terlihat Bima sedang duduk di sofa.
"hai Kiran" Bima menatap kirana kemudian menatap Barra. terlihat ada yang aneh.
"sedang apa kau di sana? ayo sini duduk di dekatku" ucap Bima
Kirana berjalan ke arah Bima tapi Barra langsung menarik tangan nya.
"kau di sini saja" Barra menyuruh Kirana untuk berdiri di sampingnya.
Bima mengerikan dahinya, apa Barra sudah tahu tentang Kirana yang seorang perempuan. Bima bertanya pada Kirana melalui kode mata. dasar Kirana yang lemot, ia tidak mengerti apa yang dibicarakan Bima. Kirana hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu.
"ada apa kau kemari?" tanya Barra memandang Bima yang sedang melihat Kirana. Barra pikir kalau Bima juga menyukai Kirana, ia harus menghalangi itu.
"oh aku hanya bosan saja, jadi aku ke sini. kau tahu kan di sana Aku selalu sibuk tapi di sini apa yang harus ku kerjakan? karen ada Kiran di sini, aku akan mengajaknya keluar sebentar" Bima menaik turunkan alisnya sambil tersenyum ke arah Kirana.
"tidak" Barra memegang tangan Kirana.
"Kirana pelayan ku, jadi dia harus tetap disini bersamaku" ucap Barra. Kirana yang risih tangannya dipegang berusaha untuk melepaskannya tapi malah mendapatkan tatapan tajam dari tuannya.
"kau pelit sekali Barra, ayolah aku tidak punya kerjaan di apartemen, ya kirain? aku akan membayarmu lagi" ucapan Bima membuat Kirana tersenyum senang tapi senyuman itu hilang ketika kirana mengingat sesuatu.
"tapi tuan,yang kemarin saja belum dibayar"ucapan Kirana membuat Bima tertawa.
"benar juga aku belum membayarmu, baiklah Ayo ikut aku kita ambil uang" Kirana melepaskan pegangan tangan Barra, karena kekuatan Kirana yang berlebih. Barra sampai terdorong ke belakang, untung posisinya sedang duduk kalau berdiri mungkin Barra bisa terjungkal dalam posisi yang tidak siap.
Bima hanya tersenyum melihat Kirana yang mata duitan.
saat mereka akan keluar dari ruangan tiba-tiba Bastian masuk ke dalam dan melapor pada Tuannya.
"Tuan ada perwakilan dari perusahaan PT. jaya makmur mereka sudah datang" ucap Bastian , ia tidak tahu kalau ada seorang perempuan yang mengikuti nya dari belakang.
Bastian menoleh terlihat Angel berjalan bersama asisten nya dan langsung masuk ke ruangan Barra.
"tuan Barra" ucap Angel.
melihat itu Barra langsung menuju kamar mandi memuntahkan isi perut nya. makanan yang ia makan tadi kini keluar semuanya.
semua yang ada di sana memandang heran Barra kecuali Bastian dan Bima yang sudah hafal dengan penyakit temannya itu.
Angel sampai mencium tubuhnya sendiri, padahal Ia sudah memakai parfum yang banyak tapi kenapa Barra muntah saat berdekatan dengannya. bahkan ini yang kedua kali nya.
sebenarnya Bastian menyuruh Angel untuk menunggu. tapi ia malah mengikuti Bastian menuju ruangan Barra.
"bas urus tuanmu, biar aku yang mengurus ini" ucap Bima menyuruh Bastian membantu barra di kamar mandi tapi Kirana segera bersuara.
"biar aku saja" ucap Kirana langsung berjalan menuju kamar mandi.
di dalam sana terlihat bara bersandar lemas di depan wastafel dia terus muntah tanpa henti. tapi saat Kirana mendekat barulah Barra berhenti muntah.
"Tuan" Kirana memberikan tisu untuk membersihkan mulut Barra.
Barra yang sudah lemas hanya memandang diam tissu itu. Kirana berinisiatif mengelap mulut Barra.
saat Kirana mendekat tercium aroma tubuh Kirana yang membuat Barra tenang. entah sadar atau tidak Barra langsung memeluk Kirana, merasakan aroma tubuhnya. Kirana yang terkejut hampir saja melempar tubuh Barra kesamping.
"Kiran, sebentar saja" ucap Barra saat berada di pelukan Kirana.
Kirana tidak menjawab, Dia hanya berdiri diam di pelukan Barra. setelah hampir 10 menit akhirnya tubuh Barra kembali segar.
"terima kasih" Barra langsung keluar kamar mandi tanpa memandang Kirana.
Kirana yang ditinggal pun ikut menyusul tuannya.
"Kenapa kalian lama sekali di dalam?" tanya Bima yang melihat Barra sudah tidak apa-apa, biasanya Barra tidak berhenti muntah dan tubuhnya terasa lemas. pernah Barra sampai masuk rumah sakit karena tubuh nya kekurangan cairan.
barra tidak menjawab ia malah bertanya pada bima.
"dimana Bastian?" Barra melihat Bastian dan wanita tadi tidak ada di ruangan nya.
"Bastian sudah mengurusnya tenang saja" ucap Bima kemudian memandang Kirana.
"Ayo Kiran " bima memandang Kirana. dan Kirana memandang lengannya yang dipegang Barra.
"biarkan dia di sini bersamaku" ucap Barra dengan wajah serius.
Bima akhirnya mengalah, ia tahu pasti ada sesuatu dengan Barra.
"baiklah lain kali saja kita pergi" Bima keluar ruangan ternyata di depan ruangan sudah ada Bastian yang akan masuk.
"aku pulang dulu Bima menepuk pundak Bastian dan segera pergi dari sana" Bima tahu Bastian sedang tidak aman. ia sudah hafal dengan watak sahabat nya itu.
Bastian masuk ke ruangan tuanya dan segera menundukkan kepalanya "maafkan atas kelalaian saya tuan, anda bisa menghukum saya" ucap Bastian.
"ya, kau memang harus dihukum" Barra berjalan mendekati Bastian.
bugh..