Suatu hari, aku memutuskan untuk melakukan healing sendirian menuju kepedesan nenek ku. Diperjalanan Bus kami mengalami kecelakaan dan yah tiba-tiba saja aku terbangun di hutan belantara...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jamag, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rapat untuk dapat uang!
Kami mengadakan rapat saat malam, seusai makan. Tentu saja, rapat itu di adakan di meja makan dan yah tak masalah Fathic ikut dalam rapat itu.
"Hmmm, jadi apa yang kau pelajari Amirelys? Apa kau sudah dapat ide? Aku menyuruhmu bersama si Rachel untuk menghasilkan ide dan kemudian tentu saja uang... " Ujarku dengan tapak tangan yang ku angkat tinggi.
Dia mengangguk.
"Tentu saja, Suamiku tercinta... Aku sudah mendapatkan ide... "
Dia Iris menatap dengan wajah cemberut si Amirelys.
"Hmpppp... "
Aku merasa Iris mulai risih dengan panggilan Suami dari Amirelys untukku.
Tapi, dari pada itu...
"Katakan Amirelys... "
Dia membuka buku catatan serupa milik Iris. Yah, itu membuat Iris melotot.
"Tuan! Kenapa Amirelys bisa punya yang mirip seperti ku? "
Aku mengangkat alis dan menatap Iris dengan wajah heran.
"Kau bilang kenapa? Bukannya, dia perlu itu untuk mencatat data yang akan dia kumpulkan... "
"Kupikir ini barang special untukku... " Ujarnya sedih.
Aku menjadi tak enak dengan Iris dan memasang wajah keruh.
"Untuk hal special gimana ya? Ini perlu, untuknya mencatat... Jadi Iris tak usah merasa cemas karna Iris sendiri adalah hal paling special... Untukku... "
Dia meleleh seketika.
"Baik... Aku paham... "
Amirelys menatapku.
"Apa bisa aku lanjut kan? "
Aku mengangguk.
Lalu, Iris berlari kearahku dan memelukku. Aku dengan sigap menopangnya duduk dipangkuan.
"Bwekkk! " Ujar Iris menjulurkan lidahnya saat dia menggerakan tangan ku memeluk dirinya.
Itu membuat Amirelys sedikit jengkel.
"Cih, gadis kecil yang tak tahu diri... " Ujarnya dihati.
Dia kemudian mengela nafas nya untuk mengatur emosi dan lanjut bicara menatap ke Buku itu.
"Pertama, perkembangan membaca cukup signifikan terhadap beberapa orang yang mungkin terbilang memang sangat cerdas... Ada juga orang yang belum bisa menghapal huruf... Jangan membaca, menulis saja mereka tak tahu caranya... "
Dia lalu mengangkat jari telunjuknya.
"Karna itu, saya sudah menyusun rencana... Yaitu, menjual alat tulis dan buku... Kemudian, menjual media untuk menghapal seperti kertas yang dibuat dengan cantik berisi huruf dan angka... "
Aku memegang daguku.
"Kita bisa menciptakan sistem guru dan murid... Tapi, untuk mereka yang sudah bisa membaca dan menulis dalam sehari... Itu sangat hebat, apa benar itu memang hanya karna mereka sangat pintar? "
Rachel mengangkat tangannya.
"Sebetulnya, itu karna saya Tuan... "
Aku menatap heran kearah nya.
"Maksudnya gimana Rachel? Kenapa kau bisa membuat mereka secerdas itu? Apa karna sihir? "
Dia mengangguk.
"Benar, itu karna sihir... Saya, adalah mahluk legenda... Bagi mahluk seperti mereka, cukup berada di dekat saya kepintaran bakalan meningkat... "
Aku tersenyum dengan lebar.
"Kita bisa gunakan itu! Akan kubangun sebuah sekolah! "
Amirelys tertawa nakal dengan tapak tangan menggesek.
"Kita bangun dengan bantuan warga desa atas perintah Lord, lalu kita minta bayaran bulanan untuk menggaji para guru dan juga untuk pembangunan sekolah... Lalu, kita jual alat tulis dan buku pelajaran ... Banyak sekali uang disini dan disini bukan kah itu ide luar biasa? "
Aku menjadi tersenyum lebar.
"Senang kau paham, tapi bukan hanya itu yang kita incar... Kita juga akan mengeruk uang dari Raja Arthur... Dengan bantuan Lord, aku akan meminta nya mengirim kan uang ke desa ini mau atau tidak dia pasti akan melakukan nya... "
Kami berdua tertawa dengan wajah menyeramkan.
"Mwehehehe... " Ujar kami berdua tertawa serempak meski jarak nya bersebrangan terpisah oleh meja.
Iris melihat aku yang senang jadi menunjukkan ekspresi sedih.
"Bagaimana bisa Amirelys mengalahkan ku dengan membuat Tuan sangat senang... Tak bisa dibiarkan! " Kemudian bersemangat untuk pembalasan, Iris.
Fathic hanya bisa tertawa tak enak.
"Aku tak mau ikut campur deh, kalo desa hancur aku tak peduli sih... " Ujarnya di hati.