NovelToon NovelToon
Blokeng

Blokeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy
Popularitas:591
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Blokeng adalah seorang pemuda berusia 23 tahun dengan penampilan yang garang dan sikap keras. Dikenal sebagai preman di lingkungannya, ia sering terlibat dalam berbagai masalah dan konflik. Meskipun hidup dalam kondisi miskin, Blokeng berusaha keras untuk menunjukkan citra sebagai sosok kaya dengan berpakaian mahal dan bersikap percaya diri. Namun, di balik topengnya yang sombong, terdapat hati yang lembut, terutama saat berhadapan dengan perempuan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Kangen, Lalu Pergi ke Alfamart Lagi

Setelah melalui berbagai kejadian yang penuh warna dan sedikit memalukan, Blokeng mulai merindukan momen-momen lucu bersama teman-temannya. Hari itu, saat matahari mulai terbenam, dia merasakan kerinduan yang mendalam untuk kembali ke Alfamart—tempat di mana semua kehebohan itu bermula.

“Gue rasa, Alfamart itu udah jadi bagian dari hidup gue,” ujarnya sambil menyiapkan diri untuk pergi. Dia mengenakan kaos favoritnya dan celana jeans yang sedikit robek di lutut. Kesan preman yang selalu melekat membuatnya merasa percaya diri.

“Gue butuh rokok dan cemilan,” katanya pada diri sendiri. Dengan bergegas, dia berjalan menuju Alfamart, berharap menemukan teman-temannya di sana.

Sesampainya di Alfamart, Blokeng langsung disambut dengan aroma yang familiar—makanan ringan, minuman dingin, dan suara deru kasir yang tak henti-hentinya. Dia melangkah masuk dengan semangat dan segera mencari-cari barang yang dia butuhkan. Namun, di dalam hatinya, dia berharap bisa bertemu dengan Lina, si pemandu lagu yang sempat membuatnya terpesona, meskipun pertemuan pertama mereka tidak terlalu baik.

Blokeng mulai menjelajahi rak-rak sambil mengingat kembali momen-momen konyol yang pernah terjadi di tempat ini. “Kapan lagi bisa tertawa seperti itu?” pikirnya. Sambil mengambil beberapa bungkus rokok Djarum Coklat Ekstra, dia melirik sekeliling, berharap bisa menemukan Lina.

“Eh, Blokeng!” suara Ardi tiba-tiba memanggilnya dari belakang. Blokeng menoleh dan melihat Ardi bersama beberapa temannya.

“Lagi nyari apa, Blok?” tanya Ardi sambil tertawa, mengingat kejadian konyol sebelumnya.

“Ya biasa, nyari rokok dan snack,” jawab Blokeng sambil berusaha menahan senyumnya. “Kamu di sini juga?”

“Ya, lagi mau beli makanan buat nonton bola malam ini,” jawab Ardi. “Eh, kamu kangen sama Alfamart ya?”

Blokeng hanya mengangguk, merasa sedikit malu. “Iya, banyak kenangan lucu di sini. Siapa tahu ada yang menarik lagi,” jawabnya dengan nada bercanda.

Setelah beberapa saat berbincang-bincang, Blokeng memutuskan untuk menuju ke bagian makanan ringan. Saat melihat berbagai pilihan, matanya tertuju pada keripik pedas favoritnya. Ia pun mengambil beberapa bungkus.

Di saat yang sama, dia mendengar suara yang membuat jantungnya berdegup kencang. Suara itu, tidak lain adalah Lina, yang sedang melayani pelanggan di kasir. Blokeng merasa berdebar-debar, apakah dia harus menghampiri Lina atau tidak.

“Mumpung ada kesempatan,” pikirnya, lalu ia melangkah ke arah kasir. “Eh, Lina!” sapanya, berusaha terlihat santai meski hatinya berdebar.

Lina menatapnya, dan wajahnya tampak agak terkejut. “Oh, kamu! Blokeng, kan?” jawabnya sambil tersenyum kecil. “Kau datang lagi ke sini?”

“Ya, kangen sama suasana di sini dan… sama kamu juga,” ucap Blokeng jujur, meskipun sedikit kikuk.

Lina tertawa, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Kangen? Sejak kapan?”

“Sejak terakhir kali kita ketemu, haha,” Blokeng menjawab sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Dia merasa aneh, tapi juga menyenangkan bisa berbicara dengan Lina.

“Ngomong-ngomong, kamu jadi pemandu lagu lagi?” tanya Blokeng, berusaha membuat percakapan mengalir.

“Iya, aku masih kerja di tempat karaoke. Kerja sambil menikmati hidup,” jawab Lina dengan senyuman yang manis.

Mendengar jawaban itu, Blokeng merasa ada rasa tertarik yang semakin mendalam. “Kapan-kapan aku mau nonton kamu nyanyi,” ucapnya dengan semangat. “Mungkin kita bisa pergi bareng lagi?”

“Boleh juga,” jawab Lina, terlihat lebih santai sekarang. “Tapi, kamu harus janji tidak mengintip lagi di toilet!”

Mendengar itu, Blokeng tidak bisa menahan tawanya. “Ya, ya, janji! Cuma sekali itu kok.”

Percakapan mereka berlangsung cukup hangat. Tak lama setelah itu, Ardi dan teman-teman yang lain datang menghampiri mereka.

“Eh, ada Lina! Apakah Blokeng sudah menceritakan insiden di toilet?” Ardi menggoda.

Blokeng merona dan memandang Ardi dengan mata melotot. “Awas lo!” ucapnya, mencoba menutup mulut Ardi agar tidak melanjutkan.

Lina tertawa mendengar celotehan mereka, membuat suasana menjadi lebih ceria.

“Jadi, kalian mau beli apa?” tanya Lina kepada teman-teman Blokeng. “Aku bisa bantu kasih diskon!”

“Wah, terima kasih, Lina!” mereka semua berteriak senang. Momen itu semakin menghangatkan pertemanan mereka.

Setelah beberapa menit bercanda dan mengobrol, Blokeng pun menyudahi pembicaraannya. “Oke, aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi, Lina! Semoga bisa ketemu lagi di karaoke.”

Lina melambai, “Sampai jumpa, Blokeng! Jangan sampai kehilangan dompet lagi, ya!”

Blokeng pun tertawa, merasakan kekonyolan yang ada di antara mereka. Dalam hatinya, dia merasa bahagia bisa berkunjung ke Alfamart lagi, tidak hanya untuk berbelanja, tetapi juga untuk bertemu dengan Lina dan merasakan kehangatan pertemanan.

Hari itu, dia pulang dengan senyuman dan harapan baru untuk bisa lebih dekat dengan Lina. Dengan langkah ringan, dia melangkah pulang, mengingat setiap detik yang telah berlalu dan menantikan petualangan selanjutnya.

Setelah perbincangan hangat dengan Lina, Blokeng merasakan sesuatu yang berbeda. Rasa canggung yang sempat menghalanginya kini berganti menjadi keinginan untuk lebih mendekat. Tak ingin menyia-nyiakan momen, dia pun mengumpulkan keberanian.

Ketika melihat Lina sedang melayani pelanggan lain, Blokeng tidak bisa menahan diri. Dia memutuskan untuk melangkah lebih dekat ke arah kasir. Dengan senyum lebar, dia menghampiri Lina yang sedang menghitung uang di kasir.

“Lina,” panggilnya, menyempatkan diri untuk berdiri di depan kasir. “Mau dong, kasih aku diskon khusus untuk pelanggan setia?”

Lina menatap Blokeng dengan senyum lebar, meski sedikit meragukan. “Diskon khusus? Untuk apa? Kamu kan hanya beli rokok dan keripik!” katanya sambil tertawa.

“Ah, come on! Ini kan demi persahabatan kita!” Blokeng mencoba berkelakar, sambil membuat ekspresi yang menggemaskan.

Lina hanya menggelengkan kepala, tapi senyumnya tak kunjung pudar. Di saat itulah, Blokeng merasakan dorongan untuk bertindak lebih berani. Tanpa pikir panjang, dia mengambil langkah maju dan mencium pipi Lina dengan cepat.

“Cip!” Blokeng mencipok pipi Lina, membuat suasana seketika hening. Lina terkejut, matanya membelalak.

“Eh! Kenapa kamu melakukan itu?” tanya Lina sambil berusaha menahan tawanya, wajahnya memerah.

Blokeng pun langsung merasakan malu yang mendalam. “Maaf, maaf! Aku hanya… eh, itu bukan maksudku untuk membuatmu kaget. Aku hanya ingin menunjukkan betapa senangnya aku bisa ketemu kamu lagi!” jawabnya gugup.

Lina tidak bisa menahan tawanya yang mulai pecah. “Dasar Blokeng! Kamu ini selalu saja bikin konyol,” katanya sambil menatap Blokeng dengan tatapan campur aduk antara marah dan lucu.

“Jangan marah, dong. Anggap saja itu tanda persahabatan!” Blokeng berusaha membela diri, meski dalam hatinya dia merasa berdebar. Momen ini benar-benar di luar dugaan.

Sementara itu, pelanggan yang ada di belakang Blokeng mulai tertawa, ikut menikmati drama kecil yang terjadi di depan kasir. Suasana di Alfamart seakan menjadi lebih hidup.

“Yaudah deh, aku kasih diskon 10% buat kamu,” ucap Lina akhirnya sambil menyunggingkan senyumnya. “Tapi, hanya untuk hari ini, ya!”

Blokeng merasa sangat senang. “Deal! Aku akan kembali lagi untuk meminta diskon ini!” katanya sambil melambai dengan ceria. “Terima kasih, Lina!”

“Jangan terlalu percaya diri, ya! Mungkin besok aku sudah tidak kerja di sini,” Lina menggoda, namun dalam hatinya dia merasa senang dengan perhatian Blokeng.

Setelah mengobrol sebentar lagi, Blokeng pun pergi dengan membawa belanjaan dan senyum di wajahnya. Dia merasa sangat beruntung bisa mengenal Lina lebih dekat. Selama perjalanan pulang, dia tidak bisa menahan diri untuk memikirkan betapa menyenangkannya momen itu.

“Lina, si kasir cantik yang selalu menghiburku,” gumamnya. “Mungkin, ini saatnya aku berani untuk lebih mendekat.”

Sesampainya di rumah, Blokeng merefleksikan pertemuan mereka. Meskipun banyak momen konyol dan mengejutkan yang terjadi, dia merasakan sesuatu yang lebih dalam. Dia ingin melihat Lina lagi, bukan hanya sebagai teman, tetapi mungkin lebih dari itu.

“Besok aku harus ke sana lagi,” pikir Blokeng sambil mengemas barang-barangnya. “Aku tidak bisa membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja.”

Dia pun tersenyum, memikirkan rencananya untuk kembali ke Alfamart, berharap bisa mendapatkan lebih dari sekadar diskon—dia ingin mendapatkan hati Lina.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!