Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
"Aku dengar kau membuat anak orang menangis lagi." Keno tiba-tiba masuk.
Pintu ruangan Darrel tidak terkunci. Lelaki itu masuk tanpa mengetuk. Kelakuannya sudah Darrel hafal sekali. Hope yang sejak tadi duduk di sofa tanpa melakukan apa-apa melirik ke Keno.
"Hai manis," sapa Keno begitu melihat ada orang lain di dalam sana. Dan orang itu adalah istri Darrel sendiri, yang akan mulai bekerja di kantor ini.
Darrel mendongakkan kepala ketika mendengar Keno menyapa isterinya, lalu menatap Keno tajam. Lelaki yang ditatap sendiri mengulum senyum kemudian membentuk jari tanda okey-nya di depan Darrel, seolah mengerti apa maksud tatapan Darrel.
"Wanita cantik di luar sana masih menangis. Kau sungguh kejam bos." Keno angkat bicara lagi. Sebagai laki-laki pecinta banyak wanita, dia turut merasa kasihan.
Sahabat di depannya ini memang laki-laki berdarah dingin yang tidak peduli perasaan lembut terhadap yang namanya wanita.
"Bagaimana pekerjaanmu?"
Lihat? Belum juga apa-apa, tapi Darrel sudah bertanya tentang pekerjaan. Betul-betul workaholic.
"Sekarang aku mengerti kenapa pria sepertimu membutuhkan perempuan seperti dia." Keno sedikit membungkuk dan bergumam pelan. Hope tidak dapat mendengar percakapan mereka dari tempatnya duduk.
"Arsitek itu sudah mengganti rancangan bangunan seperti yang kau minta. Dia baru saja mengirim file-nya padamu. Kau sudah lihat?" Keno mulai membicarakan pekerjaan. Begitu mendengar perkataannya, Darrel langsung memeriksa laptop.
Memang ada E-mail masuk. Ia membukanya.
"Kalau kau puas, aku akan segera menghubungi arsitek itu dan kontraktor untuk melihat lokasi proyek." kata Keno lagi. Pandangan Darrel fokus ke depan laptop, tak bicara sama sekali.
Darrel sangat fokus, namun begitu menyadari Hope berdiri hendak berjalan ke arah pintu keluar, fokusnya malah terbagi.
"Mau kemana?" tanyanya datar. Langkah Hope terhenti. Wanita itu berbalik memandangi suaminya.
Keno bersandar di meja kerja Darrel sambil menikmati pemandangan yang menurutnya menarik.
Suami yang super duper kaku, dan istri penurutnya.
"M ... Mau keluar sebentar mas.
Keliling-keliling area kantornya mas Darrel." sahut Hope.
"Dia bosan karena tidak ada yang dikerjakan dari tadi. Ijinkan saja dia jalan-jalan sebentar." Keno berucap pelan, sengaja membantu Hope. Ia bisa lihat wanita itu bosan berada di dalam sini terus tanpa mengerjakan apapun. Bersama kanebo kering seperti Darrel pula.
Darrel melirik jam tangannya sebentar kemudian menatap Hope lagi.
"Pergilah. Aku memberimu waktu satu jam. Dalam satu jam kembali lagi ke sini karena aku ada rapat. Kau masih ingat semua jadwalku hari ini bukan?"
"Iya mas." Hope mengangguk. Kemudian berbalik keluar. Darrel fokus kembali di depan laptop.
Ketika keluar dari ruangan Darrel, Hope kembali merasakan tatapan-tatapan yang mencuri-curi pandang padanya. Ia malu, namun berusaha bersikap ramah dengan membungkuk ke mereka. Tak lupa menunjukkan senyum ramahnya. Beberapa dari karyawan-karyawan tersebut membalas senyuman ramahnya. Namun ada juga yang tidak, hanya terus menatap dia.
Setelah berhasil keluar dari gedung besar itu barulah Hope bisa bernapas lega. Karena tidak ada lagi orang yang memperhatikan dirinya.
Wanita itu berjalan melihat-lihat area sekitar kantor. Ternyata cukup banyak tempat makan yang berjejer-jejer di daerah situ. Ada toko perbelanjaan barang-barang unik juga. Tapi Hope tidak masuk melihat-lihat. Ia takut lupa waktu. Mas Darrel hanya kasih dia waktu satu jam. Waktu itu pun dia gunakan buat beli ice cream di toko seberang jalan.
Surabaya ternyata sangat panas. Apalagi kalau tidak sedang berada di ruang ber-AC, minta ampun deh panasnya. Jadi makan ice cream di cuaca yang panas-panas begini sangat pas.
Habis membayar ice cream yang sudah ia beli, Hope keluar. Ia ingin makan di bawah pohon sebuah taman kecil dekat situ. Namun sebelum berhasil keluar dari pintu kaca tersebut, Hope memelototi seorang pria yang terburu-buru melewati pintu tersebut.
Bukan saja hampir menumpahkan ice cream yang dia pegang dan melewati Hope dengan kasar, pria itu juga tidak mau menahan pintu untuknya agar tetap terbuka.
Hope kesal. Tidak ada pilihan lain, karena di tangannya ada dua ice cream berbeda rasa yang dia beli, akhirnya dia berusaha membuka pintu dengan siku. Ia akhirnya bernapas lega ketika berhasil keluar.
Pandangannya berhenti ke pria yang hampir menumpahkan ice creamnya tadi. Pria itu belum pergi. Hope melihatnya sedang menelpon di samping toko. Karena masih kesal, Hope menghampirinya.
"Kita ketemu di markas jam enam sore. Aku sendiri yang akan memimpin mereka. Siapkan semua senjata yang aku bilang. Itu saja."
Hope tentu saja dapat mendengar kalimat yang keluar dari pria mulut laki-laki itu, tapi tidak penting untuk mencerna kata-katanya. Mereka kan hanya orang asing.
Saat laki-laki itu berbalik, pandangan mereka bertemu. Wajah beringas namun sangat tampan tersebut langsung mengingatkan Hope pada kejadian di supermarket semalam. Hope makin kesal karena kebetulan ini sangat amat tidak menyenangkan.
"Kamu ..."
Laki-laki tersebut melipat tangan di dada dan menatap Hope dengan angkuh. Sebelah alisnya terangkat.
"Kau gadis jelek semalam kan?"
Hope melotot sempurna. Ih, menyebalkan sekali.
"Siapa yang kamu bilang jelek?"
"Kau tuli?" balas laki-laki tersebut.
"Ka ... Kamu ..."
"Apa kau mengikutiku? Jangan bilang kau suka padaku. Gadis jelek sepertimu bukan tipeku." kata pria itu lagi santai.
Hope menutup matanya kuat-kuat. Lalu membukanya. Menatap laki-laki tersebut dengan wajah dongkol.
"Gara-gara kamu keluar dari pintu sana, ice cream aku hampir jatoh." Ia menunjuk ke pintu kaca toko ice cream itu.
"Lain kali pakai mata kalau jalan! Cih, siapa juga yang ikutin kamu, kayak nggak ada laki-laki lain aja di dunia ini. Aku juga sudah punya suami, asal kamu tahu, hmph!" Hope menambahkan lalu berbalik pergi meninggalkan laki-laki mengesalkan tersebut.
Belum sampai empat langkah, Hope berhenti. Kayaknya dia belum puas kalau cuma bilang begitu. Wanita itu pun berbalik dan merelakan ice cream satunya dia tuangkan isinya ke pakaian pria itu.
"Rasakan itu, wleee ..." Ia menjulurkan lidah ke laki-laki tersebut dan pergi begitu saja setelah puas.
Jason tampak tenang meski diperlakukan tidak menyenangkan seorang wanita yang dia sangka masih gadis. Karena wanita itu memang masih terlihat sangat muda.
Laki-laki itu terus menatap kepergian wanita yang mengaku sudah menikah itu.
Biasanya dia akan marah ada yang melawannya seperti tadi. Tapi tidak dia duga-duga, dirinya tidak marah sama sekali. Malah hal itu terasa menyenangkan.
"Aku akan menganggap kita berjodoh kalau kita bertemu sekali lagi." gumamnya tersenyum penuh makna.
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦