Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #26
Agnes menatap seseorang yang berdiri tegap di hadapannya, pria itu tersenyum setelah menyapa Agnes dengan spontan.
"Siapa ya? Agnes menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena dia merasa tidak mengenal pria di depannya.
"Kamu melupakan aku? Astaga, Agnesia Carroline Pamungkas apa kamu sudah pikun?" pria seusia Agnes terus tersenyum.
Agnes terdiam sambil mengingat siapa pria ini, tetapi semuanya tetap sama karena Agnes tidak mengingat pria tersebut.
"Baiklah, aku akan mengingatkan. Aku adalah Davin Hamzah, apa kamu masih tidak ingat? Dulu kita satu sekolah saat masih di bangku menengah atas, aku adalah kakak kelasmu."
Agnes lagi-lagi mencoba mengingat karena dia lupa dengan teman ataupun kakak kelasnya dulu saat di bangku menengah atas. Bagaimana tidak, sudah hampir enam tahun mereka tidak bertemu dan berpisah. Sesaat kemudian, senyum di bibir Agnes pun terbit.
"Kak Davin! Siswa yang populer di sekolah 'kan? Maafkan aku karena benar-benar tidak ingat, kak." Agnes terkekeh pelan.
Mereka berdua pun berpelukan namun hanya beberapa detik.
"Apa aku terlihat berbeda?" Davin berkacak pinggang.
"Kakak semakin tampan dan terlihat dewasa." jawab Agnes dengan kejujuran.
Pasalnya saat masih berada di tingkat sekolah menengah pertama (SMA), seorang Davin Hamzah memang sangatlah populer karena ketampanan, kekayaan, dan juga otaknya yang sangat pintar. Beberapa siswi berlomba-lomba untuk mendapatkan Davin tetapi Davin hanya tertuju pada Agnes seorang. Dia tidak berani mengungkapkan perasaan istimewanya karena mereka dulu masih terbilang sangat kecil untuk berpacaran, dirinya tidak menyangka saat ini di pertemukan lagi oleh wanita idamannya.
Agnes dulu sangat cuek, jutek dan cerewet. Dia juga cerdas, usil tetapi itu semua yang membuat seorang Davin Hamzah menyukai Agnesia Carroline Pamungkas. Bahkan dulu, semua wanita rela memberikan kehormatan mereka demi mendapatkan cinta dan perhatian dari Davin. Namun, Davin bukanlah playboy yang mau menghancurkan masa depan orang lain.
"Kamu juga semakin cantik, Agnes."
Agnes menyelipkan rambut di telinga dengan senyum tipis.
"Kakak jangan bicara seperti itu, aku takut kupingku menjadi panjang seperti gajah."
Mereka berdua tertawa bersamaan.
"Kamu sudah selesai berbelanja?" Davin melirik isi keranjang yang Agnes pegang.
"Sudah, kebetulan aku ingin pulang."
"Bagaimana jika sebelum pulang kita mampir ke cafe dulu? Ya, ngobrol sedikit."
Agnes terdiam seperti sedang berpikir. "Baiklah, tetapi aku tidak bisa lama karena takut Mama khawatir."
Mereka pergi ke meja kasir dan setelah belanjaan ditotal, Davin pun membayar semua barang belanjaan milik Agnes yang menghabiskan sekitar satu juta.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Keesokan harinya, Abi mengirimkan pesan kepada Fahrul karena dia ingin meminta penjelasan tentang masalah yang Liora katakan kemarin. Abi tdiak ingin hubungannya dan Anaya hancur karena perbuatan orang iri seperti Liora, dia yakin jika semua ini adalah konspirasi tetapi dirinya perlu bukti dari sudut lain.
Abi dan Fahrul janjian di sebuah cafe coffee, mereka berdua sudah saling duduk berhadapan dengan dua gelas cup coffee di hadapan masing-masing. Fahrul yang tidak sabar langsung membuka topik pembicaraan.
"Tumben kamu mengajak aku ketemuan, seberapa penting hal yang ingin kamu katakan?"
Abi memberikan ponselnya kepada Fahrul.
"Apa ini?" Fahrul bertanya dengan dengan nada tinggi ketika melihat foto sang istri sedang memeluk Abi.
"Aku ingin bertanya soal ini." Abi menarik ponselnya dari tangan Fahrul.
"Apa kamu dan Liora ada masalah?" Abi menyandarkan tubuh di kursi.
Fahrul terdiam.
"Fahrul, kemarin siang Liora datang ke kantorku. Dia berkata jika rumah tangga kalian dalam masalah besar, dia bilang kamu selingkuh darinya."
Fahrul mendelik, dia tidak habis pikir dengan apa yang Liora keluhkan pada Abimanyu.
"Kami tidak memiliki masalah apa pun, kak." Fahrul berterus terang.
Abi terdiam dengan jemari mengetuk meja. "Aku sudah menduga, dari awal aku sedikit heran dengan sikap Liora."
"Lalu, mengapa kakak dan Liora berpelukan seperti di foto tadi?"
"Ini yang menjadi masalahnya, kemarin Istriku juga sempat salah paham karena ada nomor baru yang mengirim foto ini padanya. Pengirim itu mengatakan jika seorang lelaki bisa saja berselingkuh di belakang istrinya. Apa kamu tidak berpikir jika semua ini adalah unsur kesengajaan?"
Fahrul terdiam. "Apa mungkin Liora masih memiliki rasa cinta untuk kakak?"
"Entahlah, intinya aku benar-benar menyesal karena telah memberikan kesempatan pada Liora untuk bercerita. Untung saja Anaya mau mengerti dan dia tidak terlalu percaya dengan pengirim itu, ya meskipun awalnya Naya memiliki pemikiran buruk tentang aku."
Fahrul menjadi tidak enak setelah mendengar penjelasan dari Abi.
"Baru hitungan hari kakak menikah dengan kakak ipar tetapi sudah ada saja cobaan seperti ini. Maafkan aku karena tidak bisa menjaga istriku, kak."
Abi tersenyum tipis. "Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, Rul. Kamu bisa katakan pada istrimu agar dia jangan pernah menemuiku lagi."
Fahrul mengangguk.
Abi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang dan Abi bergegas pamit untuk kembali ke kantor. Sementara Fahrul, dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan menegaskan rahang. Dirinya akan pulang ke rumah untuk menemui Liora dah memberikan pelajaran.
Abi sekarang sudah pindah ke rumah baru miliknya, setelah menikah dia memang tidak ingin tinggal bersama dengan orangtuanya. Kedua orang tua Abi pun mau mengerti dengan keinginan putra mereka.
Dua puluh lima menit, Fahrul sampai di rumah. Dia segera masuk ke dalam dengan emosi yang memuncak dan darah mendidih hingga ke ubun-ubun, Fahrul memanggil nama Liora tetapi tidak ada jawaban.
"Kemana perempuan itu?" gumamnya setelah tidak menemukan Liora di dalam rumah.
Fahrul mengubungi Liora.
"Dimana kamu? Aku sedang dirumah, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.''
Liora berkata jika setengah jam lagi dia sampai di rumah karena saat ini dirinya sedang ada di rumah teman yaitu Elvira.
Elvira bertanya karena melihat raut wajah Liora yang terlihat bingung dan penasaran.
"Mas Fahrul menghubungiku, terdengar dari nada suaranya jika dia seperti sedang marah. Aku khawatir dan takut, El." curah Liora yang sedang dilanda kebingungan.
Elvira mengelus pundak Liora. "Kamu tenang aja, aku yakin pasti suamimu hanya ingin bertanya masalah lain. Tenang, ada aku yang akan membantumu jika kamu dalam masalah."
Liora menghela napas berat lalu dia bergegas pergi dari apartemen milik Elvira.
Perjalanan tiga puluh lima menit, Liora sampai di rumahnya. Dia masuk dengan santai agar Fahrul tidak curiga.
"Darimana saja kamu?" Fahrul bertanya saat Liora baru saja menginjakkan kaki masuk ke dalam rumah.
Liora tersenyum tipis. "Kamu kok udah pulang, Mas? Apa ada masalah?'' tanyanya dengan santai dan mencoba tenang.
Fahrul tersenyum sinis dan beranjak dari sofa.
•
•
**TBC
HAPPY READING GUYS 🤗
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️**