Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Syarat Yang Tidak Mungkin.
"Saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dengan manager barusan,” ujar wanita tua itu dengan ekspresi tak terbaca. “Kamu membutuhkan uang yang banyak untuk biaya operasi Ibu kamu bukan begitu?" tanyanya memastikan.
"Be-benar Nyonya," sahut Adara dengan kepala tertunduk.
"Saya akan memberikan kamu uang itu tanpa meminjam, tetapi kamu harus melakukan pekerjaan yang saya inginkan!" kata Ambar tanpa basa-basi.
Kepala Adara langsung mendongak menatap wanita di hadapannya. Dia tampak kaget mendengar pernyataan dari Ambar. Adara memang mengenal wanita itu yang memang memiliki hati yang sangat baik.
Walau keadaan yang sudah berubah, tetapi ternyata wanita yang dihadapan itu tidak berubah. Tetapi pekerjaan apa yang harus dia lakukan. Pemikiran itu melintas di pikiran Adara.
"Saya turut prihatin atas apa yang terjadi pada keluarga kamu. Saya senang bisa bertemu dengan kamu kembali, saat saya kembali dari Amerika dan ternyata orang yang saya temui pertama kali adalah kamu. Saya akan memberikan kamu uang bahkan lebih dari uang yang kamu butuhkan," ucap Ambar dengan ekspresi yang sejak tadi menaruh simpati.
Apa benar dia bersimpati kepada Adara atau justru ada maksud lain dari pemberian uang itu. Sudah jelas itu ada maksudnya dan pasti hal itu tidak main-main sehingga rela memberikan uang yang cukup banyak.
"Apa yang harus saya kerjakan?" tanyanya. Secercah harap timbul dalam benaknya.
Gadis yang sudah hampir putus asa ini sanggup melakukan apa saja asal bisa mendapatkan uang demi menyelamatkan ibunya.
"Kamu harus menikah dengan William Haryanto Wijaya," jawab Ambar yang seketika membuat Adara membelalak.
Jantungnya berdebar begitu kencang saat mendapatkan syarat yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Pria itu begitu sangat membenci dirinya dan bahkan kemarin pria itu merendahkan dirinya dengan melempari uang, menatapnya dengan penuh kemarahan dan sangat jijik padanya
Lalu sekarang wanita di hadapannya itu menyuruhnya untuk menikahi cucunya, hal yang sangat mustahil terjadi. Adara masih berharap jika dia salah dengar.
"William? Saya akan menikah dengan cucu Anda?"tanya Adara tampak kebingungan. “Dan bukankah beliau—”
"Kamu benar,” sela Ambar.
"Mungkin sudah terdengar berita di luar sana, bagaimana anak itu telah mempublikasikan hubungannya dengan model itu. Tapi saya tidak menginginkan hubungan itu, jadi saya meminta kamu untuk menikah dengan William dan bukan dengan Wanita lain!" jelas Ambar dengan penuh penegasan.
"Maksud Nyonya?" tanya Adara yang masih dilanda kebingungan.
"Adara, saya mengenal kamu cukup baik. Saya tidak ingin William menikahi wanita sembarangan. Jadi saya tetap ingin meminta kamu yang menjadi pendamping William. Karena saya tahu hanya kamu yang mampu mengendalikan William," ucap Ambar dengan sedikit penjelasannya.
"Nyonya, hal itu sangat tidak mungkin, hubungan kami sudah tidak ada lagi, hubungan kami sudah berubah menjadi kebencian, mana mungkin saya menikah dengan William. Dia juga tidak akan mau melakukan itu," ucap Adara yang sangat tidak yakin menuruti permintaan wanita yang mungkin hanya dia yang bisa membantu Adara saat ini.
"Saya sudah memberikan penjelasan kepada kamu kenapa saya meminta kamu untuk menikahi William. Semua tergantung pada kamu. Ini merupakan kesempatan untuk kamu bisa mendapatkan uang dan saya bukan hanya akan memberikan 300 juta untuk biaya operasi ibu kamu, tapi saya akan memberikan lebih bahkan sampai dua Miliar!" ucap Ambar yang tidak segan-segan melipat gandakan nilai uang yang sangat fantastis.
Adara terdiam, bukan tercengang karena nilai uang yang dia dapatkan sangat banyak, tetapi otaknya berputar yang memang pasti tidak akan mungkin menikah dengan William. Lalu apa William akan setuju menikah dengan dirinya?
"T-tapi itu tidak mungkin Nyonya! Saya tidak mungkin menikah dengan seorang pimpinan, apalagi beliau sudah memiliki seorang kekasih—”
"Terserah kamu,” sela Ambar, ekspresi wajahnya masih sama datar. “Saya hanya memberimu penawaran, dan saya rasa itu bukan hal yang sulit. Keputusan ada padamu!" tegas wanita itu. Ia tampak tidak ingin basa-basi dan langsung berlalu dari hadapan Adara.
Adara seketika panik. Ia bingung sekaligus tergiur dengan penawaran yang diberikan. Kapan lagi ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Tapi menikah dengan pria yang membencinya? Adara tidak bisa membayangkannya!
Adara menggigit bibir gelisah. Bayangan Ibunya yang tidak sadarkan diri dengan seluruh alat medis yang menempel pada tubuhnya kembali terngiang dalam benaknya.
Demi Ibu….
Adara berbalik dan mengejar Ambar yang sudah beberapa langkah di depan. Ia menahan tangan Ambar yang langsung menatapnya.
"Sa-saya terima tawaran Nyonya…”
Ambar menautkan kedua alisnya yang mencoba meneliti dari tatapan kedua mata bola gadis yang terlihat pasrah itu. Sangat cepat Adara yang ternyata langsung mengubah keputusannya.
"Kamu mengatakan apa?" tanya Ambar memastikan sekali lagi.
"Jika memang saya bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi Ibu saya dengan pekerjaan yang Ibu berikan, maka saya akan bersedia melakukannya. Jika sebagai syaratnya adalah untuk menikah dengan William," ucap Adara sembari melepas tangan Ambar.
"Baiklah,” ujar Ambar sambil tersenyum tipis. “Kalau begitu kamu ikut saya sekarang.”
Adara menganggukkan kepala tanpa banyak tanya dan mengikuti wanita yang sudah berjalan terlebih dahulu itu.
Adara tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran itu dan walau dia sudah tahu konsekuensi apa yang akan dia dapatkan dengan hal nekat yang akan dia terima.
Tapi apa yang bisa dia lakukan. Dia sekarang hanya memikirkan bagaimana keselamatan ibunya. Mungkin Tuhan selalu membantunya tentang biaya. Tetapi selalu dengan cara yang membuat dirinya tertekan.
*****
Adara yang berada di dalam mobil mewah milik Ambar yang mana mereka berdua duduk di belakang yang disetir oleh sopir. Adara sudah tidak memakai seragam pekerjaannya lagi.
"Saya senang bertemu dengan Nyonya kembali," ucap Adara membuka obrolan setelah beberapa menit mereka berdua hanya diam saja.
"Saya juga senang bertemu dengan kamu. Kita sudah hampir 2 tahun tidak bertemu," jawab Ambar yang sebelumnya dia juga sudah mengungkapkan hal itu.
"Saya pikir, Nyonya akan menatap di Amerika dan tidak akan pernah kembali ke Indonesia," ucap Adara.
"Jika bukan karena perbuatan anak itu. Saya juga tidak akan datang," jawab Ambar dengan suara berat yang terdengar ada amarah yang tertahan.
Adara juga melihat wajah wanita itu sejak tadi tampak tidak baik-baik saja, mungkin saja memang ada emosi yang menggebu-gebu yang ingin dikeluarkan.
"Bukankah ibu kamu harus operasi secepatnya?" tanya Ambar. Adara menganggukkan kepalanya.
Ambar mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan terlihat menghubungi seseorang.
"Saya ingin kamu mengurus semua biaya administrasi Nyonya Ratih yang berada di rumah sakit..." Ambar menoleh ke arah ada darah.
"Sartika," jawab Adara.
"Sartika! Kamu selesaikan semuanya dan berikan pelayanan yang terbaik, ruangan dan fasilitas lainnya yang paling baik!" tegas Ambar dalam telepon tersebut.
Adara menghela nafas lega, dia tidak percaya jika ibunya juga bisa dioperasi secepatnya dan semua itu karena bantuan dari Ambar walau dia akan melakukan pekerjaan yang sampai detik ini Adara belum tahu apakah dia bisa apa tidak melakukan hal itu.
"Ketika tentang pengobatan Ibu dipermudahkan dan aku berharap urusanku setelah ini juga dipermudahkan, kalau aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, bagaimana tanggapan William jika dia harus menikah denganku. Ya Allah bantu aku" batin Adara dengan penuh harapan dan pasti ada kepasrahan di wajahnya.
Bersambung .......