Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Duo Kocak Bergosip
Lisa duduk sambil memainkan ponselnya, sibuk mengetik sesuatu di obrolan chat. Tiba-tiba, Boss datang membuka pintu ruangannya dengan kasar, membuatnya melompat dari tempat duduknya.
‘’Boss! Astaga, anak ini selalu saja masuk tanpa sopan santun. Apa kau tidak tahu bagaimana cara mengetuk pintu?!’’
‘’Aku tidak punya waktu untuk mengetuk. Aku membawa berita besar, jadi kau harus mendengarkan ini.’’
Lisa yang awalnya hendak mengomel lebih panjang, langsung berubah ekspresi menjadi antusias. Matanya berbinar.
‘’Berita besar? Apakah ada topik panas? Aku selalu siap. Cepat katakan!’’
Boss duduk santai di kursi dan langsung mengambil kue milik Lisa lalu menyantapnya.
‘’Hei anak kurang ajar, beraninya memakan milik orang tanpa izin,’’ tegur Lisa.
‘’Aku tamu di sini, sudah seharusnya kau melayaniku,’’ kata Boss kali ini meneguk kopi milik wanita itu.
Lisa mengerutkan bibir sebelum memukul kepala Boss. ‘’Kalau begitu, cepat katakan berita apa yang kau bawa?’’
‘’Baru saja aku menelepon Kak Fort.’’
‘’Lalu? Lalu?!’’ tanya Lisa mencondongkan tubuh.
‘’Sepertinya... Kak Peat mencampakkannya,’’ jawab Boss.
Lisa langsung mengangkat alisnya tinggi-tinggi, mulutnya menganga. ‘’Mencampakkan?! Fujimoto Peat? Aktris terkenal itu?! Tapi kenapa?! Fort kan sudah sangat beruntung bisa tinggal di rumah mewahnya!’’
Boss mengangkat bahu, menyandarkan tubuhnya sambil menyantap camilan lain. ‘’Aku tidak tahu. Tapi kakak terdengar kesal.’’
Lisa memegang dagunya, terlihat berpikir dalam-dalam sebelum akhirnya menyentil dahi Boss dengan kesal. ‘’Dasar bajingan kecil, kau tidak tahu apa-apa tapi berani membawa gosip separuh matang seperti ini!’’
Boss meringis dan mengusap dahinya sambil terkikik. Ia kembali meneguk cangkir kopi. ‘’Aku hanya memberikan informasi awal. Kau biasanya jago menebak gosip, jadi coba pikirkan.’’
Lisa mengerang kesal. ‘’Kau bajingan. Datang seenaknya, menyantap hidangan dan meminum kopi baruku.’’
Namun, amarahnya hanya bertahan sekejap karena rasa penasaran menguasainya.
‘’Tapi, kalau Peat benar mencampakkannya, apakah Fort akan kembali ke pulau? Dan jika ya, apakah dia akan menjadi bahan ejekan?’’
Boss menyeringai. ‘’Aku pikir dia akan dihujat habis-habisan. Tapi...’’
Ia mengangkat jarinya sambil berpikir keras. ‘’Kalau aku jadi dia, aku mungkin akan membawa cerita dramatis untuk menyelamatkan harga diriku.’’
Lisa tertawa kecil, menyeringai penuh arti.. ‘’Kau memang seperti kakakmu, Boss. Selalu tahu cara memutar keadaan.’’
......................
‘’Hah-choo!’’
Fort mengusap hidungnya. ‘’Ck, bajingan mana lagi yang sedang membicarakanku di belakang?’’
Ia menoleh ke dapur, melihat piring-piring yang belum dicuci dan sisa makanan yang ia buat pagi tadi. Dengan wajah cemberut, ia mengomel sendiri sambil meraih sebotol air.
......................
Malamnya, adegan syuting kembali dilanjutkan. Peat, kini kembali dalam pakaian megah berwarna hitam dengan aksen merah menyala, mahkota bertatahkan permata gelap di kepalanya. Makeupnya mempertegas aura angkuh dan dingin, seolah benar-benar menjadi Dewi Iblis Agung.
Kamera bergerak mengikuti Peat yang duduk di singgasana besar di istana dunia bawah, sementara ketujuh pria itu diikat dengan rantai energi gelap di hadapannya.
Lihatlah kalian, para mantan dewa yang dulu begitu mulia. Kini, kalian hanyalah makhluk lemah yang tak berdaya di hadapanku.
Peat tetap dalam posisi diam sambil rekaman suara tadi diputar yang akan menjadi latar belakang di adegan itu nanti.
‘’Jika kau ingin membunuh kami, lakukanlah sekarang,’’ kata salah satu pria.
Peat tertawa dingin dengan suara tawa menggema di seluruh ruangan. ‘’Membunuh kalian? Itu benar setelah kalian menghianatiku. Tapi kematian terlalu mudah untuk kalian. Aku punya rencana yang jauh lebih menyenangkan.’’
Ia berdiri dari singgasana, melangkah perlahan mendekati mereka, jubah panjangnya menyapu lantai. Ia menatap mereka satu per satu dengan tatapan menusuk.
‘’Mengingat kalian selalu melindungiku di akademi, aku akan membalas budi dengan menjadikan kalian selirku. Di istana ini, kalian akan melayaniku, memenuhi semua perintahku, dan menjadi pengingat betapa rendahnya posisi kalian sekarang. Jika kalian menolak, aku akan menghancurkan bumi. Dunia ini tidak ada lagi dewa yang akan melindunginya.’’
Adegan berlanjut dengan ketujuh pria itu yang sekarang berada di istana iblis, menjalani kehidupan sebagai selir dengan tugas-tugas yang sebenarnya lebih seperti penghinaan. Mereka dipaksa melayaninya, membawa makanan, menghiburnya dengan musik, dan menjalani latihan intens di arena istana untuk melawan monster dunia bawah.
Aktor 1 terkapar di lantai arena latihan, tubuhnya penuh luka setelah melawan monster raksasa yang dilepaskan. Peat mendekat, menatapnya dari atas dengan tatapan dingin.
‘’Lihat dirimu sekarang. Dulu kau disebut dewa perang, tak terkalahkan di medan pertempuran. Tapi sekarang? Kau bahkan tak sanggup berdiri. Sungguh menyedihkan."
‘’Cut!’’