NovelToon NovelToon
KUTUKAN 99 HARI

KUTUKAN 99 HARI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Matabatin / Mata Batin / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Seorang pria muda yang sedang menunggu interview dan seraya menunggu panggilan, dia memilih meluangkan waktunya untuk menjadi driver ojek online, tapi pria yang bernama Junaidi ini cukup apes dan apesnya ini bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali.

Singkatnya, pada malam itu pria muda tersebut tengah terburu-buru untuk mengantarkan pesanannya, tanpa sengaja, dia menyerempet nenek tua yang sedang menyebrang jalan.
Bukannya menolong, dia justru acuh tak acuh dengan alasan takut diberi bintang satu jika terlambat datang.

Namun, siapa sangka kalau nenek yang dia serempet bukanlah sembarang nenek dan setelah malam itu, mata batinnya terbuka. Inilah KUTUKAN SEMBILAN PULUH SEMBILAN HARI yang harus Junaidi terima.

Cerita ini merupakan karya fiksi murni. Nama tempat, kejadian dan karakter yang disebutkan tidak memiliki koneksi dengan kenyataan dan hanya untuk tujuan kreatif semata ditulis oleh Tsaniova.

Jam Update pukul 9.00 pagi dan malam pukul 19.00 wib

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbongkarnya Asal-usul Melati

Rumi terdiam, dia berpikir apakah kematian Melati ada hubungannya dengan wakil direktur?

"Rum!" Junaidi memanggilnya.

"Ya, apa?" tanya Rumi.

"Di laci pantry, tolong carikan hape Melati, katanya ada rahasia besar di sana!" perintah Junaidi, tepat sekali dia sedang ada di pantry, Rumi pun memutuskan sambungan teleponnya.

"Wah, bakal menegangkan, apakah kasus yang disuap ini bakal kebongkar?" tanyanya pada diri sendiri, Rumi segera gegas mencari ponsel itu di setiap laci yang ada di pantry.

Kreket, suara pintu pantry yang terbuka, ada seseorang yang mencari Rumi, dia adalah wakil direktur.

"Ba-pak." Rumi terkejut, dia melihat raut wajahnya yang sedang tak bersahabat membuatnya tau kalau pria dingin itu sedang menahan amarahnya.

"Kemarin, saya kehilangan cincin. Cari cincin itu sampai dapat, nggak perduli walau kamu harus mencari sampai ke tempat sampah sekalipun!" perintahnya.

"Lebih baik turutin aja, gua cari aman dulu, nanti lanjut lagi nyari hape Melati!" kata Rumi dalam hati, sekarang dia pun menundukkan kepala, berjalan dengan sedikit membungkuk.

"Tapi, gua harus cari cincin itu kemana?" tanya Rumi dalam hati, kemudian, dia pun menghentikan langkah, menoleh dan ternyata wakil direktur masih menatapnya tajam.

"Astaga, beneran ada yang nggak beres," gumam Rumi dalam hati.

"Kalau boleh tau, Bapak kehilangan cincinnya dimana?" tanya Rumi.

"Di ruangan saya!" jawab wakil direktur yang kemudian berjalan, dia mendahului Rumi.

Melihat wakil direktur sudah datang membuat semua karyawan yang berkerumun di depan toilet itu membubarkan diri.

Sementara Rumi, dia berjalan menuju di mana ruangan wakil direktur berada. "Ada-ada saja, dia yang buang cincinnya, gua juga yang cari!" kata Rumi dalam hati.

Lalu, tiba-tiba saja pintu ruangan itu tertutup, bukan tanpa sebab karena pemilik ruangan itu yang menutupnya, tak lupa mengunci pintu ruangan yang kedap suara tersebut.

Rumi yang semula berjongkok di dekat meja kerja itu sudah berdiri, menatap heran pada wakil direktur yang berjalan kearah sofa, dia duduk di sofa itu, melipat kakinya dan bertanya, "Sudah dapat?" tanyanya.

"Belum, Pak," jawab Rumi dengan sedikit menggeleng.

"Ck," decak wakil direktur, dia memalingkan wajahnya, terlihat sangat kesal pada Rumi yang dianggapnya sudah menipu.

"Seandainya kamu nggak bilang hantu Melati udah musnah, saya nggak akan kehilangan cincin itu. Sekarang, kamu yang bertanggungjawab atas hilangnya cincin saya, cari sampai dapat atau kamu akan menanggung akibatnya!" ancam wakil direktur.

"Tapi, saya harus cari kemana, Pak? Kalaupun udah dibuang dan diangkut truk sampah? Apa saya harus cari ke tempat pembuangan sampah?" Rumi tak habis pikir dan tak mau dibawah kendali wakil direktur.

"Siapa kamu berani menjawab saya seperti itu, hah!" bentak wakil direktur seraya bangun, dia mengambil vas bunga yang ada di meja, karena kesal dengan Rumi, dia melemparkan vas itu untuknya.

Grep! Apakah vas itu mengenai wajah Rumi yang sudah ketakutan? Tidak, benda tersebut berhenti tepat di depan wajah Rumi, Melati yang menghalaunya.

Melihat benda yang melayang tepat di depan matanya membuat Rumi syok dan kejadian pagi ini cukup membuatnya lemas, lututnya tak mampu lagi menahan tubuhnya, ternyata wakil direktur yang dikenal sangat baik dan bijaksana memiliki tempramen yang sangat buruk.

Crah! Suara vas bunga itu yang Melati lempar ke arah wakil direktur dan pria yang penuh misteri itu menghindar membuat vas itu mengenai dinding.

"Baiklah, sepertinya kamu sudah kembali, tunjukkan wujudmu hantu jelek, hahaha!" teriak wakil direktur, dia menantang Melati, melepaskan jasnya dan melemparkan jas mahal itu ke sofa dengan begitu kesal.

Sementara Rumi, dia yang masih berdiri di dekat meja kerja wakil direktur sedang mengingat peringatan dari Junaidi.

Diam-diam, dia pun menghubungi sahabatnya, sesekali, matanya melirik pada wakil direktur dan saat itu juga sosok Melati menunjukkan wujudnya yang menyeramkan.

Dia berdiri tepat di tengah ruangan itu membuat Rumi terkejut setengah mati. "Haaaaa!" teriak Rumi yang terjingkat dan tanpa dia sadari kalau panggilannya sudah terhubung dengan sahabatnya.

"Kamu manusia berwujud iblis! Berani sekali kamu menyingkirkanku, aku udah ingat semua! Bajing*n!" teriak Melati, dia membulatkan matanya yang memerah dan membuka pintu ruangan menggunakan kekuatannya sehingga pintu tersebut terbuka tanpa sentuhan tangannya.

Grep! Tiba-tiba saja Rumi terlempar keluar dari ruangan, dia terkejut, sangat terkejut.

Brak! Suara pintu yang kembali tertutup. Sementara itu, setelah orang-orang melihat Rumi terlempar membuat pagi menjadi semakin ramai.

"Mas Rumi, apa wakil direktur yang melemparmu?" tanya karyawan yang lain seraya membantunya untuk berdiri.

Rumi mengusap dadanya, sungguh dia masih gemetar dan pria berkemeja putih itu menjawab dengan menggeleng.

Sementara itu, Junaidi yang sedang ada di terminal terus memanggilnya. "Rumi!"

Mendengar suara getas itu membuat Rumi tersadar.

"Jun, dia ngamuk, kayanya memang ada hubungan sama wakil direktur," jawab Rumi, dia pun memutuskan sambungan teleponnya dan kembali ke pantry.

Namun, saat dia sampai di lantai dua, seseorang menghampirinya, dia memberi berkas yang menumpuk untuk Rumi.

"Taruh di meja gua dulu, gua lagi ada perlu!" Rumi pun melanjutkan langkahnya.

Sementara Rumi mencari ponsel yang Melati sembunyikan, di ruangan wakil direktur ada hantu yang sedang diejek oleh pembunuhnya yang selama ini dibiarkan berkeliaran.

"Seharusnya, kamu mati dari bayi! Tapi, karena aku masih berbaik hati, kamu masih hidup! Tapi, kenapa kamu harus masuk ke kehidupan Haikal lagi!" bentaknya pada hantu perawan yang sedang menatapnya datar.

Sekarang, Melati mencekik pria itu menggunakan satu tangannya yang terlihat putih pucat. Tanpa ampun Melati terus mencekiknya walau pria itu sudah hampir kehabisan nafas.

Ya, seperti dirinya yang sengaja menyayat pergelangan tangan Melati dan meninggalkannya begitu saja di toilet.

Flashback on..

Malam itu, wakil direktur memanggil Melati ke ruangannya, dia menyuruhnya untuk mengundurkan diri dan pergi dari kantor secepatnya.

"Tapi, apa alasan bapak memecat saya? Saya baru bekerja dan orang tua saya membutuhkan uang, Pak," jawab Melati, dia kekeh ingin tau dimana letak salahnya.

"Salahnya adalah karena kamu di sini, itu saja!" jawab wakil direktur seraya bangun dari duduk, dia mengusir Melati dan gadis itu menolak.

"Saya nggak akan pergi, setidaknya bapak harus kasih saya pesangon, saya masih terikat kontrak, lho, Pak!" Melati mengingatkan.

Brak! Wakil direktur yang tak mau rencananya gagal itu kesal, dia geram dan mendorong Melati sampai kepala gadis itu membentur dinding.

Pusing dan sakit, Melati merintih, dia menyipitkan matanya, menatap penuh tanda tanya padanya, kenapa dia melakukan ini, apa salahnya?

"Persis seperti ibumu yang sudah menghancurkan kebahagiaanku!" teriak wakil direktur, dia menyeret Melati ke toilet lantai dua dengan membekap mulutnya supaya tidak berisik.

"Eeeuummppth!" Melati yang disekap itu menggeleng, tangannya mencoba melepaskan tangan kekar pria kejam itu.

Lalu, dengan sekuat tenaga, Melati menggigitnya. Dia pun berlari ke ruangan HRD yang ada di lantai tersebut, dia bersembunyi di salah satu kolong meja, mulai merekam apa yang didengarnya.

"Baiklah, sepertinya kamu harus tau apa yang sudah ibumu lakukan, wanita murahan!" teriaknya, dengan perlahan wakil direktur mulai melangkah, dia memeriksa setiap meja yang ada di ruangan tersebut, setelah melihat bayangan Melati yang sembunyi di bawah meja Rumi, dia pun duduk di salah satu kursi kerja karyawan yang lain, dia menyulut rokoknya.

"Ibumu pelakor, kantor ini milik Haikal, kamu salah satu adiknya yang hilang, kamu tau kenapa kamu hilang?" wakil direktur tertawa, dia bahagia membayangkan betapa sakitnya Melati hidup sebagai orang miskin selama ini.

Deg! Hati Melati berdebar begitu hebat, dia pun menutup mulutnya yang menganga menggunakan tangan kirinya.

"Berarti selama ini aku tinggal sama siapa kalau ternyata aku adalah adik dari CEO tempatku bekerja?"

1
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
Kebanyakan enncumm tu pikiran tman mu juneddd😂
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞: Tak perlu 😂
Tsaniova: 😂😂😂😂 jangan kasih clue
total 4 replies
Aono Morimiya
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
Tsaniova: Terima kasih, kak. 😇😇
total 1 replies
Sukemis Kemis
Aku suka banget ceritanya, terus berinovasi ya thor!
Tsaniova: Alhamdulillah, makasih akak. 😇😇😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!